UPDATED .... !!
You are here: Home > > The Great Queen of Seon Deok

The Great Queen of Seon Deok

Di masa pemerintahan Raja Jinheung, Shilla mampu menjelma menjadi kerajaan yang paling ditakuti di semenanjung Korea. Keberhasilan tidak cuma disebabkan oleh kehebatan sang raja, melainkan juga berkat orang-orang kepercayaannya. Sebut saja mulai dari Eulje penasehat istana yang mampu meredam konflik internal, Noribu dan Sejong yang menangani strategi perang, Seolwon sang jendral gagah-berani, Munno , dan satu-satunya wanita di jajaran pimpinan kerajaan Shilla yaitu Mishil . Bahkan, Mishil mampu menjadi orang terdekat sekaligus kepercayaan Raja Jinheung. Dari jauh-jauh hari, ia telah menetapkan sang cucu Baekjeong sebagai penerus tahta. Hal ini keruan saja membuat putra keduanya Pangeran Geumnyun tidak terima. Dalam perjalanan pulang, Raja Jinheung menceritakan pada Mishil tentang kisah masa kecilnya yang mampu membunuh seekor harimau dengan sebilah belati. Sambil tersenyum, Raja Jinheung menyebut bahwa menaklukkan harimau (yang diartikan sebagai rintangan) seolah telah menjadi takdir pemimpin Shilla. Dengan bijaksana, sang raja juga menyadari bahwa hal yang mampu membuatnya terus memimpin Shilla bukanlah kehebatannya melainkan dukungan rakyat. Pembicaraan keduanya terhenti ketika Raja Jinheung mendadak batuk hingga memuntahkan darah. Begitu sampai di istana, Raja Jinheung memerintahkan Mishil sebagai pemegang segel istana yang ditunjuknya untuk menulis surat wasiat berisi penunjukan Baekjeong sebagai pengganti dan perintah agar Mishil dan Pangeran Geumnyum mengasingkan diri dari kehidupan ramai alias menjadi biksu. Tahu kalau Mishil tidak akan mendengarkan perintah begitu saja, Raja Jinheung meminta Seolwon untuk menghabisi wanita yang diduganya bakal menjadi duri dalam daging Shilla setelah dirinya meninggal. Sayangnya strategi tersebut berantakan, karena Seolwon ternyata menjalin hubungan gelap dengan Mishil. Tepat pada saat pemberontak pimpinan Mishil, yang diam-diam telah menggalang dukungan, terjadi, Raja Jinheung mangkat di kursi tahtanya. Sang cucu Baekjeong cuma bisa menangis sambil bersembunyi dan dengan mata kepalanya sendiri melihat sosok Mishil yang sebenarnya. Dengan kekuasaannya, Mishil mampu mengubah isi surat wasiat peninggalan mendiang Raja Jinheung. Sebagai ganti Baekjeong, yang menjadi pemimpin Shilla justru malah Pangeran Geumnyun yang diberi gelar Raja Jinji. Sebagai imbalan, sang raja baru menjadikan Mishil sebagai pendamping. Sementara itu ditempat lain, Munno yang punya pengetahuan luas tentang astronomi terus mengamati langit. Hal itu tidak lain adalah berkat ramalan Raja Jinheung yang menyebut bahwa sampai bintang Northern Dipper berubah menjadi delapan, tidak ada satupun manusia yang mampu melawan Mishil.

Tahun demi tahun berlalu, hubungan Raja Jinji dan Mishil memburuk karena sang istri tidak juga dijadikan permaisuri. Bahkan saat Mishil membawa bayi hasil hubungan mereka, Raja Jinji bergeming. Dengan kejam, Mishil meninggalkan bayinya begitu saja saat strateginya tidak berhasil. Sementara itu, Baekjeong yang telah tumbuh dewasa tengah gembira karena istrinya Putri Maya tengah mengandung. Saat hendak berdoa di kuil, secara tidak sengaja Putri Maya melihat pasukan Hwarang tengah bersiap-siap seolah hendak menghadapi pertempuran hidup-mati. Rupanya, semua adalah bagian dari strategi Mishil. Kehadiran Putri Maya bersama dayangnya Sohwa terlihat oleh Seolwon, yang langsung memerintahkan anak buahnya untuk menculik sang putri. Munno yang melihat dari kejauhan mulai curiga, dan memutuskan untuk mengikuti Putri Maya. Dugaan Munno ternyata benar, Putri Maya langsung ditarik paksa oleh beberapa orang untuk masuk kedalam tandu. Tiba-tiba Munno teringat dengan mimpinya, ia sadar bahwa yang diramalkan oleh mendiang Raja Jinheung ada hubungannya dengan Putri Maya. Keadaan di lingkungan istana tidak kalah genting, Raja Jinji mendapat penolakan dari pasukan Hwarang. Bahkan, Mishil mampu membalikkan keadaan dengan menyebut seolah-lah Raja Jinji-lah yang memerintahkan dirinya untuk memalsukan surat wasiat mendiang Raja Jinheung.

Didukung oleh para bangsawan dan pasukan Hwarang, Raja Jinji akhirnya turun tahta dan digantikan oleh Pangeran Baekjeong. Begitu mendengar Putri Maya menghilang, Pangeran Baekjeong yang kuatir memutuskan untuk mencari keberadaan sang istri. Namun belum sempat bertindak, Seolwon telah berhasil menyusul dan menggiringnya kembali ke istana. Ditengah perjalanan, rombongan penculik Putri Maya dicegat oleh Munno. Sudah tentu mereka bukan tandingannya, namun salah seorang penculik menggunakan Putri Maya sebagai tameng. Setelah menyerah, kaki Munno dan Putri Maya diikat di sebuah batu besar sebelum kemudian diceburkan ke laut. Pangeran Baekjeong akhirnya menjadi pengganti Raja Jinji dengan nama Raja Jinpyeong, namun ia sadar kalau para menteri telah berada dalam pengaruh Mishil sehingga dengan marah langsung mengiyakan semua keputusan termasuk memilih ratu yang baru setelah Putri Maya menghilang. Mishil yang begitu berambisi mengisi posisi permaisuri langsung bergerak cepat, ia menggelar sidang kabinet secara terbuka dan kembali memasukkan Eulje yang berseberangan kubu untuk melegitimasi keputusan yang diambil. Seperti yang sudah diduga Mishil, Eulje yang penuh perhitungan tidak menentang niat para menteri lain. Namun semua rencana berantakan begitu Munno muncul, sang jendral ternyata mampu membawa kembali Putri Maya, yang telah menghilang selama beberapa bulan, dengan selamat. Sudah tentu Raja Jinpyeong sangat gembira campur terharu melihat istrinya dalam keadaan selamat, kebahagiaannya bertambah saat tahu kandungan Putri Maya ternyata baik-baik saja. Setelah kejadian itu, Raja Jinpyeong bertekad untuk mulai berani melawan kekuasaan Mishil. Masalah ternyata baru dimulai, tabib istana menemukan kejanggalan saat memeriksa kandungan Ratu Maya, yang kemudian melaporkannya pada Seo-ri. Sang pendeta agung langsung mendatangi Mishil, yang tengah rapat, dan meminta untuk bicara empat mata. Mishil langsung terbelalak, apalagi Seori mengingatkan akan ramalan leluhur Shilla Hyeokgeose : pada saat seorang raja memiliki anak kembar, maka garis keturunan laki-lakinya akan terputus. Sudah tentu, hal itu berarti bencana bagi kerajaan, yang tidak pernah mengenal penerus dari kaum hawa. Menjelang persalinan, Ratu Maya dibawa ke sebuah tempat khusus dengan hanya ditemani oleh dayangnya Sohwa. Ditempat lain, Mishil yang tengah berpikir keras langsung memanggil Misaeng, dan memintanya untuk menyiapkan pasukan. Persalinan akhirnya berlangsung sukses, Ratu Maya melahirkan seorang putri cantik dengan tanda lahir yang sama persis dengan sang ayah. Sudah tentu Raja Jinpyeong dan Sohwa yang terus mendampingi sangat gembira, namun keduanya dikejutkan oleh jeritan Ratu Maya, yang ternyata bakal melahirkan anak kedua. Wajah Raja Jinpyeong langsung pucat, ia teringat dengan ramalan yang telah ada sejak Shilla berdiri, dan meminta Sohwa untuk melakukan persalinan tanpa dibantu siapapun. Tepat begitu putri kedua Raja Jinpyeong lahir, jumlah bintang di gugusan bintang utara mendadak bertambah satu. Sebelum Mishil menggerakkan pasukan dibantu dengan Seolwon dan Sejong, Munno ternyata lebih cepat bergerak dan langsung memacu kudanya ke tempat dimana Raja dan Ratu berada. Didalam ruangan, Raja Jinpyeong kebingungan menghadapi fakta kalau dirinya mempunyai dua orang putri kembar. Keputusan berat terpaksa diambil untuk menyelamatkan tahta dari cengkraman Mishil : ia meminta Sohwa kabur dari istana dengan membawa putri keduanya.

Wajah Raja Jinpyeong langsung pucat saat pintu tempatnya bersemanyam digedor, namun ternyata yang ada di luar adalah Munno. Begitu Seol-won dan pasukannya tiba, ia melihat Munno muncul sambil menggendong sesuatu. Tanpa pikir panjang, sang jendral langsung memerintahkan para prajurit untuk meringkus Munno. Saat Munno lengah, Seol-won mengarahkan panahnya ke pria itu, yang kemudian menjatuhkan benda yang terus digendongnya. Ternyata, Munno hanya menjadi pancingan karena bayi yang sebenarnya berada ditangan Sohwa. Dengan cerdik, dayang itu mampu mengelabuhi para penjaga. Tak lama kemudian setelah Sohwa lolos, secara kebetulan Mishil rombongannya melewati para penjaga tersebut yang tengah asyik bergosip, dan mulai curiga kalau ada sesuatu yang tidak beres. Kekuatirannya makin menjadi setelah menerima surat dari Munno, yang berhasil kabur. Dalam suratnya, Munno menjelaskan ramalan kedua yang berhasil dipecahkannya : saat jumlah gugus bintang utara bertambah satu, maka disaat itulah lahir orang yang kelak mampu menghadapi Mishil. Saat melihat keatas, Mishil terkejut melihat gugus bintang utara berjumlah delapan. Dengan wajah dingin, Mishil menghunus pedang dan langsung membantai prajurit yang lalai sehingga mengakibatkan Sohwa dan bayi kedua Raja Jinpyeong lolos. Setelah itu, ia memerintahkan hwarang kepercayaannya Chilseok untuk meringkus Sohwa dan sang bayi dengan segala cara. Ditemani beberapa prajurit, Chilseok berhasil mengejar Sohwa dan bayinya hingga ke sebuah gua. Untuk membuat Sohwa keluar, Chilseok sengaja membakar ranting-ranting di depan gua. Dalam keadaan terdesak, Munno muncul sebagai penyelamat dan berhasil menyelamatkan Sohwa serta bayi kedua Raja Jinpyeong.

15 tahun berlalu, Chilseok yang terus melakukan pengejaran terdampar di sebuah gurun yang berada di wilayah China dengan ditemani seorang gadis remaja. Berkat bantuan Deokman, nama gadis itu, Chilseok akhirnya sampai ke sebuah desa yang terletak di tengah gurun. Di desa tersebut, ibu Deokman ternyata memiliki sebuah kedai penginapan yang berisi orang-orang dari berbagai bangsa. Karena itu, tidak mengherankan kalau Deokman menguasai banyak bahasa. Bahkan, salah satu sahabat baiknya Cartan adalah pedagang yang berasal dari Eropa. Bukan cuma jago bahasa, Deokman yang lama hidup di daerah terpencil begitu haus akan pengetahuan, gadis remaja itu bahkan menyimpan dan menerjemahkan buku-buku berbahasa asing yang diberikan oleh Cartan. Sementara itu, ibu Deokman yang tidak lain adalah Sohwa sangat kaget ketika Chilseok yang diantarkan ke kamar mengajaknya berbicara dalam bahasa Gyerim (Korea). Gerak-gerik wanita itu yang terlihat ketakutan mulai membuat Chilseok curiga. Ditengah masalah yang melanda, dimana gubernur daerah setempat melarang penjualan teh diantara para pedagang, Deokman dengan antusias menceritakan pada Sohwa soal Chilseok tanpa sadar kalau dirinyalah yang selama ini dicari salah satu prajurit hwarang terbaik itu. Di Shilla, Mishil dikejutkan oleh kemunculan Seolwon yang datang terburu-buru. Rupanya, Seolwon mengabarkan kalau Ratu Maya kembali kehilangan putranya secara tragis. Terus menyalahkan diri sendiri, Ratu Maya sampai harus ditenangkan oleh Raja Jinpyeong . Diam-diam, masih ada satu orang lagi yang merasa dirinya sebagai penyebab kematian tiga pangeran putra Raja Jinpyeong : Putri Cheonmyeong. Teringat akan ucapan Mishil beberapa tahun sebelumnya, sang putri nekat mendatangi wanita penuh tipu-muslihat itu.

Keramaian di pasar membuat mata Deokman berbinar-binar, namun kesenangannya diusik oleh kemunculan Chilseok. Rupanya, Chilseok menagih janji Deokman yang berjanji bakal memberinya pekerjaan. Sambil tersenyum, Deokman mengenalkan Chilseok pada Cartan yang berasal dari Eropa. Sempat kaget dengan gaya berkenalan Cartan yang ‘tidak biasa,’ Chilseok diajak ke tempat dimana Deokman memperkenalkan cara baru untuk menyelundupkan teh : dengan mengubahnya menjadi bata. Sayang, strategi brilian tersebut dikacaukan oleh kemunculan mendadak para tentara. Diam-diam, Deokman menggunakan kaca pembesar untuk membakar barang bukti. Akibatnya fatal : Sohwa mendadak histeris begitu melihat api berkobar. Di tahanan, Deokman sambil bercucuran air mata menceritakan apa yang membuat sang ibu begitu trauma sambil diiringi tatapan curiga Chilseok. Teriakan panik Deokman supaya Sohwa mendapat perawatan tidak digubris para prajurit. Gubernur Yang, pemimpin daerah Guangdong, memutuskan untuk mengeksekusi mereka yang terlibat penyelundupan teh dimulai dari Cartan. Dengan cepat, Deokman maju dan mengaku dirinya sebagai dalang dari semuanya. Dengan sedikit ketakutan, Deokman, dibantu Cartan sebagai penerjemah, menyebut apa yang dilakukannya adalah karena kasihan dengan para pedagang yang telah menghabiskan banyak waktu untuk sampai ke Guangdong namun harus sia-sia karena larangan jual-beli teh yang tidak masuk akal. Wajah Gubernur Yang merah-padam mendengar penuturan Deokman, namun gadis cilik itu tambah berani dan menyebut bahwa gubernur yang tidak memperhatikan rakyatnya tidak pantas untuk memegang kekuasaan. Dengan kesal, Gubernur Yang menyodorkan dua biji dan menyuruh Deokman memilih salah satu diantaranya. Tidak percaya begitu saja, Deokman langsung mengambil salah satu biji dan menelannya sambil menyebut bahwa bila dugaannya benar, maka biji yang dipegang Gubernur Yang bertuliskan HIDUP. Kecerdasan gadis itu membuat sang gubernur tidak punya pilihan lagi selain membebaskan para pedagang. Begitu sampai di penginapan, Cartan cuma bisa meringis kesal sekaligus takjub mendengar penuturan Deokman yang menyebut apa yang dikatakannya berasal dari buku. Dibelakangnya, Sohwa yang sempat tersenyum bangga mendadak pucat begitu mendengar Deokman menceritakan asal-usul Chilseok pada Cartan. Dengan terburu-buru, Sohwa menarik Deokman untuk meninggalkan tempat itu. Saat menuju kamar untuk menyiapkan pakaian, langkah keduanya dihadang oleh Chilseok. Sempat terjadi kejar-kejaran, namun kecerdikan Deokman ditambah keberanian Sohwa membuat keduanya lolos meski kediaman mereka terbakar habis. Chilseok yang terluka karena tusukan belati Sohwa memaksakan diri untuk mengejar dua orang yang telah dicarinya selama belasan tahun, meski sudah diingatkan kalau matanya bisa buta bila memaksakan diri. Bagaimana dengan Deokman dan Sohwa? Keduanya meninggalkan Guangdong dengan melewati padang pasir. Saat berteduh di sebuah gua, Sohwa meminta Deokman untuk pergi sejauh mungkin. Namun, Deokman malah meminta supaya keduanya bisa kembali ke Shilla untuk mengetahui asal-usulnya. Sempat melihat surat yang terus disimpan Sohwa, Deokman malah mengira kalau Munno adalah ayah yang menelantarkannya. Melihat Deokman mencucurkan air mata dan salah sangka, Sohwa langsung memeluk gadis itu dengan erat. Belakangan saat sang putri tengah mengambil air, Sohwa kembali berpapasan dengan Chilseok, keduanya terlibat kejar-kejaran. Panik dan berusaha untuk memperingati Deokman, Sohwa terjatuh ke pasir hisap. Wajah Deokman langsung pucat, ia berusaha menyelamatkan sang ibu. Sementara itu dari belakang, Chilseok muncul sehingga Sohwa harus mengambil keputusan terberat dalam hidupnya : mengorbankan diri demi Deokman.

Dengan pisau pemberian Raja Jinpyeong, Sohwa memotong tali yang menahan tubuhnya demi menyelamatkan Deokman. Deokman langsung menjerit histeris melihat tubuh Sohwa menghilang ditelan pasir hisap, ia nyaris saja terjun menyusul sang ibu kalau saja Chilseok tidak mencegah. Petaka tidak hanya sampai disitu, mendadak badai gurun bertiup kencang. Begitu tersadar kembali, Deokman berada dibawah tumpukan pasir. Usahanya mencari Sohwa sia-sia, gadis itu hanya bisa menangis dan terbaring di tengah padang pasir sampai akhirnya ditemukan oleh Cartan dan para pedagang lain. Di Seorabol ibukota kerajaan Shilla, Putri Cheonmyeong tiba-tiba terbangun setelah bermimpi buruk. Dalam mimpinya, sang suami yang juga merupakan putra dari raja sebelumnya Kim Yongsu terbunuh dalam sebuah pertempuran melawan musuh. Pada kenyataannya, Yongsu yang digosipkan bakal menjadi putra mahkota ditentang oleh pasukan hwarang dan para menteri kabinet karena selain statusnya sebagai putra Raja Jinji yang tersingkir, dirinya dianggap belum berjasa sama sekali bagi kerajaan Shilla. Sadar kalau banyak pihak yang menentang, Yongsu didepan sidang kabinet menyatakan bakal membuktikan diri dengan menaklukkan salah satu wilayah strategis kerajaan Baekje. Melihat Putri Cheonmyeong begitu sedih, Raja Jinpyeong tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan wajah muram, Raja Jinpyeong memberitahukan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang berubah menjadi delapan, dan menyebut Putri Cheonmyeong sebagai satu-satunya harapan untuk menghadapi Mishil. Ucapan itu sukses membuat sang putri mengurungkan niatnya melarang Yongsu untuk bertempur. Secara mengejutkan, Kim Yongsu berhasil menaklukkan pasukan Baekje sekaligus memenggal kepala salah satu jendralnya. Sayang dalam perjalanan pulang, ia tewas karena dipanah salah seorang prajurit Baekje (seperti yang diimpikan oleh Putri Cheonmyeong). Kedukaan juga tengah dirasakan Deokman yang baru saja kehilangan ibunya. Seolah seperti mimpi, Sohwa muncul dihadapannya sambil menghibur gadis yang tengah tersedu-sedu itu. Uniknya, hal serupa juga dialami oleh Putri Cheonmyeong, yang seolah melihat suaminya Yongsu ada didepannya. Saat tengah mendoakan arwah Yongsu di biara, mendadak Mishil berada di samping Putri Cheonmyeong. Setelah berdoa, wanita itu memeluk Cheongmyeong sambil membisikkan supaya sang putri pergi sejauh mungkin dan melupakan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang tidak masuk akal. Putri Cheonmyeong akhirnya memutuskan untuk tinggal di biara, permintaan itu membuat Raja Jinpyeong kaget. Permintaan itu juga ditentang oleh Kim Yongchun, namun sang adik ipar akhirnya mengerti : Cheonmyeong melakukan semua demi keselamatan bayi yang dikandungnya.

Keputusan besar diambil oleh Deokman, ia memutuskan untuk meninggalkan padang pasir menuju Seorabol untuk mencari tahu asal-usulnya. Sebelum berpisah, sahabatnya Cartan berpesan supaya dalam perjalanannya, Deokman menyamar sebagai seorang pria. Mata Deokman terbelalak takjub begitu sampai di Seorabol, namun mencari sosok Munno ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dirinya nyaris putus asa, sampai secara tidak sengaja ia mendengar seorang berpakaian rahib mengatakan bahwa tidak semua orang bisa bertemu Munno.

Deokman begitu bersemangat begitu mendengar nama Munno, tanpa sadar kalau kedua orang yang ditemuinya adalah penipu. Begitu melihat Deokman antusias, penipu yang berpakaian pendeta bernama asli Jukbang langsung pura-pura lemas sementara rekannya Godo pura-pura menyebut hal itu dikarenakan si pendeta baru saja bertapa sambil berpuasa. Dasar polos, Deokman langsung mentraktir keduanya makan enak. Kedok Jukbang nyaris saja terbongkar ketika anak-anak calon hwarang pimpinan Kim Yushin mengkonfrontirnya karena telah mencuri giok, namun dengan licik pria itu menyelipkan giok tersebut ke saku Deokman. Tidak cuma itu, Deokman juga diberikan sebuah surat untuk seorang pria bernama Seolji. Mengira kalau dirinya telah mendapatkan titik terang mengenai lokasi keberadaan Munno, Deokman langsung berjalan dengan riang. Di istana, Mishil dan orang-orang kepercayaannya menggelar rapat untuk melacak keberadaan Munno. Hanya ada satu masalah, Munno diduga berada di wilayah pimpinan Kim Sohyeon yang juga merupakan adik ipar raja. Dengan alasan untuk menangkap pemberontak, Mishil mendatangi Raja Jinpyeong yang tengah berpesta bersama para menterinya. Kehadiran Mishil langsung membuat rona gembira wajah Jinpyeong berubah, dengan cepat ia mengiyakan keinginan Mishil. Masalah sempat timbul saat rapat kabinet. Sebelum Seolwon berbicara, Sejong memotong dengan menyebut supaya pimpinan pasukan diserahkan pada Hajong, putranya dengan Mishil. Alasannya sederhana : meski kedudukannya tinggi, Hajong belum melakukan hal heroik bagi Shilla. Rupanya Sejong punya niat lain, ia ingin Hajong meraih nama besar sehingga kelak bisa menjadi raja setelah Mishil berkuasa. Niat tersebut bukannya tidak diketahui Seolwon dan Bojong, namun rupanya Mishil punya rencana sendiri untuk Bojong, putra hasil hubungannya dengan Seolwon. Saat hendak menyeberang sungai, Deokman dengan seenaknya naik perahu dan duduk di sebelah wanita berpakaian biksuni yang dikelilingi sejumlah pria. Tidak sadar kalau yang disebelahnya adalah Putri Cheonmyeong, gadis malang itu sempat dilempar ke dalam sungai oleh para pengawal sang putri. Tiba-tiba muncul segerombolan pria tak dikenal yang langsung menyerang, Deokman berhasil menyelamatkan Putri Cheonmyeong yang nyaris dipanah. Keduanya sempat adu mulut karena sikap Putri Cheonmyeong yang angkuh, namun permusuhan tersebut terlupakan saat keduanya sama-sama menjadi tawanan. Sempat sumrigah ketika akhirnya menemukan Seolji, siapa sangka surat dari Jukbang malah menjerumuskan Deokman dan Putri Cheonmyeong (yang identitasnya belum diketahui siapapun) dalam kesulitan besar. Langsung memutar otak, Deokman mengaku kalau dirinya bisa mendatangkan hujan. Dengan wajah bengis, Seolji memberi Deokman waktu tiga hari. Langsung meminta dibuatkan altar, Deokman dengan tidak kenal lelah bersujud-sembah. Masih belum cukup, ia juga menggali tanah untuk mencari sumber air. Tekad Deokman yang begitu kuat akhirnya meluluhkan hati Seolji dan orang-orang disekitarnya. Tak berapa lama, hujan mendadak turun seolah langit tersentuh melihat keteguhan hati Deokman. Sayang kegembiraan itu tidak bertahan lama, tiba-tiba pasukan Shilla pimpinan Hajong muncul dan menyerang perkampungan. Untuk kesekian kalinya, Putri Cheonmyeong dan Deokman terlibat pelarian. Saat tengah berlari untuk meloloskan diri dari kejaran prajurit, Deokman dan Putri Cheonmyeong jatuh terguling-guling. Nasib Deokman sungguh apes, ia nyaris jatuh dari tebing dan satu-satunya yang bisa menolong hanyalah Putri Cheongmyeong yang juga tengah panik.

Tidak ingin Putri Cheonmyeong celaka, Deokman melepaskan tali yang dipegangnya. Begitu sadar, Deokman terkejut melihat Putri Cheonmyeong ada didepannya. Terbelalak melihat gadis itu nekat terjun menyelamatkannya, Deokman memeluk sang putri dengan wajah berseri-seri. Malamnya di api unggun, Putri Cheonmyeong langsung mengajak Deokman untuk mencari Munno di biara Yeorae setelah mendengar alasan sahabat barunya itu. Saat hendak membersihkan rambut Deokman, sang putri sedikit terkejut saat tahu Deokman mempunyai tanda lahir yang sama dengannya. Namun begitu sampai, biara malah telah dikuasai oleh segerombolan pria bertopeng (yang dipimpin oleh Bojong). Terjadi kejar-kejaran, Deokman dan Putri Cheonmyeong sempat nyaris jadi tawanan, namun di saat genting muncul pasukan kerajaan yang dipimpin Imjong. Sebuah panas yang dilepaskan Bojong (yang mengenakan topeng) langsung membuat Putri Cheongmyeong jatuh terguling-guling, disusul oleh Deokman dan Bojong, yang terkena panah Imjong. Bisa dibayangkan, bagaimana marahnya Raja Jinpyeong mendengar apa yang terjadi di biara Yeorae. Kuatir dengan keselamatan putrinya, ia memutuskan untuk datang sendiri ke biara yang terletak di propinsi Manno dan dipimpin oleh adik iparnya Kim Sohyeon. Kesempatan itu digunakan oleh Mishil untuk menekan Kim Sohyeon, ia menyebut sang gubernur harus membayar mahal bila Putri Cheonmyeong tidak berhasil ditemukan. Di pinggir sebuah sungai, Putri Cheonmyeong ditemukan dalam keadaan tidak sadar oleh Kim Yushin. Sayangnya terjadi kesalahpahaman, Yushin menemukan gioknya di saku baju yang dikenakan sang putri sehingga mengiranya sebagai pencuri. Dengan suara tinggi, Putri Cheonmyeong memerintahkan supaya dirinya dilepaskan dan dibawa ke hadapan Kim Sohyeon. Ucapan itu malah membuat Yushin berang, ia membiarkan Putri Cheonmyeong dalam keadaan terikat dan menyaksikannya berlatih. Keduanya terlibat adu mulut, Putri Cheonmyeong sempat tersentak ketika perkataan Yushin tentang kejujuran mengingatkan akan dirinya sendiri saat berbicara dengan Mishil. Dengan lemas, Putri Cheonmyeong terduduk dan menunggu Yushin menyelesaikan latihannya. Sementara itu, Deokman di tempat terpisah tengah merawat Bojong yang luka parah terkena panah. Nasib kembali mempertemukannya dengan Jukbang dan Godo. Rupanya meski berprofesi sebagai penipu, Jukbang cukup handal sebagai seorang tabib. Deokman langsung gembira melihat Bojong berhasil diselamatkan, namun kembali marah-marah saat tahu cincin pria itu berhasil dicuri Jukbang. Saat mengantar Putri Cheonmyeong ke pengadilan, Yushin dan para bawahannya melihat pengumuman. Wajahnya langsung berubah pucat saat membaca pengumuman itu, ia sadar kalau yang ada dihadapannya bukanlah pencuri melainkan Putri Cheonmyeong. Di luar dugaan, Putri Cheonmyeong di hadapan Raja Jinpyoeng menyebut Yushin sangat berjasa menyelamatkan nyawanya. Saat bicara bertiga dengan Mishil, ia langsung membela Kim Sohyeon yang semula hendak ditimpakan kesalahan atas kejadian di biara Yeongrae. Dengan cepat, Putri Cheonmyeong membalikkan kecurigaan ke kubu Mishil khususnya Bojong, yang disebut tengah pergi ke suatu tempat. Wajah Raja Jinpyeong langsung kuatir melihat putrinya nekat berhadapan dengan Mishil, namun Putri Cheonmyeong menyebut itu adalah ujian baginya. Diam-diam, Seolwon siap membayar dalam jumlah besar bagi siapapun yang berhasil menemukan putranya Bojong. Begitu tahu, Jukbang dan Godo langsung kembali ke gubuk tempat Bojong dirawat, dan kembali bertemu Deokman. Berhasil membujuk Deokman, Jukbang dan Godo berjanji bakal menjadi penunjuk jalan bagi pasukan. Siapa sangka kali ini mereka tidak hanya berhadapan dengan Seolwon, melainkan langsung dengan Mishil sendiri.

Dari semak-semak, secara samar-samar Deokman melihat wajah Mishil, wanita yang kelak bakal menjadi musuh bebuyutannya. Begitu sadar kalau yang ada dihadapannya adalah Mishil, wajah Jukbang langsung pucat. Godo yang tidak sadar akan bahaya terus mengoceh, ia heran melihat Jukbang terdiam. Begitu ada kesempatan, Jukbang dan Godo langsung lari tunggang-langgang karena takut mereka bakal dihabisi setelah Bojong ditemukan. Dengan geram, Seolwon langsung memerintahkan supaya keduanya ditemukan dengan segala cara. Di istana, Putri Cheonmyeong yang tengah berbincang-bincang dengan Raja Jinpyeong dan Yongchun sangat yakin kalau Mishil tidak akan mampu membuktikan keberadaan Bojong, namun mereka ternyata salah. Melihat Deokman ada di gubuk tempat Bojong semula dirawat, Jukbang dan Godo buru-buru menariknya pergi. Namun di tengah kota, keduanya berhasil ditangkap oleh anak buah Mishil. Tidak kehabisan akal, Deokman sengaja membuat kegaduhan supaya kehadirannya menarik perhatian. Deokman yang tidak perduli kalau dihadapannya adalah Raja Jinpyeong langsung menunjuk Bojong sebagai orang yang ada saat kemelut di kuil Yeorae. Sudah tentu Bojong membantah, namun Deokman mengeluarkan bukti kuat yang dimilikinya : cincin yang dicuri oleh Jukbang. Tidak cuma itu, dengan berani Deokman mendatangi Mishil yang sempat sekilas dilihatnya di hutan. Tanpa basa-basi, gadis yang menyamar sebagai pria itu meminta supaya Jukbang dan Godo (yang diakuinya sebagai ayah dan kakak) untuk segera dibebaskan. Ucapan blak-blakan Deokman membuat Mishil mati kutu. Bahkan berkat perintah Raja Jinpyeong, Jukbang dan Godo yang nyaris dieksekusi akhirnya dibebaskan. Di hadapan sang ayah, Putri Cheonmyeong mengakui semua termasuk soal dirinya yang telah melahirkan seorang putra. Atas permintaan Putri Cheonmyeong, Kim Yushin dan Deokman akhirnya dibawa kembali ke Seorabol sebagai nangdo alias calon anggota Hwarang. Tentu saja, Jukbang dan Godo, yang mengemis-ngemis pada Deokman untuk ikut diselamatkan, tidak ketinggalan. Sudah tentu, masuknya Deokman, Jukbang, dan Godo diprotes oleh para anak buah Yushin. Namun, pemuda berhati lurus itu menyebut tidak akan main-main saat menggembleng ketiganya. Begitu sampai di Seorabol, Putri Cheonmyeong (yang menggunakan cadar) mengambil kembali posisinya sebagai pimpinan tertinggi pasukan hwarang sekaligus menobatkan Yushin dan anak buahnya sebagai bagian dari pasukan elit kerajaan Shilla tersebut. Dari situlah cobaan dimulai. Sepeninggal Putri Cheonmyeong, Bojong dan pasukan hwarang lain menolak kehadiran Yushin dan anak buahnya. Bahkan setelah menang, Bojong merobek separuh bendera pasukan Yushin dan mengambilnya. Begitu tahu kalau Putri Cheonmyeong telah melahirkan seorang putra, Mishil langsung tertawa sehingga membuat para sekutunya sedikit gemetar ketakutan. Rupanya, Mishil melihat Putri Cheonmyeong bagai dirinya di masa lalu.

Penasaran dengan sosok lain yang berani menghadapinya, Mishil minta supaya Deokman dibawa kehadapannya. Lagi-lagi, Deokman berani membantah Mishil saat ditanya hubungan antara dirinya dengan Munno. Pembicaraan keduanya terhenti oleh kemunculan mendadak Yongchun, yang sadar kalau Deokman ada dalam bahaya. Begitu sampai di luar, Deokman menanyakan soal papan nama Chilseok yang sempat dilihatnya. Rupanya, semua orang menyangka Chilseok sudah mati. Menghilangnya Deokman membuat Yushin marah, ia menghukum sang bawahan dengan karung pasir yang harus diikat di kaki. Dalam kondisi biasa saja, Deokman belum tentu bisa mengimbangi rekan-rekannya sesama nangdo saat berlari jarak jauh, apalagi setelah kakinya diikat karung pasir. Karena jadi orang terakhir yang sampai, Deokman kembali mendapat ‘hadiah’ satu karung pasir lagi. Kejadian itu lama-lama membuat gadis yang menyamar sebagai pria itu terbiasa, namun ia tetap tidak kehilangan keoptimisannya. Dan tidak terasa, tahun-tahun berlalu begitu cepat.

Setelah dewasa, tidak ada yang berubah dari Deokman : ia tetap ceria dan selalu menjadi yang terakhir tiba saat lari jarak jauh. Sebagai orang terakhir, Deokman terus-menerus mendapat hukuman dari pimpinan klan Kembang Naga Kim Yushin. Meski jengkel, gadis yang menyamar sebagai pria itu tetap menurut. Meski dicap anggota paling lemah, Deokman punya satu hal yang tidak dimiliki rekan-rekannya : keinginan untuk menjadi lebih baik. Bahkan saat semuanya istirahat, ia tidak ragu-ragu berlatih memanah sendirian sambil mempelajari teknik yang benar. Cobaan bagi Deokman dan rekan-rekannya tidak hanya dari Yushin yang kerap memberikan latihan ekstra keras, melainkan juga dari klan hwarang lain yang dipimpin oleh Seokpum (Hong Kyung-in). Di istana, berita jatuhnya benteng Sokham membuat Raja Jinpyeong kuatir. Namun saat penasehat Eulje (Shin Goo) menyarankan supaya Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) memimpin pasukan untuk melakukan serangan balasan, niat tersebut ditentang kubu Mishil. Lagi-lagi, Raja Jinpyeong tidak berkutik dan hanya bisa mengiyakan ketika Mishil meminta supaya putranya Hajong memimpin pasukan untuk membalas serangan Baekje. Ketegangan antar klan hwarang memuncak ketika Deokman diganggu Seokpum, yang berusaha mempermalukannya dengan mencopot baju gadis yang dikira sebagai pria itu. Adegan tersebut terlihat oleh anggota klan Kembang Naga lain, sehingga perkelahian antar klan tidak bisa dihindari. Keributan tersebut kontan menjadi pembicaraan di rapat pimpinan hwarang. Yushin sempat menyebut bahwa keributan disebabkan oleh klan pimpinan Seokpum, namun saat diminta untuk melakukan pembuktian lewat ajang kompetisi antar klan hwarang yang dikenal dengan nama Beejae, pria itu menolak. Sebagai gantinya, ia menghukum Deokman. Sudah tentu keputusan tersebut membuat emosi anggota klan Kembang Naga, salah satunya Shiyeol berang, mereka menganggap bahwa mundur dari kompetisi adalah tindakan pengecut. Namun, Yushin rupanya punya pertimbangan sendiri. Sehebat-hebatnya Yushin menghindar, sebuah kejadian yang melibatkan klan Seokpum membuatnya tidak punya pilihan lagi kecuali ikut kompetisi Beejae. Siapa sangka, pertandingan antar klan bisa dihentikan oleh hal yang jauh lebih penting : serangan kerajaan Baekje ke benteng Yeongnam yang letaknya sangat vital bagi Shilla. Sadar kalau Hajong yang memimpin pasukan Shilla bukan tandingan Baekje, Mishil meminta Raja Jinpyeong untuk mengutus Seolwon untuk maju ke medan perang. Di tempat lain, Yushin mempersiapkan para anggota klan Kembang Naga untuk pertandingan Beejae. Begitu sampai di tempat pertandingan, klan Kembang Naga yang telah berpakaian lengkap dikejutkan oleh pengumuman yang disampaikan salah satu petinggi hwarang Hojae: Shilla secara resmi kembali berperang dengan kerajaan Baekje. Setelah rapat bersama Putri Cheonmyeong, akhirnya diputuskan untuk menyertakan para pasukan hwarang ke dalam pertempuran, diantaranya klan pimpinan Seokpum, Yushin, dan Alcheon. Di malam sebelum keberangkatan, Deokman diam-diam menyelinap keluar kamp untuk bertemu dengan biksuni yang telah dikenalnya beberapa tahun silam. Tidak sadar kalau biksuni itu adalah Putri Cheonmyeong yang menyamar, Deokman menyampaikan keluh-kesahnya tentang Yushin. Reputasi klan Kembang Naga yang dianggap lemah membuat mereka terlibat perkelahian dengan klan pimpinan Alcheon. Sudah tentu, keributan antar pasukan satu kubu di tengah perang adalah sebuah kejahatan dan pelakunya harus dihukum. Belum sempat diambil tindakan, tiba-tiba Seolwon muncul. Selain meminta Alcheon dan Seokpum menjaga benteng, sang jendral memberi pengumuman mengejutkan : ia menunjuk Yushin dan anggota klan Kembang Naga untuk ikut terjun ke medan pertempuran.

Dipilihnya Kim Yushin untuk mendampingi Seolwon di medan tempur membuat para pentolan hwarang kaget. Yang lebih mengenaskan lagi, hwarang yang lebih senior seperti Seokpum dan Alcheon diminta untuk menemani Kim Seohyeon di garis belakang. Meski kesal, sebagai prajurit mereka harus menerima keputusan. Sebelum berangkat ke medan perang, Seolwon menitipkan surat untuk Kim Seohyeon, yang baru boleh dibuka empat jam setelah kepergiannya. Tidak jauh dari sana, Yushin berpesan pada klan Kembang Naga untuk tidak membuat keonaran sepeninggal dirinya. Gerakan pasukan Shilla yang berjumlah besar menarik perhatian mata-mata Baekje. Rupanya, itulah yang diharapkan Seolwon. Begitu Kim Seohyeon membaca surat, sang ipar raja baru sadar kalau Seolwon hanya mengalihkan perhatian, sementara tujuan utama adalah menyerang gerbang pertama benteng Ahmak. Yang membuat Kim Seohyeon kuatir adalah : sebelum menyerang benteng Ahmak, mereka harus lebih dulu menundukkan garis pertahanan Baekje yang terletak di dataran tinggi dimana terdapat pasukan panah. Begitu diberitahu strategi yang bakal dilakukan, klan Kembang Naga yang berada dibawah pimpinan Alcheon (terutama Shiyeol) langsung pucat-pasi. Kondisi makin kontras ketika mereka mulai terjun ke medan perang, Klan Kembang Naga benar-benar terlihat seperti sekelompok orang amatir. Saat tengah mengendap-ngendap mendekati musuh, terjadi insiden : Shiyeol, yang ketakutan melihat seekor ular, berteriak sehingga penyamaran pasukan Shilla terbongkar. Untungnya, pasukan pimpinan Alcheon berhasil menaklukkan musuh sebelum jatuh lebih banyak korban. Setelah menaklukkan gerbang pertama, Alcheon yang geram sempat hendak mengeksekusi Shiyeol yang penakut karena dianggap membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Namun, ucapan Deokman ditambah kemunculan Kim Seohyeon membuatnya harus mengurungkan niat. Perintah bagi Kim Seohyeon ternyata tidak hanya sampai disitu, Seolwon menginstruksikan supaya menyerang dan menaklukkan benteng Ahmak. Padahal, pasukan Shilla yang tersisa tidak sebanding dengan pasukan Baekje yang ada di benteng Ahmak. Ditaklukkannya barisan pertahanan pertama benteng Ahmak membuat Jendral Boopae dari Baekje yang berkedudukan di benteng Seokham kaget setengah mati. Marah karena merasa dirinya ditipu, ia langsung memerintahkan lima ribu pasukan untuk merebut kembali garis depan benteng Ahmak. Seolwon memang benar-benar jendral yang ahli strategi, rupanya tujuan utama sejak semula adalah mengurangi kekuatan di benteng Seokham supaya lebih mudah diserang, sementara pasukan Kim Seohyeon hanya pancingan. Satu-satunya yang sadar akan bahaya yang bakal menimpa Kim Seohyeon adalah Yushin, namun permintaannya supaya Seolwon mengirimkan bala bantuan hanya ditertawakan oleh sang jendral. Rupanya, sejak semula Seolwon hendak mengorbankan Kim Seohyeon dan pasukannya. Keadaan makin genting dihadapi pasukan Kim Seohyeon, satu-persatu pos pertahanan Shilla telah ditaklukkan pasukan Baekje yang datang dari benteng Seokham. Posisi mereka terjepit oleh dua tentara sekaligus : dari benteng Ahmak dan bala bantuan dari benteng Seokham. Satu-satunya kesempatan yang diberikan Seolwon adalah mengirim Yushin sebagai kurir untuk menyuruh Kim Seohyeon dan pasukannya mundur sebelum bala tentara Baekje datang.

Di istana, strategi jitu yang dijalankan Seolwon mampu ditebak oleh Mishil, dan disambut dengan tawa lebar Misaeng. Sang adik lebih kaget lagi saat tahu Mishil mampu mengetahui strategi Seolwon hanya dengan melihat keadaan. Meski tahu kalau strategi perang yang dijalankan Mishil dan kelompoknya tidak cuma demi menaklukkan benteng yang dikuasai Baekje melainkan sekaligus melenyapkan Kim Seohyeon, Raja Jinpyeong tidak bisa berbuat apa-apa. Dikurung oleh bala tentara Baekje, Alcheon dan pasukannya serta klan Kembang Naga kelabakan. Di saat terakhir, Alcheon memerintahkan supaya para hwarang dan nangdo (calon hwarang) berani menghadapi musuh dengan gagah-berani dan mengorbankan nyawa mereka. Namun, Deokman yang tidak mau mati konyol mendadak teringat akan strategi lingkaran yang pernah diajarkan Yushin dan langsung memerintahkan pasukan yang tersisa untuk mengikuti perintahnya. Sayangnya karena kalah jumlah, tak lama kemudian satu-persatu prajurit Shilla gugur. Begitu sampai, Yushin langsung menyampaikan pesan pada sang ayah supaya mundur. Wajahnya langsung pucat saat tahu hanya segelintir dari klan Kembang Naga yang selamat. Bahkan, Deokman diduga telah tewas di medan pertempuran.

Saat tengah mencari keberadaan Deokman di antara tumpukan mayat, Yushin tidak sadar kalau seorang prajurit Baekje masih hidup. Terkejut mendapat serangan mendadak, nyawa Yushin berada di ujung tanduk sampai tiba-tiba seseorang memanah prajurit Baekje dari belakang. Orang tersebut adalah Deokman, yang ternyata masih hidup. Di istana, Putri Cheonmyeong kaget saat diberitahu kalau kurir yang diutus untuk menemui Kim Seohyeon adalah Yushin. Berusaha meminta Raja Jinpyeong untuk mengirim bantuan, niat tersebut ditentang oleh Mishil karena itu berarti Shilla, yang tengah dalam negosiasi gencatan senjata, masuk ke wilayah Baekje. Di medan pertempuran, Kim Seohyeon menugaskan Alcheon sebagai pimpinan pasukan untuk memancing Baekje. Punya peran penting yaitu menyelamatkan ribuan pasukan yang tersisa, Alcheon tidak segan-segan menebas anggota pasukannya yang terluka parah dan tidak bisa bergerak. Aksi tersebut sempat diprotes Deokman, yang menganggap tindakan Alcheon tidak berperikemanusiaan. Namun Alcheon punya alasan sendiri : prajurit yang tidak bisa bertempur hanya akan memperlambat gerak pasukan dan membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Keruan saja, hal ini membuat Shiyeol yang terluka tangannya semakin ketakutan. Pasukan Baekje akhirnya berhasil dipancing meski korban yang jatuh tidak sedikit, Deokman ditugaskan untuk memantau keadaan bersama Shiyeol, yang lagi-lagi berulah karena ketakutan. Dengan suara tinggi, Deokman menyebut bahwa bila ingin hidup, Shiyeol harus berjuang mati-matian mempertahankan nyawa. Dari salah seorang prajurit Shilla yang sekarat, Deokman mendapat kabar penting yang harus disampaikan kepada Alcheon : seluruh tempat telah dikuasai pasukan Baekje termasuk tempat dimana pasukan pengalih perhatian berencana untuk berkumpul kembali dengan Kim Seohyeon. Sekonyong-konyong muncul pasukan Baekje, yang salah satu panahnya berhasil melukai Alcheon. Seperti perjanjian semula, Alcheon meminta supaya dirinya dihabisi. Tidak tahan lagi melihat aksi pembantaian, Deokman menelan surat yang berisi informasi tempat pertemuan dengan Kim Seohyeon dan mengancam tidak akan memberitahu lokasinya bila Alcheon dibunuh. Ucapan Deokman masuk akal : jauh lebih baik bila pasukan yang tersisa (termasuk yang terluka) berjuang bersama-sama untuk menghadang pasukan Shilla. Keberanian Deokman melawan perintah atasan membuat Yushin marah, namun ucapan sang nangdo membuatnya tidak berkutik.

Dasar beruntung, Yushin mendapat ide baru untuk menghalau pasukan Baekje berkat ketidaksengajaannya mendengar pertengkaran Jukbang dan Godo menggunakan daun tanaman beracun. Strategi tersebut sukses menghancurkan pasukan Baekje, bahkan Shiyeol yang penakut berhasil menaklukkan salah seorang panglima musuh. Namun bayarannya sangat mahal keberanian Shiyeol adalah untuk yang terakhir kalinya, ia tewas dengan diiringi isak tangis pasukan Kembang Naga. Intrik berlanjut di istana, Mishil yang mengira Kim Seohyeon sudah tewas mengusulkan untuk mempersiapkan upacara penghormatan. Namun kejutan terjadi Ratu Maya muncul bersama Putri Manmyeong dengan membawa kabar kalau Ibu Suri Manho sudah menerima Kim Seohyeon sebagai menantu. Itu artinya status Kim Seohyeon sebagai seorang bangsawan sudah pulih, sejumlah daerah yang semula merupakan miliknya dikembalikan. Tidak cuma itu, Putri Cheonmyeong mengusulkan supaya ipar Raja Jinpyeong itu diangkat sebagai wakil menteri pertahanan dan diijinkan untuk menghadiri rapat para pentolan hwarang. Kalah posisi, Mishil masih bisa tersenyum sambil menyebut bahwa permintaan Putri Cheonmyeong itu baru bisa terealisasi bila Kim Seohyeon bisa kembali dengan selamat. Di medan pertempuran, pasukan pimpinan Yushin akhirnya bisa bertemu dengan sisa pasukan pimpinan Seokpum, sayangnya keberadaan Kim Seohyeon belum diketahui. Di tengah keadaan yang semakin genting karena tambahan pasukan Baekje sudah mengepung, Seokpum yang diserahi jabatan pimpinan malah berniat menghabisi Deokman yang dianggap punya niat memberontak karena membantah perintah atasan. Sudah tentu, Yushin dan Alcheon beserta para prajurit yang tersisa langsung membela Deokman. Sempat berniat menghunus pedangnya, Yushin yang emosi akhirnya meminta supaya diberi kesempatan untuk menghadapi pasukan Baekje bersama klan Kembang Naga sementara Seokpum membawa prajurit yang tersisa ke perbatasan. Sebelum turun ke medan laga, Yushin menyerahkan sobekan bendera Kembang Naga yang dipegangnya kepada Seokpum sambil meminta hwarang itu menaruhnya di Seorabol untuk mengenang klannya yang sudah berkorban demi Shilla. Setelah itu, Yushin bersama klan Kembang

Menatap pasukan Baekje dengan gagah-berani, Yushin langsung memerintahkan pasukannya untuk maju menyerbu. Di perbatasan, pasukan Shilla menanti kembalinya mereka yang bertempur dengan Baekje dengan perasaan waswas. Saat membalikkan badan untuk kembali, tiba-tiba muncul Alcheon yang dipapah oleh Seokpum beserta pasukan mereka. Tak berapa lama, kejutan berlanjut : Yushin berhasil kembali dengan selamat beserta para nangdo (calon hwarang) klan Kembang Naga. Ternyata bukan cuma Yushin, Kim Seohyeon juga selamat setelah ditolong orang misterius. Di Seorabol ibukota Shilla, semua pihak yang ikut terjun di pertempuran melawan Baekje mendapat hadiah mulai dari Seolwon yang terpilih sebagai menteri pertahanan, Kim Seohyeon sebagai wakilnya, dan Yushin yang mendapat sebidang tanah. Kegembiraan tidak cuma dirasakan sampai disitu, jasa klan Kembang Naga yang begitu besar akhirnya membuat mereka diterima secara resmi sebagai bagian dari kelompok hwarang. Untuk merayakan keberhasilan tersebut, digelar acara jamuan besar-besaran. Sempat terjadi insiden kecil ketika Seokpum yang mabuk mulai menyindir Yushin yang dianggap mendapat hadiah besar karena dirinya adalah anak emas Putri Cheonmyeong. Yushin yang semula diam langsung bereaksi ketika Seokpum mulai menghina Putri Cheonmyeong, namun dengan cepat Bojong mampu menengahi. Di kediaman Mishil, rapat berlangsung sedikit panas. Seolwon menyalahkan dirinya karena strategi yang sudah disusun ternyata tidak mampu melenyapkan Kim Seohyeon. Yang terjadi malah kebalikan, perang terakhir membuat posisi Kim Seohyeon semakin kuat. Yang paling kebakaran jenggot adalah Hajong, yang langsung meminta sang ibu untuk segera bertindak. Namun Mishil ternyata punya rencana lain, ia meminta Sejong untuk menggelar acara jamuan makan untuk menghormati mereka, termasuk Kim Seohyeon, yang kembali dengan selamat dari pertempuran melawan Baekje. Mishil memang luar biasa. Di acara jamuan makan, ia dengan tegas menekankan bahwa selain keahlian, untuk memenangkan perang juga butuh keberuntungan. Sambil menatap tajam Kim Seohyeon, Mishil mengisyaratkan bahwa apa yang diraih sang rival hanyalah kebetulan semata. Di luar dugaan, diam-diam Bojong punya rencana sendiri. Di acara pesta, Yushin yang mulai mabuk mulai meracau didepan Deokman tentang perhatian Putri Cheonmyeong yang begitu besar padanya. Sudah tentu ucapan itu membuat Deokman kebingungan, pasalnya ia merasa sama sekali tidak mengenal sang putri. Saat tengah berpikir keras, Deokman dikejutkan oleh lemparan batu. Rupanya, yang berusaha memanggilnya adalah biksuni sahabat karibnya. Tidak sadar kalau sang biksuni adalah Putri Cheonmyeong, Deokman dengan gembira menceritakan pengalamannya di medan perang. Apes bagi Deokman. Setelah ditinggal Putri Cheonmyeong, ia berpapasan dengan hwarang yang baru saja melakukan percobaan pembunuhan terhadap Kim Seohyeon. Dengan licik, hwarang bernama Hwajung tersebut menarik Deokman ke depan Seolwon dan Bojong serta menuduhnya sebagai pelaku. Akibatnya fatal, Deokman ditangkap dan disiksa supaya buka mulut tentang dalang di balik semua kejadian. Mendengar apa yang terjadi, Putri Cheonmyeong terkejut dan meminta Raja Jinpyeong untuk turun tangan, namun sang raja menolak karena itu berarti tingkah sang putri yang kerap bertemu Deokman yang hanya seorang nangdo bakal mencemarkan nama baik keluarga raja. Yang paling terpukul adalah Yushin, ia tidak percaya Deokman nekat mencoba membunuh ayahnya. Kepada Yushin, Deokman mengaku tidak bersalah dan dirinya hanya menemui biksuni yang pernah dikenalnya sebelum masuk istana. Berusaha melacak keberadaan jejak sang biksuni misterius, samar-samar Yushin teringat sesuatu. Dari Jukbang, Yushin mendapat ide untuk menjebak pelaku sebenarnya. Begitu mendengar kalau Yushin berhasil menemukan biksuni yang bersama Deokman di malam Kim Seohyeon nyaris dibunuh, Bojong yang panik langsung mengutus anak buahnya untuk menghabisi sang biksuni. Strategi tersebut berhasil, Yushin berhasil meringkus pelaku yang asli dengan menggunakan Jukbang yang menyamar sebagai biksuni. Saat Deokman tengah diinterogasi oleh Mishil dan Seolwon, Yushin muncul sambil membawa pelaku yang asli. Siapa sangka, Hwajung mengaku kalau perbuatannya adalah karena dendam bangsa Gaya, yang ditaklukkan Shilla, terhadap keluarga Kim Seohyeon yang ingkar janji. Setelah mengakui semua perbuatannya, Hwajung bunuh diri dengan menusukkan tubuhnya ke pedang yang tengah dihunus Yushin. Keadaan semakin heboh ketika Putri Cheonmyeong tiba-tiba muncul. Berada dalam kondisi susah-payah, Deokman samar-samar melihat sosok sang putri dan langsung terkejut.

Begitu melihat wajah Putri Cheonmyeong, Deokman terkejut karena sang putri ternyata adalah biksuni yang dikenalnya selama ini. Ketika Raja Jinpyeong muncul, Putri Cheonmyeong langsung memberitahu apa yang telah terjadi sambil menyebut bahwa sulit untuk mengungkap dalang kejadian yang sebelumnya menimpa Kim Seohyeon. Begitu sadar dari pingsannya, Deokman ternyata telah ditunggui Yushin. Tak berapa lama, Putri Cheonmyeong muncul. Deokman sempat bersikap seperti biasa, namun tatapan tajam Yushin membuatnya mau tidak mau harus mengedepankan sopan-santun karena yang dihadapannya kini bukanlah biksuni melainkan putri raja. Bakal diserahi tugas berat untuk kembali merebut simpati para bangsawan, Putri Cheonmyeong menceritakan alasannya menyamar didepan Deokman. Sambil tersenyum, sang putri menyebut bakal memimpikan hal yang mustahil demi mewujudkan impian mendiang Raja Jinheung sekaligus mensejahterakan rakyat Shilla. Di kediamannya, Mishil menegur sikap gegabah Bojong yang berniat menghabisi Kim Seohyeon. Dengan dingin, Mishil menyebut bahwa seseorang hanya dibunuh bila sudah tidak berguna lagi. Ucapan itu ditanggapi Seolwon yang mengingatkan sang putra kalau mereka harus selalu menuruti perkataan dan perintah Mishil. Obrolan mereka terhenti oleh kemunculan Hajong, yang memberitahu kalau Mishil kedatangan tamu : Kim Seohyeon dan istrinya Putri Manmyeong. Dengan gaya yang khas, Mishil menyindir Kim Seohyeon secara halus dengan menyebut ayah Yushin itu mempunyai ambisi yang sama dengan dirinya yaitu menguasai kerajaan Shilla. Bahkan, pernikahan Kim Seohyeon dengan Putri Manmyeong disebut sebagai cara untuk mewujudkan ambisi tersebut. Ucapan itu keruan saja membuat Putri Manmyeong marah, ia meminta Mishil yang ‘hanya’ mantan selir dua raja sebelumnya untuk lebih hormat pada keluarga raja. Di luar, sang putri menyebut tetap pada prinsipnya mengikuti Kim Seohyeon. Saat tengah berbincang dengan Deokman dan Yushin, Putri Cheonmyeong kedatangan tamu Eulje, yang memberitahu kalau sang putri telah mendapat titah dari Raja Jinpyeong untuk mencari sumber kekuatan Mishil. Sebagai petunjuk, Eulje memberikan titah Raja Jinheung dan berkas-berkas yang pernah ditulis oleh Munno (Jung Ho-bin). Terkejut mendengar cerita Eulje tentang Mishil yang dimasa mudanya mampu mendatangkan hujan di tengah kemarau panjang, Putri Cheonmyeong mulai berunding dengan dua orang kepercayaannya yaitu Yushin dan Deokman. Saat tengah membaca berkas, secara tidak sengaja Deokman melihat kata bunga Sadaham. Rupanya, Sadaham adalah pria pertama yang pernah dicintai Mishil namun kisah keduanya berakhir tragis. Konon, bunga Sadaham adalah peninggalan terakhir sang jendral untuk Mishil, yang ketika itu telah menikah dengan Sejong, sebelum menghembuskan napas terakhir. Sementara itu, Mishil mendapat kabar gembira kalau kerajaan Shilla bakal kedatangan para pedagang dari jauh yang bakal membawa bunga Sadaham. Persiapan dilakukan dengan serius, Pendeta Agung Seori meminta para pelayan istana untuk meracik makanan dengan menggunakan bumbu khusus yaitu kari. Ditengah kesibukan mengatur penyambutan untuk para pedagang, Putri Cheonmyeong mengutus Yushin dan Deokman untuk menyelidiki tempat yang pernah disebut pada berkas Munno. Siapa sangka saat mencari air di biara Dancheon, mereka bertemu dengan Seori dan Misaeng. Terkejut ketika Seori menyebut kata ‘bunga Sadaham’ pada salah seorang biksu, keduanya memutuskan untuk memberitahu Putri Cheonmyeong. Malamnya sambil memandang sebuah pohon, Mishil kembali teringat akan masa lalunya. Kepada Seori yang belakangan muncul, Mishil menyebut bahwa hanya Sadaham satu-satunya pria yang mampu mencintai tanpa berniat memanfaatkan dirinya sedikitpun. Rupanya, pohon yang ditatapnya adalah pohon dimana Mishil kerap bertemu Sadaham. Berniat untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham, Putri Cheonmyeong berhasil membujuk Raja Jinpyeong untuk menurunkan pasukan ke biara Dancheon. Dipimpin oleh Kim Seohyeon dan Kim Yongchun, pasukan berusaha menggeledah biara dengan alasan ada mata-mata dari kerajaan Baekje yang bersembunyi disana. Bisa dibayangkan, bagaimana kagetnya Kim Seohyeon dan Yongchun saat tahu Mishil ternyata berada di dalam biara. Meski sudah mencari kemana-mana, mereka tidak menemukan benda yang mencurigakan. Belakangan dari Misaeng baru ketahuan, apa yang berhubungan dengan bunga Sadaham bukanlah benda melainkan seorang biksu. Kegagalan membuat kubu Putri Cheonmyeong tidak punya pilihan lain kecuali mencari tahu apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham dari kumpulan pedagang yang bakal mengunjungi Seorabol. Masalahnya cuma satu : kepala penjaga adalah Bojong. Di istana, masalah besar terjadi : kari yang bakal digunakan untuk makanan para pedagang musnah karena kecerobohan seorang dayang. Dasar nasib, Deokman mendapat tugas untuk mencari bahan yang digunakan untuk membuat kari. Pengetahuannya yang luas ditambah bantuan Jukbang membuat Deokman ditugaskan mengepalai persiapan makanan untuk para pedagang. Sempat kaget, Deokman sadar bahwa itulah kesempatannya menyusup demi mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham. Hari kedatangan para pedagang akhirnya tiba, mereka disambut oleh Misaeng (yang fasih berbahasa asing) dan Sejong. Saat rombongan pedagang satu-persatu memasuki Seorabol, Deokman terkejut melihat satu sosok yang sudah sangat dikenalnya.

Di istana, utusan dari China disambut oleh Raja Jinpyeong. Suasana sempat memanas ketika permintaan barter kerajaan Shilla ditolak mentah-mentah, pasalnya barang yang diincar adalah buku kalender yang ketika itu merupakan harta yang tak ternilai. Saat tengah mengamati para pedagang yang memasuki Seorabol, Deokman diingatkan oleh Yushin supaya menjalankan misi rahasianya dengan sangat hati-hati supaya nama Putri Cheonmyeong tidak ikut terseret. Ucapan itu membuat Deokman meradang, ia langsung membalas ucapan Yushin dengan menyebut sang atasan seolah terus mencari kesalahannya. Keduanya sempat terlibat adu mulut seru yang membuat Putri Cheonmyeong tersenyum lebar. Kembali ke Seorabol setelah belasan tahun, Chilseok ternyata membawa seseorang : Sohwa. Rupanya saat terjadi badai pasir, Chilseok berhasil menyelamatkan Sohwa, dan sejak itu tidak terpisahkan dari mantan dayang istana tersebut. Ketika tengah mengendap-ngendap ke dalam kediaman para pedagang, Deokman tertangkap basah oleh Bojong. Untungnya gadis itu cerdas, ia beralasan hendak menanyakan menu masakan yang bakal disajikan kepada para pedagang. Begitu melihat para pedagang hendak mendiskusikan masalah penting, Deokman berinisiatif memecahkan pot bunga supaya ada alasan untuk menguping pembicaraan. Dengan kemampuannya menguasai berbagai bahasa, sudah tentu tidak sulit bagi Deokman untuk mengerti arah pembicaraan para pedagang yang dipimpin Tuan Jang. Setelah semuanya pergi, pedagang lain bernama Hasha mengeluarkan barang yang selama ini menjadi incaran Mishil : bunga Sadaham. Di kediamannya, Mishil sudah mewanti-wanti Misaeng bahwa berapapun harganya, ia harus memiliki bunga Sadaham yang selama ini sudah ditunggu-tunggu kehadirannya.

Untuk mengetahui seperti apa bunga Sadaham, Deokman berhasil membujuk Jukbang (Lee Moon-shik) untuk menggunakan keahliannya mencuri. Tanpa kesulitan, Jukbang berhasil merebut kunci kamar Tuan Jang saat sang pedagang pergi ke kamar kecil. Rencana pertemuan rahasia antara Tuan Jang, yang membawa bunga Sadaham, dan Mishil diam-diam menarik perhatian dua kubu sekutunya : Sejong dan Seolwon. Diam-diam, keduanya mengutus putra masing-masing untuk membuntuti Tuan Jang. Dasar apes, keduanya malah tertangkap basah oleh Mishil sendiri. Ketika Mishil tengah melakukan negosiasi pembelian bunga Sadaham, yang ternyata adalah sebuah buku, Deokman diam-diam menyelinap masuk ke kamar Tuan Jang. Saat membuka sebuah kotak, Deokman sangat kaget melihat barang-barang miliknya saat tinggal di gurun termasuk plakat bertuliskan nama Sohwa ada disitu. Dengan tubuh menggigil, ingatan Deokman langsung melayang ke masa silam. Keluar dari ruangan secara terburu-buru, sehingga Jukbang dan Godo bingung, Deokman langsung mengurung diri dikamarnya. Setelah menuntaskan traksaksi bunga Sadaham, Mishil melakukan tugas berikutnya : menegur langsung Sejong dan Seolwon. Dengan suara tinggi, Mishil menyebut bahwa yang dilakukan dua pria itu sama saja berusaha untuk menjadi Mishil kedua. Dan bila itu terjadi, mereka hanya perlu membunuh Mishil yang asli. Ucapan itu sukses membuat kedua kubu langsung buru-buru meminta maaf. Sikap dingin Mishil tersebut ternyata diikuti oleh sikap mesranya pada Sejong, sang suami, dan Seolwon, sang kekasih gelap, di malam harinya. Paginya, Mishil terkejut saat diberikan kotak berisi bungkus bayi kembar Raja Jinpyeong dan plakat bertuliskan nama Sohwa. Mulutnya langsung ternganga begitu mendengar bahwa kotak itu diberikan oleh seseorang bernama Chilseok, ia langsung memerintahkan supaya Chilseok bisa dibawa kehadapannya.

Ditemani Misaeng, Mishil dan pengiringnya berjalan terburu-buru ke suatu tempat. Diam-diam, Deokman mengikuti dari belakang. Malang bagi sang nangdo, aksinya ketahuan oleh putra Misaeng sekaligus pengawal Mishil yaitu Daenambo. Ditarik paksa untuk masuk, Deokman sudah dibuat menggigil oleh tebakan Mishil yang sudah bisa menebak kalau sang nangdo tengah melacak keberadaan bunga Sadaham. Namun dugaan Mishil sedikit meleset : Deokman bukan ketakutan akibat mengira buku yang dipegang Mishil adalah bunga Sadaham, melainkan karena sadar kalau buku tersebut adalah miliknya. Mulai sadar kalau Chilseok dikirim oleh Mishil, Deokman hanya terdiam saat wanita itu menyindir kesetiaannya pada Putri Cheonmyeong. Dengan suara penuh keyakinan, Mishil menyebut pada dasarnya manusia adalah jahat. Keberhasilan Deokman dalam menjawab membuat Mishil terkesan, ia sempat meminta sang nangdo untuk bekerja untuknya. Begitu Deokman menolak, Mishil dengan santai menyuruhnya keluar. Ucapan itu membuat Misaeng terperangah, namun Mishil menyebut potensi Deokman yang begitu besar membuatnya tidak tega membunuh 'pemuda' itu terlalu cepat. Rupanya, diam-diam Mishil punya strategi untuk menarik Deokman.

Paginya saat bangun, Deokman dikejutkan oleh kemunculan Seokpum di markas klan Kembang Naga yang menyerahkan surat dari Mishil. Keruan saja semuanya terkejut, Deokman yang tidak sadar kalau dirinya dijebak masuk ke dalam kamar untuk membaca pesan yang disebut-sebut Seokpum sebagai jawaban Mishil dari pertanyaan sang nangdo di malam sebelumnya. Tak lama kemudian, Yushin muncul dan meminta Deokman menunjukkan surat dari Mishil. Dengan wajah bingung, Deokman menyerahkan surat sambil menyebut ada sejumlah kejanggalan. Sikap polos nangdo itu malah disalahartikan oleh Yushin, ia mengira Deokman sengaja mengaburkan sejumlah huruf di surat. Dalam waktu singkat, kecurigaan kalau Deokman telah berpindah ke pihak Mishil menyebar dengan cepat. Tidak cuma di kalangan hwarang, gosip meresahkan tersebut juga tengah jadi pembicaraan di kalangan bangsawan istana. Dengan susah-payah, Putri Cheonmyeong berusaha membela Deokman. Dengan usaha keras, Bojong dan Seokpum berhasil menemukan Chilseok, yang sudah berniat meninggalkan Seorabol untuk hidup tenang bersama Sohwa. Sempat terjadi pertempuran sengit, Chilseok yang begitu hebat ternyata punya kelemahan : pandangan matanya sudah kabur. Disinilah keistimewaan Mishil yang membuatnya disegani para anak buah terlihat : ia benar-benar meneteskan air mata melihat penderitaan Chilseok. Tanpa ragu-ragu, Mishil membawa Chilseok kembali ke Seorabol dan setelah mendengar cerita sang mantan pengawal, bertekad untuk bisa kembali membuat Chilseok melihat secara normal seperti sebelumnya. Kebingungan oleh sikap rekan-rekannya yang terlihat agak menjauh, Deokman melakukan kesalahan ketika tengah mengamati Tuan Jang dan para pedagang : ia langsung mematuhi perintah Tuan Jang yang berbicara dalam bahasa Latin. Keruan saja, rahasianya yang selama ini bisa berbicara tidak hanya dalam bahasa Gyerim terbongkar. Keadaan Deokman makin tersudut ketika dirinya diminta menemui Misaeng dikediaman sang pejabat istana, nangdo itu kebingungan ketika dirinya hanya diminta duduk diam tanpa bicara apa-apa. Yushin yang tidak tahan lagi langsung menuduhnya telah tergiur oleh uang Misaeng, dan adu mulut sengit terjadi antara keduanya. Tidak ada pilihan lain bagi Deokman kecuali datang ke tempat Mishil, dengan cepat ia menyatakan siap melayani wanita penuh tipu-daya itu. Permintaan awal Mishil hanya satu : Deokman diminta untuk datang pada malam hari untuk menerjemahkan buku berbahasa Latin yang diberikan oleh Chilseok. Baru saja keluar, tiba-tiba Deokman ditarik oleh dua orang misterius yang ternyata adalah bawahan Putri Cheonmyeong. Dihadapkan dengan sang putri yang didampingi Yushin, akhirnya baru ketahuan bahwa Deokman ternyata sudah bisa membaca strategi Mishil dan hanya pura-pura menyeberang ke kubu musuh bebuyutan Putri Cheonmyeong itu. Setelah diberitahu tentang apa yang harus dilakukan, Deokman berjalan ke kediaman Mishil untuk menjalankan tugasnya. Siapa sangka ditengah jalan, ia bertabrakan dengan seseorang berperawakan tinggi besar. Mata Deokman langsung terbelalak ngeri saat sadar siapa orang itu : Chilseok.

Sempat menanyakan apakah Deokman tidak apa-apa, Chilseok langsung pergi terburu-buru begitu mendengar suara-suara orang mencarinya. Rupanya, kehebohan disebabkan oleh menghilangnya Sohwa, yang belakangan bisa ditemukan kembali. Belum tahu kalau ibunya masih hidup, Deokman cuma bisa termenung sambil meneteskan air mata, ia sadar kalau Mishil-lah yang mengirim Chilseok untuk memburunya saat di padang gurun. Semakin penasaran tentang jati dirinya, Deokman mendatangi Putri Cheonmyeong untuk menceritakan apa yang terjadi. Secara tidak sengaja, sang putri melihat belati kecil Deokman. Pagi harinya, Pendeta Seori meminta Raja Jinpyeong untuk upacara ritual untuk menghindari bencana dari Langit. Seperti yang sudah diduga, Mishil-lah yang diminta sebagai penanggung jawab. Setelah sekian tahun hidup damai, keruan saja berita tentang bakal diadakannya upacara ritual menjadi bahan pembicaraan yang meresahkan rakyat. Pasalnya, upacara kerap diiringi sejumlah kejadian yang tidak bisa dijelaskan. Kubu Raja Jinyeong sendiri sadar upacara ritual kerap digunakan oleh pihak Mishil untuk mengajukan permintaan yang tidak masuk akal. Repotnya lagi, apa yang diramalkan Mishil tidak pernah meleset. Setelah mendapat petunjuk dari Pendeta Wolcheon, Misaeng telah menyiapkan rancangan strategi untuk membuat rakyat tunduk dengan menggunakan patung Buddha dan kacang kedelai mentah. Dibalik gayanya yang santai dan ketidakmampuan di bidang bela diri, Misaeng rupanya memiliki otak brilian dan mampu memikirkan hal yang belum bisa dipikirkan oleh dimasanya. Begitu mendapat kesempatan bersama Mishil, Deokman tanpa henti bertanya pada sang pemegang segel kerajaan tentang banyak hal, yang dijawab Mishil dengan sabar. Yang menarik, Mishil punya konsep menarik tentang penguasa : sampai kapanpun, seorang raja tidak akan mampu memenuhi keinginan rakyatnya yang begitu beragam. Di tengah rapat para hwarang, Putri Cheonmyeong mengajukan diri untuk mendampingi Mishil dalam mempersiapkan upacara ritual dan menunjuk Yushin sebagai pembantu utamanya. Setelah rapat selesai, Yushin dipanggil untuk menghadap Mishil. Dengan gayanya yang khas, Mishil mengingatkan akan nasib bangsa Gaya sambil mengingatkan Yushin untuk tidak menjadikan dirinya sebagai musuh. Siapa sangka, Yushin dengan tegas menyebut hanya akan tunduk bila nyawanya telah tiada dan malah balik mengancam supaya Mishil juga tidak menjadikannya sebagai musuh. Kebersamaan dengan Mishil membuat Deokman mulai mendapat banyak hal dari wanita yang disebut-sebut sebagai harta sekaligus racun kerajaan Shilla tersebut, namun ia langsung terbelalak saat Mishil menyebut tidak percaya dengan apa yang dinamakan 'kehendak dari Langit.' Strategi Mishil memang luar biasa, ia mampu membuat para anggota keluarga kerajaan, terutama Putri Cheonmyeong, dan rakyat bertekuk-lutut dengan meramalkan munculnya patung Buddha dari dalam tanah di wilayah Nahjong. Mengaku mendapat perintah dari Langit, Mishil meminta Raja Jinpyeong untuk mengusir bangsa Gaya dari pinggiran kota Seorabol. Tidak main-main, bila kehendak dari Langit itu tidak dituruti, maka dalam waktu tiga hari bakal terjadi gerhana bulan. Deokman dan Yushin tidak percaya begitu saja, namun keduanya terkejut saat di tempat terpisah, mereka sama-sama melihat bulan menghilang untuk sesaat, yang sekaligus menjadi bukti kalau ramalan Mishil telah menjadi kenyataan. Dengan lemas, Deokman melangkah ke kediaman Mishil untuk meneruskan tugasnya menerjemahkan buku berbahasa Latin. Siapa sangka, Mishil malah menyampaikan hal mengejutkan : ia sudah tahu kalau Deokman adalah mata-mata Putri Cheonmyeong. Tidak ragu menyebut kalau bunga Sadaham adalah buku penanggalan tentang kejadian alam yang bakal terjadi, Mishil menantang Deokman dan kubu Putri Cheonmyeong untuk melawannya. Di tempat terpisah, Putri Cheonmyeong berlutut di kuil sambil menangis, ia mengira kalau Mishil benar-benar utusan dari Langit sehingga tidak bisa dikalahkan. Ditengah kesedihannya, tiba-tiba tangan Putri Cheonmyeong dibelai dengan lembut oleh seorang wanita.

Di tempat lain, tangan Deokman juga dipegang oleh Mishil. Berbeda dengan Sohwa yang lembut, Mishil menebar ancaman bahwa bila Putri Cheonmyeong tetap nekat, maka ia akan kehilangan semua yang disayanginya. Ancaman tidak hanya sampai disitu, Mishil juga meminta Deokman menyampaikan pesannya pada Yushin supaya tidak terus menentangnya bila tidak ingin nasib bangsa Gaya berakhir tragis. Keputusan Raja Jinpyeong akhirnya dijatuhkan, rakyat Gaya diminta pindah ke daerah Samyang yang terkenal tandus. Mishil bergerak cepat, ia berusaha menarik Kim Seohyeon untuk berpihak padanya dengan mengatur pernikahan antara kedua kubu. Tidak tanggung-tanggung, Mishil sendiri yang mendatangi Kim Seohyeon untuk meminta supaya Yushin dinikahkan dengan salah satu cucunya. Sudah tentu Yushin menolak, ia tetap ngotot ingin memerangi Mishil dengan caranya sendiri. Memacu kudanya ke tempat Putri Cheonmyeong, yang baru saja mendengar cerita Deokman, Yushin meminta sang putri tidak menyerah begitu saja terhadap intimidasi Mishil. Menyaksikan dengan pilu saat rakyat Gaya diusir dari tempat tinggalnya untuk dipindahkan, Putri Cheonmyeong memutuskan untuk balik melawan Mishil dengan bantuan Yushin dan Deokman. Saat hendak menyampaikan pesan pada Mishil kalau kubu Putri Cheonmyeong siap bertarung sampai akhir, Deokman baru sadar kalau lukisan Mishil memuat gambar pisau belati miliknya. Wajahnya semakin kaget saat mendengar cerita Mishil tentang karyanya yang ternyata merupakan sosok mendiang Raja Jinheung. Kisah tentang Raja Jinheung dan belati legendarisnya diceritakan pada Putri Cheonmyeong, yang akhirnya menanyakan kebenarannya pada Ratu Maya. Oleh sang ibu, Putri Cheonmyeong dikisahkan tentang bagaimana belati Raja Jinheung menyelamatkannya belasan tahun silam saat Ratu Maya nyaris tewas oleh siasat Mishil. Namun, Ratu Maya langsung gugup saat ditanya keberadaan belati tersebut dan akhirnya memutuskan berbohong dengan menyebut kalau belati Raja Jinheung telah hilang. Untuk memastikan, Putri Cheonmyeong menanyakan hal yang sama ke Raja Jinpyeong, yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, yang menjawab kalau belati telah diberikan pada Munno. Cerita dari Putri Cheonmyeong tentang belati Raja Jinheung membuat Deokman semakin bingung, ia memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri demi memperjelas semuanya. Penyelidikan ternyata tidak cuma dilakukan oleh Putri Cheonmyeong, melainkan juga oleh penasehat raja Eulje. Saat tengah membuka-buka arsip istana, Putri Cheonmyeong terkejut saat membaca ramalan yang menyebut bahwa bila seorang Raja Shilla mempunyai anak kembar, maka ia tidak akan pernah punya keturunan laki-laki. Putri Cheonmyeong teringat dengan tanda lahir Deokman, dan matanya langsung membelalak.

Niat Deokman untuk mengetahui asal-usulnya dengan menyelundupkan dokumen kerajaan membuatnya jadi incaran, penasehat Eulje mengumpulkan para hwarang terbaik untuk sebuah misi : meringkus Deokman. Padahal, disaat yang sama Deokman telah berada ditengah para hwarang yang mengenakan masker tersebut. Saat tengah merenung karena baik Mishil maupun Eulje, yang diduga sebagai suruhan Raja Jinpyeong, menginginkan kematiannya, Deokman ditegur salah seorang hwarang karena gerak-geriknya yang mencurigakan. Deokman langsung lari dan bersembunyi di sebuah semak, namun tempat persemunyiannya diketahui oleh salah seorang hwarang bertopeng. Sempat terlibat pertempuran, identitas Deokman terbongkar ketika topengnya disibak. Siapa sangka, hwarang bertopeng yang meringkusnya adalah Alcheon. Keributan diantara keduanya memancing kehadiran hwarang lain, Deokman langsung meminta Alcheon melepaskannya sambil mengingatkan sang hwarang kalau dirinya berhutang budi. Dengan wajah kesal, Alcheon terpaksa melepas Deokman dengan berbohong pada hwarang lain. Di istana, Putri Cheonmyeong akhirnya mengetahui dari Ratu Maya kalau dirinya memiliki saudara kembar. Mendengar begitu pilunya kisah sang ibu, Putri Cheonmyeong langsung memeluk Ratu Maya dan keduanya menangis tersedu-sedu. Namun, keraguan sang putri kembali merebak saat mendengar saudara kembarnya bukanlah laki-laki melainkan perempuan. Saat tengah termenung, tiba-tiba Mishil datang berkunjung untuk menyerahkan lukisan Raja Jinheung. Kembali terkejut saat melihat gambar belati yang sebelumnya pernah dilihat sebagai milik Deokman, Putri Cheonmyeong kembali curiga. Keesokan harinya saat mengunjungi Yushin, sang putri secara kebetulan bertemu Deokman. Saat ditanya apakah dirinya menyembunyikan sesuatu, Deokman menggeleng. Hilangnya sebuah barang di balai pertemuan istana membuat kehebohan tersendiri, bahkan kubu Mishil mulai sadar kalau ada sesuatu yang terjadi. Begitu Yushin selesai latihan, ia didatangi Alcheon yang memberitahu soal Deokman yang diduga telah membuat masalah besar. Kecurigaan terhadap para hwarang membuat pihak penasehat Eulje, yang dipimpin oleh Hojae, langsung menggeledah tenda. Tidak cuma itu, para hwarang juga diminta untuk menanggalkan pakaiannya supaya bisa diperiksa. Bisa dibayangkan, bagaimana pucatnya Deokman mendengar perintah tersebut. Di hadapan Eulje, Deokman dengan ragu-ragu menanggalkan pakaiannya. Namun disaat genting, tiba-tiba muncul utusan yang menyebut kalau Raja Jinpyeong telah mendengar semuanya sehingga pemeriksaan ditunda. Di ruang pertemuan, wajah Raja Jinpyeong langsung pucat begitu langkahnya dicegat sosok yang sudah tidak asing lagi memanggil namanya : Sohwa. Munculnya Seori membuat Raja Jinpyeong tidak bisa berbuat apa-apa selain pura-pura tidak mengenal Sohwa. Namun mata Eulje, yang memutuskan untuk menyusul raja, tidak bisa dibohongi. Dalam waktu singkat, berita soal Sohwa langsung terdengar oleh Ratu Maya dan Putri Cheonmyeong. Curiga terhadap Sohwa yang meski seperti orang kehilangan ingatan namun begitu fasih dengan jalan-jalan di kuil kerajaan, Seori melaporkan semuanya pada Mishil. Curiga kalau Sohwa ada hubungannya dengan istana di masa lalu, Mishil meminta Misaeng, yang dikenal memiliki ingatan tajam dan hapal dengan wajah para dayang, untuk mengecek. Saat kembali ke barak, para hwarang klan Kembang Naga dikejutkan oleh penemuan benda yang seharusnya tidak ada disana : pembalut wanita. Dari semuanya, hanya Jukbang yang sadar kalau dirinya selama ini dikelabuhi : Deokman ternyata adalah seorang wanita. Begitu dikonfrontir, Deokman sempat berusaha mengelak namun akhirnya memohon-mohon supaya Jukbang tidak menceritakan semuanya pada Yushin. Dengan wajah serius, Jukbang menyebut kalau Yushin sudah tahu semuanya. Di tempat lain, Putri Cheonmyeong menceritakan tentang pertemuannya dengan Deokman pada Yushin dan mengenai saudara kembarnya. Wajah Yushin langsung pucat, ia memberitahu kalau Deokman sesungguhnya adalah wanita. Wajah Putri Cheonmyeong langsung berubah saat mendengar penuturan Yushin

Ingatan Deokman melayang ke masa lalu saat dirinya tengah mandi dan saat keluar, secara tidak sengaja mendapati Yushin berada didepan pintu. Oleh Jukbang, Deokman diberitahu kalau selama ini Yushin ternyata berusaha melindunginya. Di tempat lain, mata Putri Cheonmyeong langsung terbelalak saat tahu kalau Deokman ternyata adalah seorang perempuan. Dengan wajah tegang, Putri Cheonmyeong meminta Yushin untuk membantunya merahasiakan identitas Deokman karena kalau sampai terbongkar, jiwa sang nangdo berada dalam bahaya. Saat berpapasan dengan Deokman, Yushin berusaha menghindar namun sang anak buah langsung menariknya untuk bicara empat mata. Sikap tidak perduli Yushin membuat Deokman marah, namun ucapan pimpinan klan Kembang Naga itu membuatnya terdiam. Dimintai untuk mengkonfirmasi identitas seseorang, dengan jumawa Misaeng menyebut bahwa ingatannya yang sangat tajam-lah yang membuatnya bisa mempunyai 100 anak lebih dari perempuan yang berbeda. Begitu diajak ke tempat Chilseok, mata Misaeng terbelalak ngeri saat melihat siapa wanita yang ada disana : Sohwa. Sejak tahu kalau Deokman adalah perempuan, sikap Jukbang terhadap sang yunior langsung berubah. Perhatiannya yang berlebihan keruan saja membuat Deokman kesal. Baru saja selesai latihan, tiba-tiba Deokman dipanggil Putri Cheonmyeong, yang memintanya pergi ke sebuah wilayah bernama Joongak dan tinggal disana sambil menunggu perintah selanjutnya. Di kediamannya, Mishil yang mampu memahami dalamnya perasaan Chilseok terhadap Sohwa memerintahkan supaya keduanya dipisahkan. Caranya sangat jitu, ia meminta Bojong putranya untuk menyergap rombongan Chilseok dan Sohwa. Strategi tersebut nyaris saja berhasil, Bojong berhasil memancing Chilseok yang penglihatannya terganggu sementara anak buahnya langsung melarikan Sohwa yang berada didalam tandu. Siapa sangka, rombongan tersebut disergap oleh pasukan bertopeng suruhan penasehat Eulje. Begitu selesai latihan, Deokman langsung didatangi Yushin. Dengan cepat, Deokman mampu menebak kalau Yushin juga merahasiakan sesuatu darinya. Ucapan Yushin yang seolah meremehkan masa lalu Deokman membuat gadis itu marah. Sambil menepuk dadanya dengan keras, Deokman menyebut bahwa ia tidak akan pernah lupa dengan pengorbanan ibunya. Berjalan keluar dengan marah, Deokman menatap kosong kedepan. Tak jauh dari sana, Sohwa yang disamarkan dengan pakaian hwarang melihat sosok sang putri dan langsung mengenalinya, ia berusaha menarik perhatian Deokman namun sayangnya Sohwa tidak bisa bersuara. Begitu tahu kalau Sohwa diculik dan tidak bisa ditemukan, Chilseok ngotot untuk mencari keberadaan sang mantan dayang istana. Namun dengan cepat, Mishil menghunus pedang sambil menyebut bahwa untuk bisa pergi, Chilseok harus lebih dulu membunuhnya. Ucapan Mishil yang begitu tegas namun penuh pengertian membuat Chilseok meneteskan air mata, dan akhirnya memutuskan untuk menurut. Setelah diungsikan ketempat yang aman, Sohwa mendapat kunjungan bergilir dari Raja Jinpyeong dan Ratu Maya. Bertangis-tangisan saking terharunya, Ratu Maya sangat terkejut saat Sohwa mengisyaratkan kalau putri bungsunya ternyata sudah ada di Seorabol. Memutuskan untuk menuruti permintaan Putri Cheongmyeong, Deokman mendatangi kediaman sang putri. Sayangnya saat hendak memberi penjelasan, ucapannya dipotong oleh Putri Cheonmyeong dengan marah. Obrolan keduanya terhenti oleh kemunculan Ratu Maya. Rupanya begitu tahu kalau putri bungsunya ada di Seorabol, Ratu Maya langsung berusaha mengkonfirmasi berita itu ke Putri Cheonmyeong. Dengan wajah sedih, sang putri mengangguk sambil meminta ibunya bersabar. Sudah tentu, permintaan itu tidak dituruti. Sebelum pergi, Deokman menitipkan belati kecil Raja Jinheung pada seorang dayang untuk diberikan pada Ratu Maya. Begitu melihat benda yang sudah sangat dikenalnya, Ratu Maya sangat terkejut. Ia akhirnya bisa bertemu dengan Deokman, yang berjanji bakal membeberkan siapa pemilik asli belati itu saat keduanya kembali bertemu di balai pertemuan pada malam hari. Malamnya, istana dibuat gempar ketika rombongan Ratu Maya dengan tandunya keluar dari kediaman. Mishil yang curiga langsung meminta Bojong untuk menyelidiki. Di saat yang sama, Deokman juga menghilang dari barak klan Kembang Naga. Rupanya, rombongan dan tandu digunakan Ratu Maya untuk mengecoh orang-orang yang mengikutinya. Dengan samaran, ia berhasil sampai ke balai pertemuan untuk bertemu Deokman. Belum sempat buka mulut, Deokman terbelalak melihat siapa yang muncul belakangan.

Meski sudah dicegah, Deokman tetap nekat membeberkan siapa pemilik belati Raja Jinheung. Sebelum Deokman sempat bicara, Putri Cheonmyeong dengan air mata berlinang mendahului dengan memberitahu Ratu Maya siapa sang nangdo sebenarnya. Begitu mendengar kalau Deokman adalah saudara kembar Putri Cheonmyeong, mata Ratu Maya langsung membelalak. Dengan gugup, Deokman terus meminta maaf karena semula menganggap semuanya adalah lelucon Putri Cheonmyeong untuk menghukumnya. Namun demi melihat ekspresi sang putri dan ratu, Deokman sangat terpukul. Deokman langsung menepis tangan Ratu Maya yang memegangnya, dan buru-buru pergi dari tempat itu. Dibelakangnya, Ratu Maya menangis meraung-raung sambil ditenangkan Putri Cheonmyeong. Sementara itu, Yushin berusaha menenangkan Deokman yang masih tidak bisa menerima kenyataan kalau dirinya adalah putri raja. Setelah keadaan mulai tenang, Putri Cheonmyeong mendekati Deokman dan menceritakan tentang ramalan kuno kerajaan Shilla dan rencana Mishil menggunakan ramalan tersebut untuk menguasai tahta. Penuturan tersebut membuat Deokman semakin sedih, ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin namun Yushin mencegahnya. Melihat Deokman histeris, Yushin buru-buru memeluk sambil menghiburnya. Setelah Deokman sedikit tenang, Yushin mengajaknya ke tebing dimana ia biasa menenangkan diri. Begitu Yushin pergi menjauh, Deokman melampiaskan beban dihatinya dengan menangis sekencang-kencangnya. Di istana, Putri Cheonmyeong dan Ratu Maya menyembunyikan apa yang terjadi dari Raja Jinpyeong. Pelan-pelan keduanya mulai bisa mereka-reka apa yang terjadi mulai dari munculnya Sohwa di istana hingga keterlibatan Chilseok. Satu-persatu tabir rahasia mulai terungkap, Seolwon mengutus Seokpum untuk menyelidiki siapa yang berhasil menyusup masuk ke balai pertemuan istana. Begitu ketahuan kalau pelakunya adalah Jukbang, anggota klan Kembang Naga itu langsung diciduk dan diinterogasi sambil disiksa. Tidak tahan disiksa, Jukbang akhirnya menyebut nama Deokman. Sebelum dirinya sempat bicara lebih banyak, muncul pasukan pimpinan penasehat Eulje dan Kim Seohyeon yang langsung mengambil-alih penyelidikan. Di puncak tebing air terjun, Putri Cheonmyeong berusaha menghibur Deokman. Namun, sang nangdo memutuskan untuk kembali ke padang pasir karena kehadirannya hanya membuat masalah di Seorabol. Ucapan itu keruan saja membuat Putri Cheonmyeong terpukul, karena ia menganggap Deokman adalah salah satu pilar kekuatannya. Sikap Deokman yang sembrono membuat Yushin marah, ia meminta Deokman untuk bertahan dan menghadapi jalan hidupnya yang baru dengan gagah-berani sesuai dengan semangat klan Kembang Naga. Dengan wajah serius Yushin menyebut bahwa selama Deokman tidak pergi, pria itu berjanji bakal membantu Deokman sekuat tenaga. Fakta kalau Deokman berada dibelakang kasus penyusupan di balai pertemuan istana membuat Putri Cheonmyeong dipanggil ke hadapan Raja Jinpyeong dan penasehat Eulje. Meski wajahnya pucat, Putri Cheonmyeong mengaku tidak tahu apa-apa. Saat berada dikediamannya, Putri Cheonmyeong dikejutkan oleh kemunculan mendadak Deokman. Rupanya, Deokman memutuskan untuk menuruti permintaan Putri Cheonmyeong untuk tinggal sementara di Gunung Joongak sambil menunggu keadaan tenang. Setelah memanggil Yushin, Eulje memerintahkan Alcheon dan Imjong untuk meringkus Deokman. Baru saja keduanya bergerak, tiba-tiba mereka melihat Yushin menarik Deokman ke atas kuda. Saat dicegat, Yushin malah memacu kudanya sekencang mungkin. Bisa ditebak, akhirnya terjadi kejar-kejaran antara Yushin-Deokman dan Alcheon-Imjong. Di saat yang sama, penglihatan Chilseok, yang membuka perban matanya, sudah pulih. Secara tidak sengaja, ia melihat Yushin dan Deokman, dan sangat terkejut begitu melihat wajah Deokman yang tidak asing lagi baginya.

Sambil menajamkan pandangannya, Chil Sook menggumam tidak percaya kalau Deok Man yang dicarinya selama ini ternyata ada di Seorabol. Memacu kuda sekencang-kencangnya, Yu Shin berhasil lolos dari kejaran Al Cheon dan Im Jong. Pulang dengan tangan hampa, Al Cheon memberanikan diri bertanya pada Eul Jae, namun sang penasehat raja hanya bungkam. Sadar kalau apa yang dilihatnya sangat penting, Chil Sook langsung melaporkan ke Mi Shil kalau putri bungsu Raja Jinpyeong ada di Seorabol. Mi Saeng mengira Chil Sook berhalisinasi. Namun, Chil Sook tetep keukeuh putri kembar yang satu lagi sudah kembali ke istana. Mi Shil seperti disambar petir. Mi Shil ketakutan. Mi Shil masih mencoba mencerna informasi yang didengarnya. Chil Sook berkata ia melihatnya mengenakan seragam Nang Do, dia mulanya mengira anak itu telah mati ditelan badai pasir, tapi ternyata ia masih hidup. Chil Sook menegaskan dia dapat mengenalinya dan dia yakin itu benar Deok Man. Mi Shil seperti kena ‘bom atom’ saat mendengar nama Deok Man disebut. Mi Shil langsung meminta semua yang hadir : Se Jong, Seol Won (Jun Noh-min), Mi Saeng, dan Ha Jong untuk tidak bicara sepatah katapun karena dirinya perlu konsentrasi untuk memikirkan langkah selanjutnya. Chil Sook jadi heran dengan ekspresi semua orang. Gagal mendapat penjelasan yang memuaskan, Eul Jae berusaha mencari tahu tentang apa yang terjadi dengan menginterogasi Joo Bang dan Go Do. Begitu melihat So Hwa, yang meski masih belum bisa bicara namun ekspresinya sangat kentara begitu nama Deok Man disebut, Eul Jae langsung bisa menebak apa yang terjadi. Berhasil menghentikan kurir yang dikirim oleh Yu Shin, Eul Jae harus berhadapan dengan Putri Cheon Myeong, yang marah besar saat tahu sang penasehat berusaha mencelakai Deok Man. Dengan wajah serius, Eul Jae menyebut bahwa apa yang dilakukannya adalah demi mempertahankan kekuasaan Raja Jinpyeong. Siapa sangka, ucapannya soal identitas Deok Man yang sebenarnya terdengar oleh sang raja, yang kebetulan datang ke kediaman Putri Cheon Myeong. Bisa dibayangkan, bagaimana marah dan kagetnya Raja Jinpyeong. Begitu mendengar kalau So Hwa ditahan di bagian interogasi yang dikuasai Eul Jae, Mi Shil memerintahkan Seol Won untuk mengambil paksa sang dayang istana dengan cara apapun. Tidak cuma itu, ia juga meminta seluruh jajarannya untuk mengawasi tindak-tanduk pihak yang dekat dengan Deok Man untuk mengetahui keberadaan Sang Nang Do. Sadar kalau pihak yang mengincar Deok Man adalah suruhan Eul Jae, yang bertindak tanpa persetujuan Raja Jinpyeong, Yu Shin mengutus anak buahnya Dae Pung untuk meminta bantuan Kim Seo Hyeon. Siapa sangka, tak lama kemudian Kim Seo Hyeon dikunjungi oleh Eul Jae yang meminta dua hal pada sang ipar raja : membawa pulang kepala Deok Man. Sebagai imbalannya, Yu Shin bakal dinikahkan dengan Putri Cheon Myeong yang memang memerlukan pendamping. Perseteruan antara kubu Seol Won dan Eul Jae tidak bisa dihindari ketika balai interogasi diserbu dan So Hwa bersama Joo Bang-Go Do diambil paksa. Dengan santai, Seol Won menyebut So Hwa sebagai wanita yang dicurigai sebagai mata-mata kerajaan Baekje sehingga Eul Jae tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam pelarian, Yu Shin dan Deok Man yang tengah bersembunyi di sebuah gua bertemu dengan seorang pria eksentrik. Pria tersebut, yang bernama Bi Dam, ternyata mendapat tugas dari gurunya untuk mencari tanaman jahe liar untuk mengobati penduduk dari wabah yang tengah melanda. Perkenalan Yu Shin dan Bi Dam dimulai ketika Sang Hwarang yang kelaparan meminta sepotong ayam bagi dirinya dan Deok Man. Sebagai imbalannya, Bi Dam meminta ikat kepala Yu Shin yang berfungsi sebagai tanda pengenal klan Kembang Naga. Setelah membawa Deok Man ke tempat yang aman, Yu Shin menemui ayahnya Kim Seo Hyeon. Siapa sangka, sang ayah tengah bersiap untuk menuruti perintah Eul Jae untuk membunuh Deok Man. Sadar kalau nyawa Deok Man dalam bahaya, Yu Shin langsung pergi. Dugaannya benar, gubuk Deok Man telah dikepung oleh segerombolan pria berpakaian sipil. Siapa sangka saat keadaan semakin genting, muncul Bi Dam yang ternyata lebih dari sekedar pria biasa. Seseorang maju duel dengan Bi Dam dan berakhir menjadi daging cincang di tangan Bi Dam. Kemudian Bi Dam menyerang pasukan Kim Seo Hyeon dengan ilmu pedang yang cepat dan keren. Bi Dam menyerang tanpa ampun. Bi Dam berkata ia akan membunuh mereka semua. Bi Dam membuat Deok Man terpana.

Meski dikeroyok banyak orang, para prajurit yang berpakaian sipil ternyata bukan tandingan Bi Dam. Dengan wajah penuh darah, Bi Dam tersenyum sinis melihat musuhnya lari terbirit-birit. Sikapnya yang tidak bisa ditebak membuat Yu Shin yang baru tiba salah sangka, keduanya nyaris terlibat pertarungan kalau saja Deok Man tidak melerai. Setelah menyerahkan baju tempurnya, sebagai ganti ikat kepala yang digunakan untuk membayar makanan, Yu Shin bergegas mengajak Deok Man meninggalkan gubuk persembunyian. Namun, keduanya tidak sadar kalau mata-mata Kim Seo Hyeon terus menguntit dan mengabarkan perkembangan yang terjadi pada sang majikan. Begitu sampai di desa, Yu Shin melihat sekelompok hwarang tengah sibuk dan sadar bahwa Mi Shil juga tengah mengincar Deok Man. Karena hampir semua jalan keluar diblokir, satu-satunya kesempatan bagi mereka adalah pergi ke desa Yangji yang tengah dilanda wabah misterius. Kedatangan Yu Shin dan Deok Man di desa Yangji bertepatan dengan saat Bi Dam tengah dimarahi oleh gurunya, yang rupanya sudah hapal dengan watak muridnya yang tidak pernah melakukan segala sesuatu tanpa pamrih. Penuturan Deok Man dan Yu Shin yang membenarkan penjelasan Bi Dam membuat pria setengah baya yang ternyata adalah Moon Noh tersebut akhirnya mengalah, namun ia tetap memerintahkan sang murid untuk mencari bahan obat-obatan sebelum semuanya terlambat. Tidak cuma itu, Moon Moh juga meminta Yu Shin dan Deok Man untuk meninggalkan desa Yangji. Saat tengah mencari akar jahe liar, sosok Bi Dam terlihat oleh Seol Won. Dengan iming-iming memberi apa yang dicari Bi Dam, Seol Won mengajukan satu syarat : pria berpenampilan seperti gelandangan itu harus menyerahkan Deok Man sebagai imbalannya. Memutuskan untuk tinggal membantu Moon Noh, tanpa tahu siapa pria itu sebenarnya, Yu Shin dijebak oleh Bi Dam hingga terkurung di kandang yang sempit. Tidak memperdulikan teriakan penuh amarah dari pria itu, Bi Dam mengikat Deok Man yang rencananya bakal diserahkan ke Seol Won. Dengan wajah dingin, Bi Bam menyebut bahwa Deok Man bakal menyelamatkan ratusan orang yang tengah terjangkit penyakit. Ucapan itu membuat mental Deok Man semakin ambruk, ia sadar bahwa bila dirinya sudah tidak ada, keadaan akan lebih baik bagi semua orang. Di Seorabol, kabar ditangkapnya Deok Man membuat kubu Mi Shil begitu gembira. Saat tinggal sendiri, Mi Shil diingatkan oleh Pendeta Seo Ri tentang ramalan bintang biduk. Dengan senyum sinis, Mi Shil menyebut tidak percaya akan segala bentuk ramalan. Pergolakan politik istana makin panas setelah Se Jong menggelar rapat kabinet darurat. Seperti yang bisa ditebak, rapat tersebut membahas soal putri kembar Raja Jinpyeong. Tidak sekedar asal bicara, Se Jong menghadirkan bukti hidup berupa Chil Sook. Setelah pengambilan suara yang dimenangi kubu Se Jong, Chil Sook akhirnya menuturkan semua yang dialaminya selama 20 tahun. Setelah hari berganti, Bi Dam menggiring Deok Man ke tempat dimana ia berjanji bakal bertemu Seol Won. Di perjalanan, Bi Dam baru sadar kalau sang tawanan selama diikat menggenggam belati Raja Jinheung. Sudah tentu ia heran, pasalnya dengan belati tersebut Deokman bisa meloloskan diri namun hal itu tidak dilakukan. Rupanya Deok Man punya rencana lain, ia berhasil meyakinkan Bi Dam untuk membiarkan dirinya memegang belati Raja Jinheung. Sesuai perjanjian, Bi Dam akhirnya menyerahkan Deok Man ke tangan Seol Won dengan imbalan beberapa peti akar jahe liar. Namun sepanjang perjalanan pulang, pikiran Bi Dam melayang pada sikap aneh Deok Man yang seolah pasrah. Begitu menceritakan apa yang terjadi pada sang guru, Moon Noh langsung marah besar dan membentak Bi Dam sambil menyebut kalau nyawa manusia terlalu berharga untuk ditukar dengan apapun termasuk nyawa manusia lain. Ketika sibuk membantah, Bi Dam tiba-tiba teringat sesuatu dan langsung berpamitan untuk mengejar rombongan yang menahan Deok Man. Usaha Deok Man untuk bunuh diri dengan menggunakan pisau Raja Jinheung gagal, namun tiba-tiba muncul Bi Dam. Menyebut telah berubah pikiran dan bakal membebaskan Deok Man, ucapan Bi Dam langsung ditertawakan oleh Bo Jong dan Seok Bum. Hanya meringis karena diremehkan, Bi Dam langsung menghunus pedangnya dengan satu gerakan cepat. Dikeroyok oleh belasan orang berkemampuan tinggi, tiba-tiba dari belakang muncul Yu Shin yang berhasil membebaskan diri. Kini, semuanya tergantung Yu Shin dan Bi Dam untuk menolong Deok Man.

Kehadiran Yu Shin di medan laga tidak cuma mengejutkan Deok Man, melainkan juga Bi Dam. Berbeda dengan Yu Shin yang hanya bersenjatakan tongkat kayu, Bi Dam dengan pedangnya tidak segan-segan membunuh lawan-lawannya. Namun yang paling membuat Seol Won kaget, Bi Dam memiliki jurus yang sama persis dengan Moon Noh. Meremehkan Yu Shin yang saat remaja sering dikalahkan, Seok Bum dan belakangan Bo Jong ternyata mampu dikalahkan oleh sang yunior. Begitu ada kesempaan, Bi Dam langsung mengajak Yu Shin dan Deok Man untuk melarikan diri. Berhasil lolos setelah melompat ke dalam air terjun, Yu Shin sangat kecewa saat Bi Dam memberitahunya kalau Deok Man berniat bunuh diri. Namun saat ditegur, Deok Man dengan marah menyebut sudah tidak ada lagi jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Siapa sangka, Yu Shin menyebut bahwa ia siap pergi sejauh mungkin dari Shilla dan meninggalkan semuanya demi Deok Man. Ditemani oleh Al Cheon, Putri Cheon Myeong menyusul Kim Seo Hyeon ke desa Gunmak. Begitu bertemu muka, ia langsung bisa menebak kalau ayah Yu Shin itu sudah bekerja sama dengan Eul Jae. Dengan marah, ia meminta Kim Seo Hyeon mengubah perintahnya supaya Deok Man bisa ditemukan dengan selamat. Gagalnya penangkapan Deok Man membuat kubu Mi Shil berang, namun wanita itu tetap ngotot supaya putri bungsu Raja Jinpyeong itu ditangkap dalam keadaan hidup. Oleh Pendeta Seo Ri, Mi Shil kembali diingatkan bahwa ramalan bintang menunjukkan bahwa kehadiran dua putri kembar hanya akan membuatnya berada dalam kesulitan. Untuk kesekian kalinya peringatan itu diabaikan oleh Mi Shil, sehingga Seo Ri memutuskan untuk bicara dengan Mi Saeng. Begitu mendengar kalau kehadiran putri kembar bakal mengancam Mi Shil, Mi Saeng mengutus salah seorang putranya Dae Nam Bo untuk menghabisi Deok Man. Saat tengah melacak keberadaan Deok Man, secara tidak sengaja Al Cheon melihat gerak-gerik seorang wanita yang mencurigakan. Saat diikuti, wanita tersebut secara tidak sengaja mempertemukannya dengan Bi Dam dan salah seorang penduduk desa. Begitu ditodong pedang, Bid Dm langsung teringat oleh peringatan Yu Shin tentang warna ikat kepala hwarang yang harus dihindari. Mendengar Al Cheon menyebut dirinya rekan Yu Shin, ditambah kemunculan Guk San Heun dan Dae Pung yang memakai kostum klan Kembang Naga, ia memutuskan membawa mereka ke tempat persembunyian. Siapa sangka di tengah jalan Bi Dam berubah pikiran, dengan satu gerakan cepat ia merebut dan menghunuskan pedang ke arah Guk San Heun dan Dae Pung. Suara adu mulut antara Bi Dam dan Putri Cheon Myeong terdengar oleh Deok Man dan Yu Shin, yang langsung keluar dari persembunyiannya. Di gubuk terpencil, Putri Cheon Myeong dengan sedih meminta Deokman untuk pergi sejauh mungkin dari Seorabol sambil minta maaf karena dirinya dan keluarga raja tidak mampu melindungi gadis malang itu. Sebelum pergi, Deok Man diminta untuk mengganti pakaiannya dengan gaun yang sama persis dengan yang dikenakan Putri Cheon Myeong. Begitu Deok Man muncul, Putri Cheon Myeong langsung meneteskan air mata terharu. Sambil menyisir rambut Deok Man, sang putri berpesan supaya adiknya bisa hidup bahagia bersama Yu Shin. Deok Man hanya tersenyum tipis saat Putri Cheon Myeong meminta dirinya memanggil kakak, dan menyebut bakal menggunakan panggilan itu bila keduanya bertemu lagi. Sementara itu, Guk San Heun dan Dae Pung terus mengamati gerak-gerik pasukan Seol Won dan melaporkannya pada Al Cheon. Keduanya tidak sadar kalau mereka diikuti oleh Dae Nam Bo, yang tanpa sepengetahuan atasannya mengemban misi rahasia dari Mi Saeng. Tidak ada yang sadar bahwa aksinya bakal mengubah sejarah.

Sebelum berpisah, Putri Cheon Myeong dan Deok Man berpelukan. Keduanya tidak sadar kalau di luar gubuk, bahaya besar telah menanti. Saat tengah mengendap-ngendap, Dae Nam Bo dikejutkan oleh Al Cheon dan Putri Cheon Myeong (Park Ye-jin) yang mendadak keluar dari gubuk. Sempat gelagapan, Dae Nam Bo beralasan kemunculannya di tempat itu adalah karena kebetulan belaka. Diam-diam, Dae Nam Bo terus mengikuti Putri Cheon Myeong meski muncul isyarat asap. Isyarat tersebut, yang ternyata dibuat oleh Bi Dam (Kim Nam-gil) dan Im Jong (Kang Ji-hoo), mampu mengelabuhi pasukan pimpinan Bo Jong (Baek Do-bin) dan Seok Bum (Hong Kyung-in). Sayang, siasat Putri Cheon Myeong yang bertukar identitas dengan Deok Man (Lee Yo-won) terbongkar. Dengan geram, Dae Nam Bo mengarahkan anak panahnya ke arah Deok Man. Untungnya, Yu Shin (Uhm Tae-woong) bergerak cepat. Dae Nam Bo sendiri sempat terlibat perkelahian seru dengan Al Cheon, namun ia bisa meloloskan diri untuk meneruskan misinya. Sebelum Deok Man berangkat dengan rakit, Putri Cheon Myeong sempat kembali bertemu dengannya untuk melepas sang adik. Tidak ada yang menyangka bahwa dari belakang, Dae Nam Bo mengarahkan anak panahnya ke sang putri karena mengira wanita itu adalah Deok Man. Akibatnya fatal, Putri Cheon Myeong langsung ambruk terkena anak panah beracun. Sebelum mengungsi, Bi Dam sempat melepas sejumlah anak panah yang salah satunya mengenai Dae Nam Bo. Apes bagi Dae Nam Bo, saat berusaha menghilangkan barang bukti, ia malah bertemu rombongan Bo Jong dan Seok Bum yang dipimpin langsung oleh Seol Won (Jung Noh-min). Cheon Myeong dibawa ke dalam gua. Deok Man menggenggam tangan Cheon Myeong saat Cheon Myeong berjuang antara hidup dan mati. Bi Dam mencoba mengambil panah dengan mengoperasi Cheon Myeong. Bi Dam merasakan ujung panah dan tahu bahwa itu racun. Bi Dam meludahkan racunnya. Bi Dam berkata itu racun Cho Oh. Deok Man kaget saat tahu itu panah beracun. Bi Dam berkata racun itu akan mengalir melalui aliran darah Cheon Myeong dalam 2 jam. Deok Man bertanya apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan Cheon Myeong. Bi Dam berkata mereka harus mencari Gam Cho dan Bangpung (2 macam anti racun). Al Cheon berkata mereka harus membawa Cheon Myeong ke tabib. Bi Dam melarang menggerakkan Cheon Myeong, karena racunnya akan lebih cepat bergerak. Yu Shin bertanya dimana mereka bisa mendapat obat. Dengan sigap, Deok Man memutuskan akan mencari obat, sementara Cheon Myeong ingin Deok Man tetap disisinya dan mendengar perkataannya. Namun, Deok Man berkeras, ia akan mendengar kakaknya setelah ia kembali dengan obat. Untuk pertama kalinya Deok Man memanggil Cheon Myeong dengan sebutan kakak. Deok Man akan mendengar Cheon Myeong setelah ia menyelamatkannya. Deok Man menarik Bi Dam untuk mencari penawar racun. Di gua tersembunyi, Putri Cheon Myeong meregang nyawa sambil ditemani oleh Yu Shin. Dengan napas tersengal-sengal, sang putri akhirnya mengakui perasaannya pada Yu Shin. Setelah itu, ia meminta Yu Shin untuk terus menjaga Deok Man dan melupakan soal Shilla maupun Mi Shil. Memacu kudanya secepat mungkin, Bi Dam dan Deok Man berpacu dengan waktu. Sayangnya usaha mereka terlambat. Saat sampai di gua, mereka disambut oleh wajah Al Cheon yang penuh duka. Sempat histeris, saat masuk gua Deokman melihat Yu Shin menemani jasad Putri Cheon Myeong. Tidak percaya apa yang terjadi, Deok Man langsung menangis sejadi-jadinya saat membuka tudung yang menutupi wajah Putri Cheon Myeong. Dengan penuh duka, Al Cheon membawa jenazah sang putri kembali ke Seorabol, sementara Yu Shin meneruskan tugasnya menjaga Deok Man untuk pergi sejauh mungkin. Begitu tiba sambil mendorong kereta, Al Cheon disambut oleh rombongan prajurit pimpinan Seol Won. Mengira kalau yang bakal muncul adalah jenazah Deok Man, Seol Won langsung berlutut dengan penuh rasa terkejut saat mendapati yang meninggal adalah Putri Cheon Myeong. Berita meninggalnya Putri Cheon Myeong langsung membuat semua orang terpukul terlebih Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun). Pukulan juga dirasakan oleh kubu Mi Shil (Go Hyeon-jeong), yang langsung memerintahkan untuk menghentikan pencarian Deok Man dan tidak bergerak sebelum mendapat perintah. Di saat para pejabat Shilla sibuk mempersiapkan pemakaman Putri Cheon Myeong, Deokman yang masih belum bisa lepas dari syok langsung demam. Yu Shin yang merawatnya selama tiga hari tiga malam terkejut karena saat pagi, gadis itu sudah tidak ada di tempat tidurnya. Rupanya, Deok Man tengah duduk merenung sambil menatap air terjun. Paham atas kesedihan yang dialami gadis itu, Yu Shin berusaha menghiburnya. Ia menyerahkan sisir pemberian Putri Cheon Myeong sambil menyebut pesan terakhir yang disampaikan : Deok Man harus hidup bahagia sebagai seorang wanita dan melupakan Shilla maupun Mi Shil. Apa yang dilakukan Deok Man selanjutnya sangat mengejutkan, ia menyebut tidak akan menuruti keinginan mendiang Putri Cheon Myeong sambil mematahkan sisir pemberian sang kakak.

Dengan mata berkaca-kaca, Deok Man mengatakan bahwa masa untuk hidup bahagia bagi dirinya sudah berakhir. Baik Deok Man (Lee Yo-won) maupun Yu Shin (Uhm Tae-woong) tidak melepaskan diri dari perasaan bersalah atas kejadian yang menimpa Putri Cheon Myeong (Park Ye-jin). Begitu Deok Man mengucapkan isi hatinya, Yu Shin cuma bisa berlutut sambil menangis. Yu Shin mengira waktu bisa mendinginkan Deok Man, namun dirinya keliru. Tekad Deok Man untuk kembali ke Seorabol demi membalas dendam justru semakin kuat, kepergiannya sempat dilihat oleh Bi Dam (Kim Nam-gil). Mengira Deok Man hanya bercanda, Bi Dam cuma bisa terbengong-bengong melihat gadis itu dengan mantap melangkah pergi. Saat tengah melihat-lihat suasana desa, dimana penduduk mulai bergosip seputar penyebab kematian Putri Cheon Myeong, tiba-tiba Bi Dam ditegur oleh Moon Noh (Jung Ho-bin). Rupanya, sang guru hendak mengajaknya meneruskan perjalanan mereka berkelana. Namun begitu Bi Dam menyebut berniat menolong Nang Do yang pernah diselamatkannya, Moon Noh melihat ketulusan di mata muridnya. Sempat teringat dengan kejadian di masa lalu saat baru saja menyelamatkan So Hwa (Seo Young-hee), Moon Noh akhirnya mengijinkan Bi Dam menjalankan niatnya dan menyusul setelah semuanya selesai. Cheon Myeong mendapat penghormatan terakhir. Masyarakat Silla datang memberi hormat dan berlutut di depan petinya. Semua penduduk menangisi Cheon Myeong. Sedang Seol Won Rang, Kim Seo Hyeon dan Alcheon berjaga. Setelah pemakaman Putri Cheon Myeong selesai, Al Cheon (Lee Seung-hyo) mendadak muncul di istana dengan pakaian lengkap hwarang dan riasan wajah. Dengan lantang, ia berlutut di depan istana sambil menyerukan supaya Raja Jinpyeong mengusut tuntas penyebab kematian sang putri. Mi Shil tidak kalah cerdik, ia menggelar rapat kabinet bersama para petinggi istana mulai dari Se Jong (Dok Go-young), Eul Jae (Shin Goo), Kim Seo Hyeon (Jung Sung-mo), Yong Chun (Do Yi-sung), Ho Jae (Go Yoon-hoo), Ha Jong (Kim Jung-hyun), hingga Seol Won (Jun Noh-min). Dalam rapat tersebut, Mi Shil membelokkan kecurigaan pada kubu Eul Jae, yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Putri Cheon Myeong. Masih dalam keadaan berduka, Raja Jinpyeong yang lemah akhirnya menyebut kematian putrinya adalah karena kecelakaan. Dengan senyum penuh kemenangan, Seol Won memberitahu kabar tersebut pada Al Cheon sambil mengancam bahwa semua tuduhan tak berdasar bakal berujung hukuman mati. Keruan saja, Al Cheon sangat kecewa mendengar keputusan Raja Jinpyeong. Begitu kembali ke kediamannya, Mi Shil berniat menghabisi Mi Saeng (Jung Woong-in) yang dianggap telah mengacaukan semua rencananya. Dengan nyawa berada di ujung tanduk, Mi Saeng ternyata mampu menyelamatkan dirinya dengan menjanjikan Mi Shil akan datangnya gerhana matahari dengan bantuan Wol Cheon. Setelah menyelesaikan masalah dengan adiknya, hal terakhir yang harus dibereskan Mi Shil adalah Seo Ri (Song Ok-sook). Tidak memperdulikan nasehat sang pendeta agung, Mi Shil meninggalkan botol berisi racun sebelum pergi. Merasa gagal dalam menjaga keselamatan Putri Cheon Myeong, Al Cheon berniat bunuh diri. Namun sebelum sempat menghujamkan pisaunya, ia dihentikan oleh Deok Man. Sempat meminta Nang Do itu tidak ikut campur, Al Cheon sangat terkejut mendengar Deok Man memintanya untuk membantu membalas dendam dan langsung berlutut sambil menyatakan kesetiaannya. Misi pertama Al Cheon adalah mengantarkan surat ke Raja Jinpyeong dan menemui Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) yang tengah terbaring sakit. Di istana, ia bertemu dengan Yu Shin yang baru kembali dan mengkuatirkan keadaan Deok Man. Oleh Al Cheon, Yu Shin diberitahu tempat dimana Deok Man, yang tengah berusaha meyakinkan Bi Dam, bersembunyi. Kecewa karena merasa tidak dilibatkan, Yu Shin cuma bisa terdiam ketika Deok Man menyatakan alasannya : ia kuatir kalau kehadiran Yu Shin akan melemahkan tekadnya membalas semua perbuatan Mi Shil. Apalagi bila statusnya sebagai putri raja sudah pulih, hubungannya dengan Yu Shin bakal berubah drastis. Berhasil menyusup masuk sebagai pelayan kuil untuk menemui Ratu Maya, langkah Deok Man berikutnya adalah mengkonfrontir Seo Ri. Saat ditodong pisau, mata Seo Ri terbelalak saat samar-samar melihat bayangan Deok Man sebagai seorang ratu. Belum selesai keterkejutannya, tiba-tiba Seo Ri dikagetkan oleh kedatangan seseorang. Meminta Deok Man untuk bersembunyi supaya nyawanya selamat, Seo Ri menyambut sang tamu yang tidak lain adalah Mi Shil. Setelah mengatakan bahwa Mi Shil tidak akan pernah menjadi seorang ratu, Seo Ri meminum racun sambil menyampaikan pesan terakhir : satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Mi Shil adalah Guru Wol Cheon dari kuil Hwa Deok. Rupanya sebelum meninggal, Seo Ri sengaja bicara keras supaya Deok Man yang tengah bersembunyi bisa mendengar semuanya. Setelah kembali ke persembunyiannya, Deok Man berniat untuk menemukan orang yang disebut Seo Ri. Tidak cuma itu, ia juga menyebut niat utamanya : menjadi penguasa Shilla.

Di kuil Hwa Deok, Wyol Ya dan anak buahnya bersiap menyerbu saat tandu Mi Shil tiba di kuil Hwa Deok. Seo Ji berkata tandu itu dari istana. Wyol Ya memutuskan untuk menunggu. Mi Shil dan Mi Saeng memberi salam pada pendeta Wyol Cheon. Mi Shil berterima kasih atas usaha pendeta yang sangat bagus. Pendeta berkata, So Hwa sangat sulit pulih. Mi Shil berkata ia tidak ingin membicarakan So Hwa. Mi Shil ingin tahu kapan gerhana matahari akan terjadi. Pendeta Wyol Cheon berkata permintaan Mi Shil tidak masuk akal. Mi Shil bertanya apa akan ada gerhana matahari dalam waktu dekat ini. Wyol Cheon berkata ia adalah ahli matematika dan sains yang percaya pada rumus dan teori matematik. Dia bukan orang yang bisa memprediksi apa akan segera ada gerhana. Mi Shil tahu itu, tapi jika mereka memperoleh salinan Cheong Gwang Ryeol, mungkin akan ada kesempatan untuk menghitung terjadinya gerhana. (Cheong Gwang Ryeol adalah sistem kalender dari dinasti Wei Utara periode 386-534M, berdasar pada perhitungan matahari bulan) Mi Saeng mengerti bahwa Cheong Gwang Ryeol kurang akurat dibanding Dae Myeong Ryeol. Pendeta setuju, tapi jika mengenai perputaran bumi mengelilingi matahari, Cheong Gwang Ryeol lebih akurat dibanding Dae Myeong Ryeol. Mi Shil mendengar pertama kali tentang Cheong Gwang Ryeol. Sementara di tempat lain, Deok Man menjelaskan bahwa rakyat negeri ini percaya pada mitos dan kekuatan supranatural. Mi Shil dapat melihatnya dengan baik dan mengambil kesempatan untuk menggunakannya mendapatkan kekuatan. Deok Man berkata jika itu tidak diambil dari Mi Shil, maka Mi Shil tidak akan kalah bahkan jika mereka memiliki kekuatan militer dan Dewan Bangsawan (Hwa Baek), situasinya tidak akan berubah. Ini karena kekuatan Mi Shil berasal dari kepercayaan rakyat padanya. Mereka harus menurunkan reputasi Mi Shil sebagai penjaga stempel kerajaan dan semua mitos mengenai dirinya, jadi pertama yang harus dilakukan adalah Mi Shil harus kehilangan Wyol Cheon. Deok Man meminta Kim Yu Shin untuk meninggalkannya dan melanjutkan hidupnya sendiri. Deok Man berkata ia tidak akan meminta Yu Shin bersamanya, meskipun ia berpikir Yu Shin seharusnya bersama dengannya. Kim Yu Shin menanyakan alasan Deok Man. Deok Man berkata ia akan memimpin revolusi melawan negara ini. Deok Man berkata bahwa kakaknya ingin agar dia hidup sebagai orang biasa tapi ia memutuskan untuk melakukan sebaliknya, Deok Man tidak ingin mengambil resiko dengan menyeret Yu Shin dalam jalannya. Yu Shin bertanya apa Deok Man akan selalu teringat dengan Cheon Myeong setiap kali mereka saling memandang satu sama lain sehingga ia selalu merasa menyesal dan bersalah. Lebih dari itu, kata Deok Man. Deok Man berkata setiap kali ia melihat Yu Shin, dia mungkin tidak akan tahan atau menahan emosinya dan hatinya akan selalu menginginkan untuk pergi dengan Yu Shin dan hidup bahagia. Setiap kali ia melihat Yu Shin, hatinya selalu tergoda untuk bergantung pada Yu Shin untuk dukungan dan moral, membuatnya berharap menjadi wanita biasa dan hidup bahagia. Ini karena Yu Shin selalu mengingatkannya menjadi orang biasa tapi keadaan tidak mengizinkannya. Sulit bagi seseorang dengan perasaan seperti itu untuk memulai revolusi melawan negaranya. Deok Man hanya ingin menyimpan perasaan itu dalam hatinya untuk mengingatkannya bahwa ia adalah manusia. Jika Kim Yu Shin tetap ingin bersamanya, ia hanya akan menjadi bidak dalam catur yang dimainkan Deok Man, hal ini sangat kejam untuk Yu Shin dan membuatnya bersedih. Deok Man memohon Kim Yu Shin untuk melepaskannya. Deok Man pergi dengan hati berat. Begitu Deokman mengatakan apa yang menjadi cita-citanya, Yushin, Al Cheon, dan Bi Dam terbelalak kaget. Rencana pertama adalah berusaha membujuk Guru Wol Cheon untuk bergabung. Sayangnya Deok Man bersama Al Cheon (Lee Seung-hyo) dan Bi Dam (Kim Nam-gil) datang terlambat. Sesampainya di kuil Hwa Deok, Guru Wol Cheon telah diculik organisasi misterius yang berniat memerdekakan bangsa Gaya yang dikenal dengan nama Bo Gya Hoe (Bokyahwei). Begitu melihat kesempatan, Joo Bang (Lee Moon-shik) dan Go Do (Ryu Dam) berhasil melarikan diri sambil membawa So Hwa (Seo Young-hee) yang seperti orang linglung. Namun saat pelarian, So Hwa ambruk terkena panah anak buah Mi Shil dan langsung dibawa pulang ke Seorabol. Berita soal organisasi rahasia Bo Gya Hoe tidak cuma membuat heboh kubu Mi Shil, yang langsung memerintahkan supaya Guru Wol Cheon bisa ditemukan, namun juga Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Bahkan, target berikutnya Bo Gya Hoe adalah keluarga Kim Seo Hyeon (Ju Sung-mo) yang dianggap bertanggung jawab membuat rakyat Shilla terusir dari Seorabol. Tidak mampu membujuk sang ayah membuat Yu Shin frustrasi, ia mengalihkan kekesalannya dengan menghantamkan pedang kayunya berulang-ulang ke karang tempatnya berlatih. Mulai frustrasi karena merasa nasib Deok Man sulit ditolong lagi, pikiran Yu Shin seolah terbuka setelah karang yang dihantamnya mendadak terbelah menjadi dua. Merasa telah mendapat jalan keluar, Yu Shin kembali ke rumah untuk memberitahu Kim Seo Hyeon supaya keluarga mereka berani mempertaruhkan segalanya. Mendadak sebuah panah melesat, pertanda bahwa anggota Bo Gya Hoe bersiap mengincar keluarga Kim Seo Hyeon. Yu Shin tidak tinggal diam, ia mengejar dan berhasil menundukkan beberapa anggota Bo Gya Hoe yang mengepungnya. Di luar dugaan, Yu Shin menyerahkan diri dan meminta salah seorang diantaranya mengikat dan membawanya ke markas besar Bo Gya Hoe. Saat melarikan diri, Joo Bang dan Go Do bertabrakan dengan seorang pria yang tengah menempelkan pengumuman di tengah kota. Keesokan harinya, pengumuman yang membeberkan tentang anak kembar Raja Jinpyeong, ramalan kuno bangsa Shilla, hingga keberadaan putri bungsu raja kontan membuat penduduk gempar. Desas-desus tersebut membuat Raja Jinpyeong murka, ia mengira pelakunya adalah Deok Man. Padahal, dalangnya adalah Se Jong (Dok Go-young) dan Ha Jong (Kim Jung-hyun), yang sudah tidak sabar mendongkel Raja Jinpyeong dari tahtanya. Meski tahu, Mi Shil hanya diam saja karena menganggap cara tersebut adalah cara pengecut. Satu-satunya yang bisa menebak jalan pikiran Mi Shil adalah Seol Won (Jun Noh-min). Kubu Bo Gya Hoe sangat terkejut saat tahu Yu Shin menyerahkan diri dengan suka rela, ia disambut oleh Seol Ji (Jung Ho-geun). Sempat adu mulut, Seo Ji nyaris saja menebas Yu Shin kalau saja tidak dihentikan oleh Wol Ya (Joo Sang-wook), yang langsung memperkenalkan diri sebagai pimpinan Bo Gya Hoe karena terkesan dengan kenekatan Yu Shin. Yu Shin ternyata datang dengan penuh perhitungan, ia membawa sertifikat tanah yang merupakan aset keluarganya untuk diberikan pada para pengungsi Gaya yang tengah menderita. Rupanya, Yu Shin berniat menukar semua miliknya dengan kesetiaan para personil Bo Gya Hoe. Di persembunyiannya, Deok Man dengan tepat mampu menebak langkah kubu Mi shil selanjutnya : membantai satu-persatu penduduk suku Gaya sampai ada yang mau buka mulut soal markas Bo Gya Hoe. Diam-diam, salah seorang penduduk berniat melaporkan apa yang terjadi. Apes baginya, ia dicegat oleh Bi Dam (Kim Nam-gil) dan Im Jong (Kang Ji-hoo). Mata penduduk itu langsung membelalak kaget saat tahu Bi Dam bisa membaca bahasa isyarat yang biasa digunakan suku Gaya. Cuma ditemani oleh Bi Dam dan Al Cheon (Lee Seung-hyo), Deok Man nekat mendatangi desa Nobang dimana kelompok Bo Gya Hoe bermarkas. Baru saja mengendap-ngendap masuk, mereka langsung dikepung. Pertempuran nyaris saja terjadi, namun tiba-tiba terdengar suara Yu Shin. Sudah tentu, kehadiran Yu Shin membuat Deok Man, Al Cheon, dan Bi Dam kaget. Melihat Yu Shin begitu mengenal rombongan penyusup yang datang, Wol Ya sempat keheranan. Dengan suara lantang, Yu Shin menyebut bahwa Deok Man-lah orang yang bakal memimpin persekutuan antara Bo Gya Hwei dengan dirinya. Tidak cuma itu, Yu Shin juga mengatakan kalau dirinya telah menobatkan Deok Man sebagai majikannya. Ucapan itu membuat Deok Man kaget, apalagi setelah Yu Shin dan disusul Wol Ya, Seol Ji, anggota Bo Gya Hoe, hingga Al Cheon dan Bi Dam berlutut dihadapannya sambil menyatakan kesetiaan mereka mengikuti sang putri hingga ajal.

Yushin (Uhm Tae-woong) benar-benar serius, ia menyatakan siap mendampingi Deokman (Lee Yo-won) sebagai seorang bawahan dan tidak akan bersikap kurang ajar lagi atau memperlakukan Deokman bagai seorang pria memperlakukan wanita yang dicintainya. Ucapan Yushin membuat hati Deokman seperti ditusuk-tusuk, ia langsung membalikkan badan untuk meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba Yushin menarik tangan Deokman, dan langsung memeluknya sambil mencucurkan air mata. Deokman sadar bahwa itulah saat terakhir dirinya bisa berdekatan dengan Yushin sebagai seorang pribadi. Mampu menduga kalau pasukan Mishil (Go Hyeon-jeong) bakal menekan rakyat Gaya setelah mereka kedapatan berbohong soal lokasi Bokyahwei, Deokman memerintahkan Yushin untuk mengorganisir pengungsian besar-besaran dari wilayah Samyang menuju Amyang, tanah yang telah diberikan Yushin sekaligus tempat tinggal rakyat Gaya yang baru. Langkah berikut Deokman adalah meyakinkan Guru Wolcheon untuk membantunya, tugas tersebut tidaklah mudah. Saat hendak mulai menginterogasi, Deokman mendadak teringat dengan sosok Seolji (Jung Ho-geun), yang pernah dikenalnya saat baru datang ke Seorabol. Seolji juga tidak kalah kaget, ia tidak menyangka gadis remaja yang pernah mendatangkan hujan kini ada dihadapannya. Meski menjadi tahanan, Guru Wolcheon bergeming dan malah membalikkan pertanyaan Deokman soal apa yang membedakan gadis itu dengan Mishil dan apa yang membuat pria tua itu tergerak hatinya. Sempat menuturkan apa yang menjadi idealismenya, Deokman menyodorkan buku almanak bangsa Wei dan meminta Guru Wolcheon menentukan sendiri apa yang harus dilakukan. Rupanya, Deokman bisa menebak bahwa sebagai seorang ilmuwan, satu-satunya kelemahan Guru Wolcheon adalah rasa ingin tahu. Begitu pria itu mulai membaca almanak, maka hal berikut yang bakal dilakukannya adalah memperhitungkan kapan terjadi gerhana matahari. Di kediamannya, Mishil marah besar saat diberitahu bangsa Gaya tidak ada di tempat pengasingan mereka. Yang membuatnya kaget, ternyata Deokman bisa tahu soal Guru Wolcheon yang ternyata berada tangan gadis itu. Rencana Deokman mulai mendapat hambatan ketika Guru Wolcheon menolak membantunya. Saat bincang-bincang, baru ketahuan kalau alasan pria itu kerap membantu Mishil adalah karena ia berhutang budi dengan mendiang Sadaham. Dipusingkan oleh penolakan Guru Wolcheon, Deokman dibuat gembira oleh kemunculan Jukbang (Lee Moon-shik), Godo (Ryu Dam), dan dua rekannya di klan Kembang Naga. Kejutan didapatkan oleh keempatnya ketika Yushin memberitahu kalau Deokman adalah seorang putri, sehingga otomatis mereka harus memberi hormat. Keesokan harinya di istana, Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dihebohkan oleh banyaknya burung yang mati di halaman istana dan patahnya papan nama balai pertemuan. Rupanya, kehebohan tersebut adalah bagian dari rencana Deokman. Rencana berikutnya kembali melibatkan burung, dan kali ini yang banyak berperan adalah Bidam (Kim Nam-gil). Rencana Deokman tersusun rapi, ia telah berpikir beberapa langkah kedepan dengan mengutus Yushin ke istana demi meminta bantuan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) seputar masalah prasasti berisi ramalan tentang anak kembar yang bakal membawa bencana. Rakyat kembali dihebohkan ketika sumur Najung yang dianggap keramat memuntahkan darah, mereka meminta Mishil untuk melakukan upacara persembahan demi menghilangkan kemarahan dari langit. Waktu terus berjalan, Deokman masih terus berusaha meyakinkan Guru Wolcheon untuk membantunya. Dengan berat hati, Raja Jinpyeong memohon Mishil untuk menuruti kehendak rakyat. Di saat pemegang segel kerajaan itu menggelar upacara persembahan, Yushin berhasil mendapat salinan prasasti peninggalan leluhur Shilla (berisi tentang ramalan bayi kembar) yang hanya tinggal separuh bagian. Usaha Deokman menemui hasil, ia berhasil mendapatkan kepastian kapan gerhana matahari bakal terjadi. Namun ketika ditanya, ia mengaku hanya akan memberitahunya ke Bidam, yang tengah bersiap untuk menjalankan rencana terbaru sang putri. Setelah sempat dihebohkan oleh banyaknya burung yang beterbangan di atas istana mendiang Putri Cheonmyeong, paginya seorang pria bertopeng berada didepan sumur Najung. Dengan kemampuannya, ia berhasil memunculkan bagian terakhir dari prasasti leluhur Shilla. Kejadian tersebut sontak membuat rencana Mishil berantakan, para prajurit langsung diperintahkan untuk mengepung sumur Najung. Mata Mishil langsung membelalak kaget saat membaca apa isinya, yang meramalkan gerhana matahari bakal menandakan kemunculan putri kedua Raja Jinpyeong yang bakal membawa kemakmuran bagi Shilla. Hanya dengan sekali lihat, Mishil dapat menebak bahwa prasasti tersebut adalah palsu. Ia langsung memerintahkan Bojong (Baek Do-bin) untuk meringkus pria bertopeng yang tidak lain adalah Bidam yang menyamar. Di istana, raja Jinpyeong sangat kaget saat diberitahu bahwa bagian kedua dari prasasti peninggalan leluhur Shilla telah muncul. Sempat nyaris percaya, akhirnya Ratu Maya memberitahu bahwa kemungkinan besar prasasti tersebut adalah buatan Deokman. Rupanya Bidam mengemban misi khusus dari Deokman, ia harus menyakinkan Mishil kalau gerhana matahari bakal terjadi meski sesungguhnya hal itu tidak akan menjadi kenyataan. Misi tersebut tentunya tidak mudah, karena taruhannya adalah nyawa Bidam sendiri. Akhirnya, Bidam dan Mishil saling berhadapan.

Saat diinterogasi, Mishil (Go Hyeon-jeong) terkejut mendengar Bidam (Kim Nam-gil) mengatakan kalimat yang pernah diucapkannya. Semakin yakin kalau semua adalah tipuan, Mishil mengajukan pertanyaan yang sempat membuat Bidam terdiam : kapan pria itu bakal mati. Langsung memutar otak, Bidam menjawab kalau waktu kematiannya akan diikuti oleh Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) tiga hari kemudian. Ucapan tersebut langsung membuat Mishil mengurungkan niatnya, ia tidak berani gegabah. Kejadian itu membuatnya sadar, pria yang dihadapinya sangat cerdas dan tidak bisa dianggap remeh. Di persembunyiannya, Deokman (Lee Yo-won) membuat Yushin (Uhm Tae-woong) dan Alcheon (Lee Seung-hyo) kaget saat mengatakan gerhana matahari tidak akan terjadi dan apa yang dilakukan Bidam adalah untuk membuat Mishil bingung. Adu strategi antara Bidam dan Mishil dimulai. Di hadapan wanita itu dan Misaeng (Jung Woong-in), dengan sengaja Bidam mengucapkan kalimat-kalimat yang pernah dikatakan Mishil pada Yushin dan Deokman. Dengan cepat, Mishil bisa menebak siapa dalang dibalik kemunculan Bidam. Tiba-tiba teringat dengan nasehat Deokman ketika merias wajahnya, Bidam dengan sengaja melepas bekas luka palsunya supaya Mishil bisa langsung melihat ekspresinya tanpa ditutup-tutupi. Sementara itu di daerah sumur Najung, Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) sengaja membuat kehebohan di tengah rakyat supaya Mishil cepat mengambil keputusan soal ramalan gerhana matahari. Berada dalam tekanan, Mishil mendapatkan surat dari Deokman yang memberitahu kalau Guru Wolcheon telah meramalkan bakal terjadi gerhana matahari. Dugaan Deokman sangat tepat, Mishil mulai kebingungan untuk menebak apakah sang putri benar-benar berkata jujur atau bohong belaka. Tapi membohongi Mishil tidak semudah membalik telapak tangan, diam-diam wanita itu punya rencana sendiri untuk membongkar apa yang terjadi sebenarnya. Berdasarkan masukan dari Seolwon (Jun Noh-min), Mishil sengaja mengulur waktu, ia bahkan menolak kedatangan Yushin. Sebelum pergi, Yushin menitipkan sebuah surat. Mishil terpengaruh, ia sempat meminta surat tersebut dibakar sebelum kemudian dibatalkan. Matanya langsung terbelalak saat tahu surat tersebut tak lain adalah bagian dari buku almanak Wei yang bisa digunakan untuk meramal gerhana matahari, keraguannya kembali muncul. Lagi-lagi, masukan dari Seolwon mampu menguatkan Mishil. Saat tengah berjalan kembali ke kediamannya, Yushin dipanggil oleh Bojong (Baek Do-bin), yang mengajaknya menemui Mishil. Terus teringat akan nasehat Deokman untuk tidak mengalihkan tatapannya dari Mishil, Yushin berusaha sebisa mungkin untuk mengelabuhi wanita penuh akal itu namun gagal. Dengan tepat, Mishil bisa menebak kalau apa yang dilakukan Deokman adalah gertakan belaka. Keyakinan Mishil makin menebal lewat salah satu bagian dari surat Guru Wolcheon, ia ingat betul sang pendeta sempat mengatakan kalau margin kegagalan ramalannya mencapai sekitar 28 jam. Hal terakhir yang dilakukannya adalah dengan memancing reaksi Bidam, yang begitu mendengar kalau gerhana matahari tidak akan terjadi langsung berusaha melarikan diri. Sambil tersenyum penuh kemenangan, Mishil menemui Bidam yang telah diringkus sambil mengatakan kalau dirinya sudah bisa menebak semua strategi Deokman. Dengan percaya diri, Mishil menghadap Raja Jinpyeong dan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) dan mengatakan akan mengumumkan pada rakyat kalau gerhana matahari tidak bakal terjadi sambil menghukum mati Bidam yang telah menyebarkan berita palsu. Diikat dan bakal dibakar hidup-hidup, hal yang tidak disangka-sangka terjadi : gerhana matahari. Efeknya sangat dahsyat, rakyat langsung ketakutan sementara Bidam hanya bisa melongo karena sadar dirinya telah dibohongi mentah-mentah oleh Deokman. Meneruskan rencananya, Bidam berteriak dengan kencang tentang ramalan kedua dari prasasti yang muncul di sumur Najung. Begitu gerhana matahari mulai menghilang, dari sisi kanan tempat raja duduk, muncul satu sosok yang membuat semuanya terkejut.

Kemunculan Deokman yang disusul oleh Yushin dan Alcheon langsung membuat rakyat bersorak gembira, sementara wajah Mishil berubah menjadi pucat-pasi. Bisa dibayangkan bagaimana geramnya Mishil saat sadar dirinya telah ditipu Deokman, ia benar-benar terpukul. Apalagi dari tengah rakyat yang hadir, terdengar suara-suara yang menanyakan benar-tidaknya Raja Jinpyeong mempunyai anak kembar. Ucapan tersebut langsung disikapi Ratu Maya dengan mendatangi Deokman di menara, kemudian menarik tangan sang putri untuk mengikutinya. Di hadapan semua orang, dengan bercucuran air mata Ratu Maya akhirnya mengaku telah melahirkan bayi kembar. Aksi tersebut sukses membuat rakyat bersimpati dengan penderitaan sang ratu, apalagi ditambah pengakuan Raja Jinpyeong yang mengaku telah bersalah membuang Deokman. Sambil mengangkat tangan sang putri, Raja Jinpyeong mengakui Deokman sebagai putri. Sorak-sorai langsung bergemuruh, termasuk Bidam yang meski diikat tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, namun mata Deokman hanya tertuju ke satu arah : Mishil, yang balik menatapnya dengan senyum sinis. Rasa haru dirasakan Ratu Maya saat tengah mendandani Deokman, namun ingatan gadis itu melayang ke saat terakhir dirinya berbincang-bincang dengan Putri Cheonmyeong dan tiba-tiba hatinya terasa hampa. Kepada sang ibu, Putri Deokman mengaku kalau dirinya kembali ke istana bukanlah untuk hidup bahagia atau hanya sekedar menjadi putri. Dipanggil menghadap Raja Jinpyeong, Deokman dengan getir mengatakan bisa mengerti sikap sang ayah yang rela membuang putrinya hanya untuk menjaga tahta. Hanya terdiam, Raja Jinpyeong terkejut saat tahu niat Putri Deokman adalah untuk berhadapan langsung dengan Mishil. Di kediaman Mishil, Sejong dan putranya Hajong memaksa untuk menggerakkan pasukan demi mendongkel Deokman. Namun, langkah tersebut ditentang oleh Seolwon. Dengan cermat, Mishil memerintahkan mereka untuk memastikan tidak ada satu pun bangsawan yang beralih ke kubu Putri Deokman. Saat tengah rapat bersama Kim Seohyeon dan Kim Yongchun, Raja Jinpyeong mengira kalau kubu Mishil bakal menentang pengangkatan Deokman sebagai putri. Dugaannya meleset. Sejong yang muncul bersama Misaeng dan Hajong belakangan menyebut bahwa meski para bangsawan kecewa) karena Raja dan Ratu menutupi soal bayi kembar, mereka tetap mendukung pengangkatan Deokman. Meskipun terlihat tenang, Mishil ternyata tetap seperti manusia biasa. Menjelang pelantikan Deokman sebagai putri, ia melampiaskan kekesalannya dengan memecahkan gelas-gelas yang biasa digunakan untuk bermain musik. Setelah itu, ia kembali merias diri untuk menyambut acara pelantikan. Saat berjalan menuju lokasi, Mishil berpapasan dengan Deokman. Setelah sama-sama saling memberi hormat, perang urat syarat mulai terjadi, namun Mishil melihat satu hal : bibir dan tangan Deokman bergetar hebat. Mengira dirinya diatas angin dan langsung meraih tangan Deokman, teguran kalau dirinya telah lancang membuat Mishil kaget. Di rapat pertama para hwarang yang dipimpinnya, Putri Deokman langsung membuat gebrakan : ia menunjuk Alcheon dan anak buahnya sebagai pengawal pribadi. Mishil tidak bisa menahan emosinya lagi, di kediamannya ia memerintahkan Seolwon untuk mengambil paksa Guru Wolcheon dengan segala cara. Bila gagal, Guru Wolcheon harus dibunuh. Namun Putri Deokman tidak kalah gesit. Kepada Raja Jinpyeong, ia menyampaikan rencananya untuk membuka hal yang selama ini hanya diketahui kalangan tertentu kepada rakyat banyak. Tujuannya cuma satu : Putri Deokman tidak ingin rakyat dikelabuhi oleh hal-hal berbau takhyul yang sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah. Dengan cara licik, Bojong dan Seokpum berhasil menculik Guru Wolcheon. Namun ditengah jalan keduanya bertemu Yushin dan pasukannya, sempat terjadi pertempuran seru dan Seokpum mengancam bakal membunuh Guru Wolcheon. Kemunculan Alcheon, yang mengaku diperintahkan Putri Deokman untuk membawa Guru Wolcheon, membuat Bojong dan Seokpum gigit jari. Saat rapat dengan para pejabat istana, Putri Deokman menyampaikan perintahnya untuk tidak lagi menggunakan jabatan pendeta agung melainkan bakal membuka semua hal berbau ramalan untuk bisa diketahui rakyat banyak. Mata Mishil kembali membelalak saat Guru Wolcheon muncul dan membeberkan rencananya membuat menara observasi yang dinamakan chumsongdae. Di ruang tertutup, Mishil bicara empat mata dengan Putri Deokman soal rencana sang putri. Dengan terperinci, Mishil menguraikan soal negara, tingkat jabatan, sampai kedudukan masing-masing kubu secara vertikal dan horisontal. Argumen yang disampaikan sangat masuk akal : Putri Deokman akan kehilangan kekuasaannya bila jabatan Gadis yang Dipilih oleh Langit dilepas begitu saja. Mendengar penuturan Mishil yang telah berpengalaman dalam pemerintahan, Putri Deokman mulai ragu-ragu. Debat diantara keduanya tidak bisa dihindari, Putri Deokman mewakili hal-hal ideal yang harus dilakukan sementara Mishil menyebut fakta yang terjadi dalam kehidupan nyata. Putri Deokman semakin percaya diri dengan apa yang ingin dilakukan, ia menyebut bakal menjadikan Shilla seperti harapannya. Ucapan sang putri sempat membuat Mishil sedikit tergetar, dan di saat yang sama Putri Deokman juga mulai ragu dengan kebenaran pendapatnya

Membandingkan harapan dan kenyataan, Mishil menyebut kalau apa yang diimpikan Putri Deokman tidak akan pernah tercapai. Setelah menyampaikan isi pikiran masing-masing, Putri Deokman (Lee Yo-won) dan Mishil (Go Hyeon-jeong) berpisah dengan pikiran masing-masing. Diam-diam, Mishil merasa kalau kedewasaan Putri Deokman bertambah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Niat Putri Deokman tidak hanya ditentang oleh kubu Mishil melainkan juga oleh orang-orang yang mendukungnya, Alcheon (Lee Seung-hyo) bahkan mendesaknya untuk mempertahankan status sebagai Gadis yang Dipilih Langit. Namun, Putri Deokman punya pikiran sendiri : ia menganggap status tersebut kelak hanya akan digunakan untuk kepentingan politik salah satu pihak. Saat bicara berdua dengan Yushin (Uhm Tae-woong), Putri Deokman menceritakan pertemuan dengan Mishil yang telah membuka wawasan baru bagi dirinya. Sementara itu di kediamannya, Mishil terus menyalahkan keputusan Deokman didepan Seolwon (Jun Noh-min). Namun, sang jendral bisa melihat ada hal lain yang membuat resah sang pemegang segel kerajaan. Rupanya meski bermusuhan, Mishil sangat iri dengan sejumlah kelebihan Deokman yang tidak dimilikinya mulai dari ideologi, usia yang masih muda, hingga darah songgeol (keturunan raja). Untuk hal terakhir, Mishil mengucapkannya sambil menahan air mata yang nyaris jatuh. Bahkan, Mishil mengakui bahwa ucapan Putri Deokman membuatnya sangat terharu dan seandainya sang putri bukan putri kembar raja, bukan tidak mungkin ia sendiri yang bakal membesarkan gadis itu. Di sejumlah penjuru kota, pengumuman soal pengangkatan Putri Deokman membuat rakyat bersuka cita dan secara tidak sengaja dilihat oleh Munno (Jung Ho-bin). Ingatannya langsung melayang ke 20 tahun silam, dan belakangan Munno sangat kaget saat Bidam (Kim Nam-gil) memberitahu kalau putri yang dimaksud adalah Deokman, nangdo yang pernah diselamatkan sang murid beberapa waktu sebelumnya. Tanpa banyak pertentangan, rapat menteri kabinet alias hwabaek memutuskan setuju untuk pembangunan menara observasi alias chomseongdae. Rupanya Mishil punya rencana sendiri, ia ingin Putri Deokman menghadapi konsekuensi dari tindakannya yang dianggap gegabah. Ketika malam tiba, Putri Deokman didatangi Bidam. Setelah berbincang-bincang soal perseteruan dengan Mishil, Bidam menyampaikan niatnya untuk bisa melayani sang putri. Sambil berlutut, Bidam menyatakan kesetiaannya. Gembira karena berhasil menjalankan niatnya, pemuda itu mendadak diserang oleh seseorang yang tidak dikenal. Rupanya orang tersebut adalah Chilseok (Ahn Kil-kang), yang mendapat tugas khusus dari Seolwon. Kecurigaan sang jendral terbukti : Bidam memiliki hubungan dengan Munno karena sejumlah jurus khas yang tidak bisa dipungkiri lagi kehebatannya. Putri Deokman benar-benar serius menjalankan tugasnya dan tak henti belajar, dengan cermat ia meminta Yushin untuk menempatkan Wolya (Joo Sang-wook) dan Seolji (Jung Ho-geun) di Seorabol sebagai bagian dari usaha pengintegrasian bangsa Gaya dengan kerajaan Shilla. Di kediamannya, Mishil memutuskan kalau dirinya tidak lagi membutuhkan sosok Sohwa (Seo Young-hee), yang tengah terbaring tidak sadarkan diri di sebuah tempat terpencil. Perintah tersebut, yang tengah dibicarakan oleh Bakui (Jang Hee-woong) dan Deokchung (Suh Dong-won), secara tidak sengaja terdengar oleh Sohwa yang ingatannya telah pulih. Berhasil melarikan diri, Sohwa melihat pengumuman tentang Putri Deokman yang bakal meresmikan pembangunan chomseongdae dan memutuskan untuk datang ke tempat itu. Di saat yang sama, para hwarang bawahan Mishil sudah mengetahui kalau mantan dayang istana tersebut sudah kabur, dan langsung melakukan pengejaran. Dengan suara keras, Sohwa memanggil-manggil nama Deokman. Namun sebelum sempat terlihat, ia langsung kabur begitu melihat kemunculan Chilseok. Di tengah hutan, Sohwa diciduk oleh Bakui dan Deokchung yang berniat membunuh sang dayang. Sebelum niat tersebut terjadi, seorang pria bertopi menghentikan aksi keduanya. Hanya dengan menggunakan ranting, pria tersebut mampu menaklukkan Bakui dan Deokchung. Sohwa sangat kaget saat tahu siapa yang menolongnya, namun belakangan terjadi pertempuran kedua antara pria tersebut dengan Chilseok, yang sangat kaget saat tahu pria tersebut adalah Munno. Kesempatan itu digunakan Sohwa untuk melarikan diri. Di saat yang sama, Putri Deokman menghentikan rombongan karena samar-samar mendengar suara yang sangat dikenalnya. Tak berapa lama, suara tersebut kembali terdengar dari arah belakang.

Dari kejauhan, Sohwa menatap trenyuh Putri Deokman yang tengah seperti orang linglung, dan langsung memanggil namanya. Mata Putri Deokman (Lee Yo-won) membelalak begitu melihat sosok yang sudah begitu dikenalnya, ia langsung berlari mendekati Sohwa (Seo Young-hee) kemudian memeluknya sambil menangis seperti anak kecil. Setelah saling bercerita tentang pengalaman masing-masing setelah kejadian di padang pasir, Putri Deokman dan Sohwa melepas kerinduan. Namun sayang, kali ini mereka tidak bisa seperti ibu dan anak karena status Deokman sebagai putri raja. Di kediamannya, Mishil sangat kaget saat tahu Sohwa akhirnya berhasil bertemu dengan Putri Deokman. Pukulan semakin dalam saat ia diberitahu Chilseok (Ahn Kil-kang) kalau orang yang telah membantu Sohwa meloloskan diri adalah Munno (Jung Ho-bin). Oleh Seolwon (Jun Noh-min), diusulkan supaya Chilseok menjadi ketua hwarang alias wonsanghwa yang baru. Tujuannya cuma satu : menggalang kekuatan kubu Mishil. Sementara itu, orang yang bakal ditawari tengah termenung dikamar membayangkan ekspresi Sohwa yang begitu ketakutan saat melihat dirinya. Saat ditawari Mishil, Chilseok menyebut perlu waktu untuk berpikir. Pertemuan dengan Sohwa membuat Chilseok yakin tidak ada tempat bagi dirinya di sisi wanita itu, ia memutuskan untuk menyetujui permintaan Mishil. Hati Chilseok teriris saat menyadari kalau di sisi Mishil adalah satu-satunya tempat dimana dirinya harus berada. Ketika berjalan keluar, pria itu terkejut oleh kehadiran Sohwa yang tiba-tiba memanggilnya. Di pinggir kolam, keduanya sadar bahwa setelah hari itu, posisi keduanya ada di kubu yang berseberangan. Ketika persiapan acara pelantikan ketua hwarang alias pungwolju tengah dilangsungkan, terjadi keributan di pintu masuk ketika seorang pria setengah baya berusaha memaksa masuk. Saat berusaha mencegah, keributan malah terjadi setelah Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) terpental. Di dalam balai pertemuan pertempuran tidak bisa dihindari, tanpa kesulitan pria tersebut mampu menaklukkan para hwarang termasuk para pentolannya. Bahkan, para petarung seperti Alcheon (Lee Seung-hyo) dan Seokpum (Hong Kyung-in) bukan tandingan. Begitu masuk ke lokasi, rombongan Putri Deokman terkejut melihat para hwarang andalan istana terkapar sementara seorang pria berdiri dengan gagahnya. Begitu melihat, Deokman sadar kalau pria itu adalah guru Bidam. Yang wajahnya pucat adalah Mishil, sementara para hwarang langsung terkejut saat mengetahui pria yang baru saja menaklukkan mereka adalah Munno. Sambil menunjuk kursinya yang kosong, Munno menyebut kalau kehadirannya adalah untuk menghadiri pelantikan wonsanghwa. Namun, Mishil sadar kalau kehadiran Munno tidak semata-mata demi acara rutin para hwarang. Saat bicara empat mata di kediamannya, Mishil mengingatkan kalau berkat dirinyalah Munno, yang merupakan anak putri bangsa Gaya, bisa masuk ke jajaran bangsawan Shilla. Dengan wajah tenang, Munno kembali membeberkan sejumlah kejadian yang membuatnya memutuskan kembali ke istana. Ucapan Munno, yang mengaku bakal mengawasi turnamen hwarang, membuat Mishil bagai tersambar petir. Sementara itu di tempat lain, Putri Deokman terkejut saat mendapat kabar Munno tengah berdiskusi dengan Mishil. Ingatan Sohwa kembali ke 20 tahun sebelumnya, ia ingat betul kalau Munno pernah berniat menjodohkan Deokman yang masih bayi dengan Bidam muridnya. Dari situ terungkap, Bidam ternyata adalah anak Mishil dari Raja Jinji. Dengan hati-hati, Sohwa berusaha mencari tahu tentang karakter Bidam dari Putri Deokman. Berkat saran Seolwon, Mishil akhirnya setuju kalau kompetisi untuk menentukan siapa pungwolju alias kepala para hwarang diawasi oleh Munno. Apalagi, Seolwon menyebut yakin bahwa putranya Bojong (Baek Do-bin) tidak akan menemui kesulitan untuk merebut posisi itu. Di pertemuan pertamanya dengan Munno, Putri Deokman sudah dikejutkan oleh ketidaksetujuan sang penasehat (gukseon) akan niatnya untuk menggantikan sang ayah. Selain menyebut Putri Deokman tidak akan bisa meraih semuanya sendirian, Munno juga memintanya untuk membuktikan diri kalau sang putri lebih baik dari Mishil. Dari kediaman Putri Deokman, Munno secara tidak sengaja bertemu dengan Sohwa. Keduanya terlibat pembicaraan serius, Sohwa menyebut tidak setuju dengan rencana Munno untuk menjodohkan Putri Deokman dengan Bidam. Obrolan tersebut terdengar oleh Bidam, yang langsung teringat dengan kejadian di masa silam saat dirinya yang masih kecil membantai sekelompok orang dan langsung membuat sang guru berubah sikap. Di hari kompetisi penentuan pungwolju, masing-masing pimpinan klan hwarang menghadiri rapat yang dihadiri oleh Putri Deokman, Mishil, Munno, dan Chilseok. Berbeda dengan biasa, kali ini pertarungan untuk menentukan siapa yang terbaik menjadi bagian terakhir dari kompetisi. Pada ronde pertama, Munno ternyata mengetes kejelian para pimpinan klan hwarang. Saat ditanya, tidak ada satupun yang menjawab kecuali Bojong, yang dengan rinci mampu menjelaskan sejumlah atribut yang tidak biasa dikenakan hwarang yang menjaga di pintu masuk. Wajah Putri Deokman langsung berubah, ia sadar kubu Mishil telah memenangkan ronde pertama kompetisi.

Untuk ronde pertama ujian demi menentukan pungwolju, Munno sengaja mengetes ketelitian para kontestan dalam mengamati situasi sekeliling. Dengan lancar, Bojong (Baek Do-bin) mampu menjawab pertanyaan Munno (Jung Ho-bin) seputar pentingnya bagi seorang komandan untuk mengamati situasi sekelilingnya baik dalam keadaan normal maupun perang. Tanpa ragu-ragu, Munno menyebut pemenang ronde pertama adalah Bojong. Di kediamannya, Mishil (Go Hyeon-jeong) tersenyum gembira karena sadar Munno telah menerapkan apa yang pernah diajarkan oleh mendiang Raja Jinheung : jangan pernah memusatkan perhatian hanya pada satu hal melainkan pada keseluruhan. Tugas kedua dari Munno terhadap para kontestan sukses membuat wajah Mishil berubah : dalam waktu tiga hari, mereka harus menemukan tiga makna dibalik nama Shilla yang juga merupakan definisi dari hwarang. Masing-masing kubu berusaha menginterpretasikan berdasarkan apa yang sudah diketahui selama ini. Namun, belum ada yang bisa menemukan makna ketiga dari nama Shilla. Tiba-tiba, Putri Deokman (Lee Yo-won) teringat dengan pembicaraan terakhirnya bersama Munno, dan mulai curiga kalau topik tersebut berkaitan dengan tugas kedua yang diberikan sang penasehat hwarang. Dengan wajah geram, Mishil meyakini bahwa tidak ada satu pihakpun yang bisa menjawab dan memerintahkan kubunya untuk tidak berusaha mencari tahu jawaban pertanyaan Munno. Sudah tentu hal ini membuat para bawahannya heran, satu-satunya yang langsung mengiyakan adalah Sejong (Dok Go-young). Rupanya semua berkaitan dengan Raja Jinheung (Lee Soon-jae), yang di masa pemerintahannya menyuruh Geochilbu untuk menuliskan makna ketiga dari nama Shilla ke dalam buku sejarah kerajaan Guksa. Namun begitu memasuki masa pemerintahan Raja Jinji (Im Ho), bagian yang memuat definisi ketiga tersebut diganti sementara tulisan aslinya dibakar. Kejadian tersebut kontan menyulut kemarahan para bangsawan. Diam-diam dibelakang layar terjadi kesepakatan untuk menggulingkan Raja Jinji, mereka mulai bergerak dengan mendekati Mishil. Setelah Munno menyatakan tidak akan ikut campur, Mishil dan para bangsawan mulai bergerak. Meski sukses, Geochilbu kuatir dengan gerak-gerik Mishil. Ketakutannya terbukti ketika bicara empat mata dengan sang pemegang segel kerajaan, yang menyebut berambisi menjadi ratu untuk memenuhi ambisi Raja Jinheung. Dengan tegas, Geochilbu menentang rencana Mishil. Namun setelah mengutus Munno untuk menyerahkan surat pada Raja Jinpyeong muda (Baek Jong-min), Geochilbu meninggal tanpa diketahui penyebabnya. Di perpustakaan kerajaan, Yushin (Uhm Tae-woong) dan Alcheon (Lee Seung-hyo) yang berniat mencari tahu soal makna ketiga Shilla kalah cepat dari Bojong (Baek Do-bin) dan Seokpum (Hong Kyung-in). Namun tiba-tiba Seolwon (Jun Noh-min) muncul, dan memerintahkan keduanya untuk tidak lagi meneruskan pencarian. Di perpustakaan, Yushin menyadari bahwa salah satu buku sejarah Guksa ternyata memiliki segel yang berbeda. Kecurigaan tersebut disampaikan pada Putri Deokman, yang kemudian menanyakannya pada Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Dari situ baru ketahuan bahwa setelah perpustakaan kerajaan dirusak Raja Jinji, Sejong-lah yang ditugaskan menulis ulang bagian yang hilang. Satu-satunya petunjuk adalah mencari tahu siapa Geochilbu, pejabat yang ternyata memiliki banyak prestasi. Dari penuturan Yushin, Putri Deokman mulai yakin bahwa Mishil telah mengetahui jawaban dari pertanyaan Munno namun tidak ingin ada satu pun yang tahu. Penyelidikan dilanjutkan ke biara Heungnyun, tempat dimana Geochilbu pertama kali merampungkan kitab sejarah Guksa. Seperti yang sudah ditebak, Putri Deokman berusaha menelusuri peninggalan Geochilbu di di biara Heungnyun namun tidak menemukan petunjuk apa-apa. Saat mengunjungi ibunya Putri Manmyeong (Im Ye-jin), Yushin melihat patung peninggalan Geochilbu dan tiba-tiba teringat sesuatu. Dengan cepat Yushin berlari kembali ke biara Heungnyun, dimana Putri Deokman ternyata juga telah menemukan petunjuk. Keduanya terkejut saat tahu petunjuk tersebut ternyata berkaitan dengan sebuah benda yang telah lama dimiliki Putri Deokman.

Petunjuk yang ditinggalkan oleh Geochilbu ternyata berkaitan dengan belati kecil peninggalan Raja Jinheung. Setelah batas waktu tiga hari habis, para hwarang kembali berkumpul dan Munno (Jung Ho-bin) mengulangi pertanyaannya mengenai makna ketiga dari nama Shilla. Melihat semuanya terdiam, Mishil (Go Hyeon-jeong) dengan penuh kemenangan menyebut kalau ronde tersebut berakhir imbang. Tiba-tiba Yushin (Uhm Tae-woong) angkat bicara dengan dengan terperinci menjelaskan makna ketiga Shilla. Mata Munno langsung berbinar-binar, namun ia harus menahan kecewa ketika Yushin menyebut belum bisa menjelaskan artinya secara detil. Dengan suara mantap, Munno menetapkan Yushin sebagai pemenang ronde kedua. Mishil tidak mudah dibohongi, ia sadar kalau Putri Deokman (Lee Yo-won) dan Yushin sudah tahu apa arti makna ketiga nama Shilla. Ketika berdiskusi dengan Munno, Putri Deokman dengan tepat mampu menebak alasan kenapa sang penasehat menentangnya menjadi pemimpin Shilla : sebagai wanita, Putri Deokman dianggap tidak akan mampu memenuhi cita-cita pendiri Shilla. Keinginan untuk memenuhi para pendahulu Shilla juga dirasakan oleh Yushin. Saat berdiskusi dengan ayahnya Kim Seohyeon (Ju Sung-mo), Yushin menyebut bahwa untuk memenuhi cita-cita tersebut, keinginan bangsa Gaya untuk menjadikannya sebagai raja harus dilepas demi mengejar cita-cita yang lebih besar : mempersatukan tiga kerajaan. Perdebatan antara Putri Deokman dan Munno makin sengit, apalagi ketika sang penasehat secara tersirat menyatakan bahwa secara kemampuan, Mishil lebih pantas jadi pemimpin. Namun dengan mantap Putri Deokman menyebut bahwa Mishil sama sekali tidak pantas, karena ia tidak pernah punya cita-cita untuk memenuhi impian para pendahulu Shilla. Mendengar ucapan Putri Deokman, ingatan Bidam (Kim Nam-gil) langsung melayang ke masa lalu, dimana Munno telah menyiapkan peta geografi Goguryeo dan Baekje. Namun, sebuah kejadian membuat peta tersebut sempat jatuh ke tangan kelompok penjahat, dan pada akhirnya mengubah hubungan Munno dan Bidam selamanya. Untuk memastikan kalau peta geografi yang pernah diperjuangkan mati-matian masih ada ditempatnya, Bidam mengunjungi biara empat peta tersebut disimpan. Tidak sengaja menemukan sebuah surat bertuliskan nama Hyeonjong, Bidam terkejut saat tahu tanggal kelahiran Hyeonjong sama persis dengannya. Mishil kembali melakukan langkah yang mengejutkan, ia mengunjungi Yushin yang tengah berlatih keras sambil menyatakan harapannya supaya sang hwarang berusaha keras memenangkan duel melawan Bojong (Baek Do-bin) yang notabene adalah putranya sendiri. Demi menyelidiki asal-usulnya, Bidam meminta ijin pada Putri Deokman untuk masuk ke perpustakaan istana. Aksinya terlihat oleh Seolwon (Jun Noh-min), yang terkejut saat tahu apa yang telah dibaca pria itu. Saat berjalan keluar, Bidam berpapasan dengan Mishil. Pembicaraan antara keduanya tidak bisa dihindari, wajah Mishil sempat berubah saat Bidam menceritakan kalau Munno pernah mengatakan dirinya mirip dengan wanita itu. Sebelum berpisah, Mishil memberikan satu nasehat kecil, yang membuatnya merasa semakin ada ikatan dengan Bidam. Begitu sampai ke kediamannya, Bidam dimarahi habis-habisan oleh Munno karena lancang membuka-buka peta Tiga Kerajaan. Tidak tahan lagi mendapat perlakuan tidak adil, Bidam mencurahkan isi hatinya yang merasa diacuhkan Munno sejak tragedi dimana dirinya yang masih kecil membantai para perampok yang sempat mencuri peta Tiga Kerajaan. Kejadian tersebut membuat Bidam semakin terluka, ia menemui Putri Deokman sambil berjanji bakal membuat Yushin sebagai pungwolju alias kepala divisi hwarang. Untuk itu, Bidam nekat mendatangi balai pertemuan dan didepan semua orang menyebut ingin bergabung di ronde ketiga kompetisi yang ditetapkan Munno : duel antara para hwarang.

Kemunculan Bidam di arena seleksi akhir pemilihan pungwolju membuat semua pihak yang hadir terkejut. Ucapan Bidam (Kim Nam-gil) yang mengaku sebagai murid Munno (Jung Ho-bin) membuat semuanya terkejut, karena itu berarti dirinya berhak tampil di kompetisi. Namun sebagai pemimpin acara, pungwolju sebelumnya Hojae (Go Yoon-hoo) menyebut bahwa jumlah peserta sudah tidak bisa ditambah lagi. Namun, dengan sengaja Bidam memprovokasi peserta hingga salah seorang diantaranya Seonggo menghunus pedang. Belum sempat bertindak apa-apa, hwarang tersebut ambruk dan mengalami cedera sehingga tidak bisa ikut berkompetisi. Kemunculan Munno, yang menahan geram, untuk mengkonfirmasi ucapan Bidam akhirnya membuat pria itu berhak turun di kompetisi. Dengan gayanya yang kocak, Bidam mulai memprovokasi para pentolan hwarang yang ikut bertarung Bakui (Jang Hee-woong) dan Deokchung (Suh Dong-won). Bahkan dengan nekat Bidam masuk ke dalam kemah Bojong (Baek Do-bin) dan Seokpum (Hong Kyung-in), hwarang yang bakal menjadi lawan pertamanya. Aksi Bidam yang melancarkan perang urat syaraf ke semua pihak secara tidak sengaja terlihat oleh Putri Deokman (Lee Yo-won), yang langsung menegurnya. Saat bicara serius, Bidam mengaku bahwa apa yang dilakukannya adalah demi memastikan Yushin (Uhm Tae-woong) tampil sebagai pemenang. Seperti yang sudah diduga, para peserta unggulan seperti Yushin, Bidam, Alcheon (Lee Seung-hyo), dan Bojong tidak kesulitan menghadapi lawan-lawan mereka. Di istana, krisis terbaru dialami oleh Raja Jinpyeong, yang sangat kaget saat tahu kalau Kim Chunchu (Yoo Seung-ho) bakal tiba di Seorabol dengan kawalan orang kepercayaan Mishil. Berita kalau Chunchu yang adalah anak mendiang Putri Cheonmyeong bakal tiba di ibukota membuat gembira Sejong (Dok Go-young), namun wajahnya berubah saat tahu perjalanan terhambat karena satu hal : Chunchu harus ditandu karena tidak bisa menunggang kuda, kemampuan yang di masa itu wajib dimiliki seorang pria. Penuturan tersebut membuat Misaeng (Jung Woong-in) tertawa terbahak-bahak, namun tatapan Sejong dan Hajong (Kim Jung-hyun) membuatnya tersadar akan satu hal : dirinya sama seperti Chunchu. Dengan sedikit gelagapan, Misaeng menyebut bahwa meski tidak bisa menunggang kuda, ia memiliki kemampuan lain yang bisa menutupi kelemahan tersebut. Sifat Chunchu yang sulit diatur membuat rombongan kerajaan yang dipimpin oleh Daenambo (Ryu Sang-wook), hwarang yang bertanggung jawab atas kematian sang ibu, kerepotan. Bahkan kalau saja tidak mengingat bahwa Chunchu adalah keturunan raja, Daenambo nyaris saja menghajar pemuda itu. Tidak kehabisan akal, Daenambo berusaha mengajari Chunchu cara menunggang kuda. Sempat gembira saat sang majikan mau menurut, Daenambo kembali dibuat kesal karena Chunchu mengaku sudah lelah meski baru saja hendak menaiki kuda. Penderitaan Daenambo semakin lengkap ketika Chunchu meminta supaya dicarikan penginapan untuk beristirahat. Menjelang partai semifinal, para kontestan yang terdiri dari Yushin, Alcheon, dan Bojong sibuk mempersiapkan diri meski tubuh mereka lebam. Satu-satunya yang paling santai adalah Bidam, yang malah asyik tidur. Partai pertama mempertemukan Yushin dan Alcheon, yang berakhir dengan kemenangan Yushin. Partai kedua tidak kalah seru, Bojong harus berhadapan dengan Bidam yang kemampuannya tidak boleh diremehkan. Mendapat bocoran soal kelemahan sang lawan, Bojong sengaja menyerang kaki kiri Bidam yang terluka. Sempat diatas angin, siapa sangka Bojong berhasil dikalahkan oleh Bidam yang menggunakan jurus rahasia yang dipelajarinya diam-diam dari Munno. Wajah Munno langsung berubah saat melihat Bidam bisa mempelajari jurus andalannya, tanpa ragu Hojae mengumumkan Bidam sebagai pemenang. Namun siasat Bidam masih belum selesai, ia meminta supaya pertandingan melawan Yushin langsung digelar di hari itu. Pertarungan keduanya berlangsung setelah matahari terbenam, baik Yushin maupun Bidam sempat mengambil ancang-ancang cukup lama sebelum memulai pertarungan. Sayangnya, Bidam sengaja mengalah sehingga pertarungan berlangsung berat sebelah. Aksi tersebut terlihat oleh Chilseok (Ahn Kil-kang), yang langsung bicara dengan nada keras kalau pertarungan tersebut dipenuhi kecurangan. Ditengah kemelut tersebut, tiba-tiba muncul seorang pria yang sudah tidak asing lagi ditengah-tengah hwarang.

Dituding berbuat curang dengan sengaja mengalah, Bidam berusaha berkelit. Sebagai orang yang berhak memberi keputusan, Munno (Jung Ho-bin) membenarkan Chilseok (Ahn Kil-kang) kalau pertandingan berlangsung curang. Sebagai konsekuensinya, ronde terakhir dianggap tidak ada dan keputusan akan diambil bersama komite yang terdiri dari Hojae (Go Yoon-hoo), Mishil (Go Hyeon-jeong), dan Putri Deokman (Lee Yo-won). Di dalam ruang rapat, perdebatan berlangsung sengit antara Putri Deokman dan Mishil. Chilseok akhirnya mengajukan usul : Yushin (Uhm Tae-woong) sebagai finalis harus menghadapinya dan bila bisa menahan 10 pukulan, maka hwarang itu dianggap sebagai pemenang. Keputusan tersebut kontan membuat kubu pendukung Yushin pucat, sementara kubu Mishil pimpinan Seokpum (Hong Kyung-in) tersenyum senang. Dengan tubuh penuh memar, Yushin yang memegang pedang kayu dengan tangan gemetar langsung ambruk begitu mendapat serangan pertama dari Chilseok. Namun bukan Yushin namanya kalau menyerah begitu saja, ia berusaha bangun meski dengan susah-payah. Hal itu terjadi berulang kali walau secara fisik sudah tidak memungkinkan bagi pimpinan klan Kembang Naga itu untuk bertahan. Melihat kegigihan sang bawahan, air mata Putri Deokman dan mereka yang hadir mengalir. Teriakan pemberi semangat berkumandang yang dimulai dari klan Kembang Naga hingga terakhir Bojong (Baek Do-bin), yang notabene adalah musuh bebuyutan Yushin, ikut bersuara. Dengan sisa tenaga terakhir, Yushin akhirnya ambruk begitu pukulan kesepuluh Chilseok dilontarkan. Siapa sangka sebelum pingsan, Yushin sempat memasukkan sebuah pukulan telak. Dengan jiwa ksatria, Chilseok mengakui kekalahannya. Pengakuan tersebut langsung disambut oleh sorak-sorai para hwarang termasuk Bojong. Di Seorabol, Jukbang (Lee Moon-shik) yang tidak sadar dengan siapa dirinya berhadapan terus berusaha memberi pengertian pada Chunchu (Yoo Seung-ho) tentang situasi politik Shilla terutama tentang kubu-kubu yang ada di istana. Di kediamannya, Munno telah ditunggu oleh Bidam yang terus berlutut. Mengira kalau dirinya bakal diasingkan, Bidam terperangah ketika gurunya malah bersikap sabar sambil mengatakan kalau masih banyak yang harus dipelajari oleh sang murid selain sekedar menang-kalah. Sikap sang guru membuat Bidam bingung, namun suasana hatinya yang mulai tenang semakin kacau begitu bertemu Mishil yang langsung menyindir perbuatan pemuda itu. Mengunjungi kediaman Yushin untuk meminta maaf langsung pada Putri Deokman, wajah Bidam langsung muram begitu melihat betapa besarnya perhatian sang putri pada bawahannya tersebut. Memanfaatkan keluguan Jukbang dan penduduk desa, Chunchu mulai bisa mengira-ngira apa saja yang telah terjadi di Seorabol. Kehadirannya sendiri belum terlacak siapapun, bahkan tak kurang dari kubu Mishil disibukkan oleh pencarian sang pangeran. Yang menarik, Chunchu sendiri ternyata sudah tahu Daenambo (Ryu Sang-wook)-lah orang yang paling bertanggung jawab atas kematian ibunya. Begitu melihat kehadiran Daenambo, emosi Alcheon langsung meledak, keduanya nyaris saja terlibat perkelahian di tengah kota. Namun sebelum semuanya terjadi, Chunchu muncul dan menyebut kalau dirinya sudah memaafkan Daenambo. Kemunculan Chunchu sontak langsung membuat penghuni istana gempar, terutama Putri Deokman yang sudah tidak sabar lagi melihat putra dari sang kakak. Siapa sangka, Chunchu bersikap dingin dan secara terang-terangan menyatakan tidak butuh perhatian Putri Deokman. Dengan senyum penuh misteri, Chunchu secara tersirat menyatakan maksud dibalik kedatangannya kembali ke kerajaan Shilla. Langkah pertama yang diambil sang pangeran sangat mengejutkan. Menolak pengawalan Alcheon, Chunchu malah lebih memilih didampingi Daenambo dan tidak menolak ketika Misaeng (Jung Woong-in) menyatakan siap menemani pemuda itu berkeliling Seorabol. Setelah kondisinya pulih, Yushin dipanggil menghadap dewan pimpinan hwarang untuk secara resmi ditunjuk sebagai pungwolju. Siapa sangka, disana kubu Mishil yang diwakili oleh Seolwon (Jun Noh-min) mengeluarkan kartu as mereka yang langsung membuat Yushin terdiam.

Di depan rapat, Seolwon langsung menyinggung masalah pengungsi Gaya yang belakangan diketahui berada di tanah milik keluarga Yushin. Yushin (Uhm Tae-woong) tidak berkutik ketika Seolwon (Jun Noh-min) menuding kalau gerakan separatis Bokyahwe telah kembali dimulai. Tudingan tersebut membuat Yushin tidak tahan lagi, namun ucapan sang hwarang malah membuat posisinya makin terpojok. Saat bicara empat mata, Putri Deokman (Lee Yo-won) langsung membentak Mishil (Go Hyeon-jeong) dengan menyebut apa yang dilakukan kubu wanita itu terhadap Yushin adalah konspirasi terselubung. Mishil langsung tersenyum penuh kemenangan, dan langsung mengutarakan bahwa biarpun sang putri begitu mempercayai Yushin, namun asal-usulnya sebagai keturunan bangsa Gaya tidak bisa dilupakan begitu saja. Begitu diberitahu kalau muncul keberatan yang diajukan kubu Mishil, Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) memutuskan untuk menemui Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) demi menyampaikan isi hatinya. Ia tidak sadar bahwa diantara anak buah kepercayaannya, ada mata-mata Mishil. Tidak cuma dipusingkan oleh masalah Yushin, kubu istana juga dibuat kebingungan oleh sikap Kim Chunchu (Yoo Seung-ho) yang sejak pulang ke Seorabol kerap keluar dari istana bersama Misaeng (Jung Woong-in). Kesamaan keduanya, termasuk soal menunggang kuda, membuat sang pangeran cepat akrab dengan adik Mishil tersebut. Bahkan, dengan berani Misaeng membawa Chunchu ke sebuah tempat pelesiran dan menunjukkan satu-persatu gadis terbaik disana. Diam-diam, Misaeng punya rencana sendiri untuk menarik Chunchu menjadi bagian dari kubu Mishil. Demi mendengar langsung penjelasan Yushin, Munno (Jung Ho-bin) memanggil hwarang tersebut. Ucapan Yushin yang menyebut kalau dirinya sengaja memberikan tanah milik keluarga demi tujuan yang lebih besar yaitu mengintegrasikan bangsa Gaya sebagai bagian dari Shilla sekaligus mewujudkan cita-cita penyatuan tiga kerajaan membuat sang penasehat terkejut, ia tidak menyangka tujuan Yushin begitu mulia. Tidak mau menyerah begitu saja, Yushin balik menggertak dengan menyebut niat Mishil dan Seolwon untuk menjadikan Bojong (Baek Do-bin) sebagai pungwolju bakal ditentang banyak pihak. Siapa sangka, Seolwon mampu memberi bukti berupa pernyataan Yushin yang menyerahkan tanahnya pada bangsa Gaya. Rupanya, bukti tersebut dicuri oleh mata-mata kubu Mishil dari kediaman Kim Seohyeon. Dalam posisi yang semakin sulit, Putri Deokman meminta Yushin untuk mengorbankan Seolji (Jung Ho-geun). Permintaan tersebut langsung ditolak, Yushin menyebut bahwa kubu Mishil tidak akan puas dan pasti bakal meminta korban baru. Ucapan itu membuat air mata Putri Deokman jatuh, itu berarti ia harus mengorbankan Yushin. Di kediamannya saat dikunjungi oleh Bidam (Kim Nam-gil), Putri Deokman akhirnya mengaku sambil terisak bahwa ia sangat menyesal tidak bisa menunjukkan perasaan yang sesungguhnya pada Yushin. Di saat yang sama kepada Munno (Jung Ho-bin), Yushin menyebut bakal tetap menjalankan apa yang sudah direncanakannya. Pertemuan dengan Yushin membuat Munno berpikir ulang tentang pandangannya terhadap Putri Deokman dan siapa pewaris cita-citanya untuk menyatukan tiga kerajaan. Saat berpapasan dengan Bidam, sang murid langsung menyatakan ketidakpuasannya dengan sang guru perihal peta tiga kerajaan yang disembunyikan, namun Munno hanya bicara singkat sebelum kemudian pergi. Saat tengah membuntuti, Bidam melihat Misaeng tengah bersama Chunchu masuk ke sebuah tempat judi. Berhasil ikut menyelinap masuk, pria itu melihat bahwa dengan sengaja Misaeng membiarkan Chunchu terus menang judi. Dengan isyarat, Bidam memberitahu Chunchu kalau dirinya sengaja dibiarkan menang. Namun Chunchu ternyata bukanlah pria bodoh, dengan senyum khasnya ia kembali membalas isyarat tersebut dengan mengatakan kalau dirinya sudah tahu semuanya. Usaha kubu Mishil untuk menarik Yushin supaya bisa bergabung membuat Putri Deokman sedih, bahkan usaha Sohwa (Seo Young-hee) untuk menghibur gagal. Di luar kediaman sang putri, Yushin terus berdiri sambil memandang ke dalam dengan penuh kesedihan. Setelah berpikir matang, Yushin memutuskan untuk menemui Mishil. Setelah malam tiba, Munno memasuki sebuah rumah yang ternyata ditempati oleh Yeomjong, orang yang selama ini membantunya menyusun peta tiga kerajaan. Pada pria yang juga lihai sebagai mata-mata itu, Munno menyampaikan niatnya untuk menyerahkan peta yang dibuat pada Yushin. Ucapan tersebut didengar oleh Bidam, yang langsung terpukul karena sang guru melanggar janji yang diucapkannya bertahun-tahun lalu. Rupanya Munno punya pertimbangan sendiri, ia terkesan dengan ketulusan Yushin yang berani mengorbankan dirinya untuk tujuan yang lebih besar. Mendengar kalau Yushin sempat lama menunggu di luar kediamannya, Putri Deokman memutuskan untuk menyusul pria itu. Apa yang dilihat selanjutnya sama sekali tidak terbayangkan, Yushin berlutut didepan Mishil dan menyatakan siap untuk takluk.

Putri Deokman sangat terpukul saat mendengar Yushin telah setuju untuk menikah dengan Yeongmo putri Hajong. Berusaha menutupi kegundahannya, Putri Deokman (Lee Yo-won) mendatangi kediaman Mishil (Go Hyeon-jeong) untuk memberi selamat atas rencana pernikahan Yushin (Uhm Tae-woong) dan Yeongmo (Qri). Namun, keduanya sama-sama tahu bahwa Yushin tidak akan semudah itu beralih ke kubu Mishil. Di luar saat bertemu Yushin, Putri Deokman menyesalkan keputusan pria itu untuk merapat ke kubu Mishil demi menyelamatkan bangsa Gaya. Sang putri sangat terkejut saat mendengar bahwa tujuan Yushin adalah mengabdi untuk kerajaan Shilla sambil berharap sang putri kelak bisa menjadi penguasa yang jauh lebih baik dari para pendahulunya. Di kediaman Bojong (Baek Do-bin), Misaeng (Jung Woong-in) dan Seolwon (Jun Noh-min) sibuk mendandani Borang (Park Eun-bin) sebelum gadis itu dipertemukan dengan Kim Chunchu (Yoo Seung-ho). Tujuannya hanya satu : memastikan sang pangeran tertarik dengan putri Bojong tersebut sehingga kelak sosoknya merapat ke kubu Mishil. Konflik antara Munno (Jung Ho-bin) dan Bidam (Kim Nam-gil) kembali pecah saat sang murid mempertanyakan pilihan Munno untuk menyerahkan peta geografi tiga kerajaan pada Yushin. Dengan marah, Munno menyebut bahwa hal itu dilakukannya karena dirinya tidak mempercayai Bidam, yang dianggap sangat mirip Mishil. Belum usai soal masalah Yushin yang bakal menikah dengan cucu Mishil, Putri Deokman dipusingkan oleh Chunchu yang kerap bermain-main dan menolak belajar saat dididik Alcheon (Lee Seung-hyo). Tahu kalau sang putri tengah bersedih, Sohwa (Seo Young-hee) berusaha menghibur dengan menunjukkan boneka yang mengingatkan keduanya akan kehidupan di gurun. Geram karena sang guru dianggap telah bertindak tidak adil, Bidam mencegat Munno yang tengah membawa peta tiga kerajaan dan menantang pria itu untuk berduel. Pertarungan sempat berjalan seimbang…sampai Munno mengeluarkan jurus andalannya dan membuat Bidam keteteran. Namun dari semak-semak, seorang pria bertopeng sukses meniupkan jarum beracun ke Munno, yang langsung ambruk. Sempat menyatakan penyesalannya karena gagal menjadi guru yang baik, Munno berpesan supaya Bidam mengikuti jejak Yushin dan mengabdi pada Putri Deokman. Tak lama kemudian, Munno menghembuskan napas terakhirnya. Tingkah laku Chunchu yang membuat semua orang jengkel semakin menjadi-jadi, kali ini ia menghina Yushin saat pria itu tengah mengajarinya cara berduel dengan pedang. Dengan sengaja, Chunchu menyebut Yushin sebagai pria oportunis. Sikap sinis Chunchu malah membuat Yushin tersenyum, ia langsung teringat dengan pertemuan pertamanya dengan mendiang Putri Cheonmyeong. Di tengah rapat membahas para hwarang, tiba-tiba Bidam muncul dengan pakaian rapi. Sambil membawa surat pengantar dari Munno, Bidam menyebut siap tinggal di Seorabol sebagai pewaris sang guru yang telah kembali ke Gunung Taebaek. Setelah menyatakan kesiapannya menjadi hwarang, Bidam menjalankan niatnya yang lain : membantai Yeomjong, dalang dibalik meninggalnya sang guru. Namun pria itu ternyata cukup cerdik, ia mampu membuat Bidam mengurungkan niatnya. Dibawah todongan pedang, Bidam meminta Yeomjong untuk menunjukkan dimana peta geografi tiga kerajaan disembunyikan. Namun begitu sampai disana, lembaran-lembaran peta tersebut ternyata telah digunakan sebagai mainan oleh seorang pemuda yang tidak asing lagi.

Kesal dengan sikap Chunchu (Yoo Seung-ho) yang kekanak-kanakan, Bidam menggunakan sarung pedangnya untuk menghajar pemuda yang tidak tahu diri itu. Tidak hanya sampai disana, Bidam juga menyuruh Chunchu kembali menyusun lembaran kertas yang telah disobeknya. Sempat keluar ruangan bersama Yeomjong untuk mencari tahu alasan keberadaan Chunchu, Bidam kembali dibuat kesal karena saat kembali, pemuda itu tengah tertidur. Tiba-tiba Bidam tersadar sesuatu : Chunchu mampu mengingat halaman buku yang disobek dan menyusunnya sesuai dengan urutan. Dari situ ia sadar kalau Chunchu bukan pemuda biasa. Hal terakhir yang harus diselesaikan oleh Bidam adalah membunuh Yeomjong, otak dibalik kematian Munno. Namun di tempat sepi, Yeomjong malah tertawa dan menyebut kalau dirinya dan Bidam sama-sama bertanggung jawab. Meski kesal, Bidam sadar kalau ucapan tersebut benar adanya. Usai melampiaskan kekesalannya dengan memukul Yeomjong habis-habisan, Bidam mulai tergoda ketika pria itu berjanji bakal menggunakan kumpulan mata-mata miliknya untuk memenuhi ambisi putra Mishil tersebut. Sebagai tanda mata, Bidam menggores wajah Yeomjong sambil mengancam supaya tidak berani menentangnya. Setelah pelantikan Yushin (Uhm Tae-woong) sebagai pungwolju, Putri Deokman (Lee Yo-won) mulai mencari tahu alasan kenapa kerajaan Shilla yang teritorinya luas belum bisa makmur. Dari penuturan Yongchun (Do Yi-sung), baru ketahuan kalau selama ini lahan tidak pernah dikelola dengan baik karena kualitas alat pertanian yang buruk. Masalah pangan mulai mencuat ketika harga-harga merangkak naik, bahkan sempat terjadi kemelut di pasar yang berakibat terbunuhnya seorang pedagang. Bersama para bawahannya, Putri Deokman memutuskan untuk mengecek keadaan pasar. Terjadi keanehan : meski mempunyai stok barang, para pedagang menolak menjual bahan pangan milik mereka. Mengikuti gerakan beberapa pedagang, Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) melihat kereta berisi bahan pangan masuk ke rumah milik Seolwon (Jun Noh-min) dan Bojong (Baek Do-bin). Hal yang sama ternyata juga dilakukan oleh Hajong (Kim Jung-hyun), yang membeli bahan makanan dalam jumlah besar. Jukbang langsung melaporkan apa yang ditemuinya dan Putri Deokman berhasil mengambil kesimpulan : para bangsawan sengaja menimbun barang hingga harga tinggi sebelum kemudian kembali dijual alias bermain spekulasi. Sayangnya ketika dilaporkan ke Raja Jinpyeong (Jo Min-ki), sang raja tidak bisa berbuat banyak karena praktek tersebut telah berlangsung puluhan tahun. Terus-menerus kabur dari pelajaran dan kerap kedapatan tengah bersenang-senang di kediaman Borang (Park Eun-bin), Chunchu akhirnya kena batunya. Oleh Yushin, seorang guru baru ditempatkan untuk mendidik sang pangeran : Bidam. Berusaha mendapat pemecahan yang memuaskan, Putri Deokman mendatangi kediaman Mishil (Go Hyeon-jeong). Seperti yang telah diduga, Mishil mampu melontarkan pertanyaan yang membuat Putri Deokman harus berpikir keras. Sambil berdiskusi dengan Yushin, Putri Deokman akhirnya mulai mengerti bahwa tujuan lain dari permainan spekulasi yang dilakukan para bangsawan adalah demi mempengaruhi sentimen publik terhadap raja. Bukan Putri Deokman namanya kalau tidak memikirkan penyelesaian masalah, apalagi dirinya sempat cukup lama hidup di lingkungan kaum pedagang. Atas ijin Raja Jinpyeong, Putri Deokman berhasil menggunakan persediaan pangan istana untuk menghadapi permainan spekulasi para bangsawan. Begitu tahu langkah Putri Deokman, kubu Mishil sangat terkejut. Yang jadi korban adalah para bawahannya yang tidak mempunyai persediaan dana yang kuat, mereka mulai menjual beras yang ditimbun hingga otomatis harga di pasar jatuh. Rapat kabinet langsung digelar, dengan terang-terangan Sejong (Dok Go-young) menyatakan keberatan atas keberanian Putri Deokman menggunakan persediaan pangan kerajaan untuk ikut bermain spekulasi. Namun, sang putri hanya tersenyum sambil menyebut kalau dirinya punya cara untuk bisa mendapatkan kembali stok yang dijual. Mishil yang mulai mengerti akan langkah Putri Deokman menyatakan kalau sang rival tidak akan bisa bertahan lama. Bisa dibayangkan, bagaimana reaksi Mishil dan Sejong saat tahu Putri Deokman berniat menjual semua persediaan pangan istana…termasuk stok yang biasa digunakan untuk berjaga-jaga seandainya terjadi perang.

Dengan jitu, Putri Deokman menggunakan sifat dasar manusia yang ingin menyelamatkan diri sendiri untuk membalas strategi Mishil. Seperti yang diduga, keadaan pasar menjadi kacau dan harga pangan mulai anjlok. Keadaan tersebut diamati dengan cermat oleh Yeomjong, yang atas perintah Bidam diminta untuk mulai membeli secara besar-besaran begitu harga mencapai jumlah sepuluh nyang. Perdebatan antara Putri Deokman dan Mishil kembali memanas. Menyebut bahwa kaum bangsawan adalah pilar bagi Shilla, Mishil terkejut saat mendengar ucapan sang putri bahwa meski kepintaran dan strateginya tidak terkalahkan, kehadiran Mishil ternyata tidak mampu membuat Shilla sepeninggal mendiang Raja Jinheung menjadi lebih maju. Sambil mengamati gerakan Yeomjong, yang terus memuji kecekatan Putri Deokman dalam berdagang, Kim Chunchu mulai menanyakan soal peta Tiga Kerajaan. Namun, wajah sang pangeran langsung berubah ketakutan begitu melihat kemunculan Bidam. Rapat kabinet akhirnya digelar demi menegur Putri Deokman yang dianggap telah lancang menggunakan persediaan pangan prajurit. Namun, dengan jitu Putri Deokman mampu membeberkan bukti-bukti yang membuat kubu Mishil mati kutu. Bahkan, nyaris saja terjadi baku pukul antara Hajong (Kim Jung-hyun) dan Yongchun (Do Yi-sung). Meski sudah memenangkan duel strategi dengan Mishil, Putri Deokman ternyata tidak langsung puas dan kembali menenggelamkan diri di tumpukan buku-buku perpustakaan istana. Di saat yang sama, ucapan sang putri terus terngiang-ngiang di telinga Mishil. Paginya, Mishil langsung menuju perpustakaan dan sedikit terkejut melihat Putri Deokman tertidur disana. Putri Deokman langsung terbangun akibat keributan yang ditimbulkan oleh kemunculan Bidam dan Chunchu. Gadis itu sempat terdiam ketika Mishil berbicara soal kedekatan Chunchu dan Misaeng, namun wajahnya kembali berseri ketika Bidam menyebut bahwa putra mendiang Putri Cheonmyeong itu ikut membantu saat pembelian bahan pangan di pasar. Tak lama setelah Putri Deokman mendapat ijin untuk menggunakan logam terbaik kerajaan demi memperbaiki kualitas alat pertanian, terjadi pemberontakan di benteng Angang yang merupakan kekuasaan Sejong. Rupanya, semua berawal ketika petani mengalami gagal panen akibat hama. Di tengah penderitaan tersebut, tuan tanah dan pemerintah setempat menolak untuk menurunkan pajak. Sadar kalau situasi tersebut disengaja, Putri Deokman mengajak Sejong dan Hajong untuk bicara mengenai situasi di benteng Angang. Namun, dengan licik keduanya mengajukan usul supaya pajak terhadap mereka dihilangkan demi menyelamatkan rakyat di benteng Angang. Demi menyelesaikan masalah, Putri Deokman bertekad untuk datang sendiri ke benteng Angang dan menemui pimpinan pemberontak yang menahan pimpinan benteng Angang. Tindakan sang putri tidak cuma membuat bawahannya kelabakan, namun juga membuat Mishil kaget. Dengan bantuan Yushin (Uhm Tae-woong), Putri Deokman berhasil menemui perwakilan rakyat benteng Angang yang dipimpin oleh seorang pria berusia lanjut. Dari pria tersebut, Putri Deokman diberitahu bahwa tindakan semena-mena penguasa-lah yang membuat rakyat nekat memberontak. Tidak cuma bakal mengembalikan hasil panen yang biasanya dibayarkan ke pemerintah, Putri Deokman juga menjanjikan alat-alat pertanian berkualitas bagi para penduduk ditambah kesempatan untuk lepas dari perbudakan yang selama ini menghantui. Sayangnya kepercayaan yang diberikan pada sang putri disia-siakan, para penduduk benteng Angang malah melarikan diri sambil membawa semua barang-barang mereka dan alat pertanian pemberian kerajaan. Kegagalan tersebut membuat Mishil tertawa terbahak-bahak. Di kesempatan terpisah, ia menegur Putri Deokman yang dianggap terlalu naif. Sindiran Mishil tidak membuat Putri Deokman marah, sambil tersenyum ia malah menyebut bahwa itulah alasan kenapa Mishil tidak bisa memajukan Shilla : karena wanita itu tidak mempunyai kapasitas sebagai pemimpin pemerintahan. Ucapan pedas tersebut kontan membuat tubuh Mishil bergetar hebat. Dibalik ketegasannya, Putri Deokman ternyata menyembunyikan kegeramannya karena telah ditipu oleh para penduduk benteng Angang. Meski dengan berat hati, sang putri akhirnya mengambil langkah drastis : mengeksekusi dua pimpinan rakyat yang melarikan diri dengan tangannya sendiri.

Dengan tubuh menggigil seusai membantai dua pimpinan pemberontak benteng Angang, Putri Deokman mulai mencucurkan air mata. Sadar betapa beratnya beban Putri Deokman (Lee Yo-won), Yushin (Uhm Tae-woong) berusaha menguatkan sang putri sambil mengingatkan bahwa apa yang telah dilalui adalah salah satu cobaan sebagai pemimpin. Rupanya, kejadian serupa juga pernah dialami Mishil. Begitu kembali ke istana, wajah muram Putri Deokman dilihat oleh Bidam. Sambil tersenyum polos, hwarang itu mengingatkan bahwa sang putri tidak perlu berusaha meniru Mishil, yang bisa membunuh orang tanpa berkedip. Dengan keceriaannya, Bidam berusaha mengembalikan keceriaan Putri Deokman. Demi memastikan penduduk benteng Angang memenuhi janji mereka, Putri Deokman menugaskan Yushin untuk terus mengawasi perkembangan disana. Belum selesai bicara, tiba-tiba muncul Sohwa yang meminta Putri Deokman untuk segera menuju istana Ingang dimana Raja Jinpyeong berada. Sadar kalau penyakit jantungnya semakin parah, Raja Jinpyeong bertekad untuk menikahkan Putri Deokman secepatnya dan menunjuk menantunya kelak sebagai putra mahkota. Menurut rencana, pengumuman tersebut bakal disampaikan di depan semua bangsawan. Meski berusaha terlihat kuat, Putri Deokman tidak bisa menyembunyikan tangannya yang terus bergetar. Begitu melihat keadaan tersebut, Bidam langsung mendekati sang putri dan menggenggam tangannya erat-erat. Putri Deokman langsung tersenyum lebar, ia merasa sangat senang karena Bidam benar-benar mampu menghiburnya. Kedekatan Putri Deokman dan Bidam terlihat oleh Seolwon, yang langsung melaporkannya pada Mishil. Namun begitu menyebut nama hwarang itu sebagai salah satu kandidat pendamping Putri Deokman, Mishil langsung bereaksi keras. Rupanya meski sudah tahu kalau Bidam adalah putranya, Mishil tidak menganggapnya sebagai ancaman serius. Saat berusaha memastikan kalau Putri Deokman tidak akan memilih kandidat yang bakal menyusahkan di kemudian hari, Sejong dan Sejong mendapat kabar gembira : Youngmo istri Yushin tengah mengandung. Otomatis, hal itu mengeliminir kemungkinan Yushin berpaling ke Putri Deokman. Saat pengumuman disampaikan, tiba-tiba muncul Putri Deokman. Ucapannya membuat para bangsawan terkejut : Putri Deokman menyatakan tidak akan pernah menikah dan bakal meneruskan penerus tahta alias pengganti Raja Jinpyeong. Ucapan tersebut membuat Mishil terpukul, lagi-lagi ia kalah adu strategi dengan Putri Deokman. Meski ditentang oleh nyaris semua pihak, Raja Jinpyeong sadar kalau garis keturunan raja yang diwarisi Putri Deokman-lah yang bisa membuatya bisa memenuhi impian sebagai ratu pertama dalam sejarah kerajaan Shilla. Berita soal Putri Deokman yang berniat menggantikan Raja Jinpyeong dengan cepat tersebar, Chunchu yang tengah berada didekat Borang secara tidak sengaja mendengar dan sangat terkejut. Penolakan juga disampaikan oleh Wolya dan Seolji, yang sejak semula berharap supaya Yushin tampil sebagai pendamping sang putri. Ketika diberitahu oleh Bidam soal Putri Deokman, Yeomjong terkejut dan menyebut bahwa dari pengalamannya berkelana ke sejumlah negara, seorang wanita yang memimpin sebuah kerajaan bukanlah hal aneh. Sempat gembira, wajah Bidam langsung berubah begitu mendengar bahwa wanita yang dimaksud (Cleopatra) malah membawa kerajaan yang dipimpinnya menuju gerbang kehancuran. Rupanya, Yeomjong diam-diam bekerja pada Chunchu. Begitu mendengar tentang kedatangan Bidam, Chunchu memerintahkan Yeomjong untuk bisa membujuk pria itu bergabung ke kubunya. Yeomjong memang pria banyak akal, ia langsung membisikkan rencananya pada Chunchu. Dengan gayanya yang khas, Chunchu mengajak Bidam bicara empat mata dan menyebut bahwa meski belum pernah ada raja yang tidak berasal dari keturunan seonggol (keturunan langsung raja) atau kaum wanita, salah satu dari dua hal yang disebutkannya bakal jadi kenyataan di masa depan. Setelah bicara dengan Bidam, Chunchu menjalankan strategi berikutnya dengan mendatangi kediaman Mishil. Keesokan harinya, digelar rapat kabinet untuk membahas soal peluang Putri Deokman menjadi penguasa Shilla. Perdebatan sengit sempat terjadi, sampai Mishil angkat bicara. Rupanya, wanita itu punya calon lain untuk pewaris tahta yang baru : Chunchu. Kehadiran Chunchu membuat Raja Jinpyeong dan Putri Deokman terkejut, mereka tidak menyangka bahwa sang pangeran bakal ikut terjun dalam bursa persaingan pewaris tahta. Tiba-tiba Putri Deokman teringat akan pembicaraannya dengan sang keponakan, dan baru sadar apa tujuan Chunchu kembali ke Shilla. Dengan penuh semangat, Mishil mengajukan alasannya mengajukan Chunchu sebagai calon pewaris tahta. Namun belum selesai bicara, ucapannya dipotong Chunchu, yang dengan berani mengucapkan kalimat yang membuat semuanya terperanjat.

Ucapan Chunchu yang menyebut penggolongan kasta di Shilla yang menentukan posisi seseorang adalah hal kuno membuat semuanya kaget. Dengan wajah pucat, Putri Deokman keluar dari balai pertemuan, ucapan Chunchu masih terngiang di benaknya. Saat hendak melangkah pergi, ia berpapasan dengan Chunchu, yang dengan senyum sinis mengisyaratkan kalau pertempuran baru dimulai. Meski kontroversial, Chunchu ternyata mendapat dukungan dari Kim Yongchun (Do Yi-sung) yang menganggap penobatan sang pangeran sebagai putra mahkota jauh lebih mudah diterima oleh para bangsawan dan masyarakat dibanding seorang wanita menjadi raja. Perdebatan yang terjadi di ruangan Raja Jinpyeong secara tidak sengaja terdengar oleh Putri Deokman. Begitu menghadap, Putri Deokman menyebut bahwa bila keadaan semakin kritis, ia bakal mundur demi menghindari konflik dan membiarkan Chunchu melaju sendirian sebagai putra mahkota. Ucapan itu membuat Raja Jinpyeong semakin sedih, ia tidak mengira Chunchu bakal dimanfaatkan Mishil. Namun, Mishil yang dituduh sebagai biang keladi semuanya sendiri tengah dalam keadaan terpukul karena sama sekali tidak menyangka Chunchu bakal bicara tanpa berdiskusi lebih dulu. Saat tengah teringat dengan sosok Chunchu dan Putri Deokman yang merupakan saingannya, ia didatangi Seolwon. Dengan senyum khasnya, Mishil menyebut bahwa dirinya sedikit kelelahan. Di kediamannya, Sejong dan Hajong tengah terlibat diskusi serius. Rupanya mereka mengkuatirkan posisi keluarga keduanya bakal tergeser oleh Seolwon, gelagat itu mulai terlihat berkat kedekatan Chunchu dengan Boryang (Kim Eun-bin) putri Bojong. Di tengah sejumlah dugaan mengenai sikap Chunchu, tokoh utama yang diduga menjadi dalang yaitu Mishil menutup diri dari semuanya termasuk orang-orang terdekatnya. Pelan-pelan, mulai terjadi konflik antara kubu Sejong dan Hajong dengan Seolwon mengenai masalah siapa yang kelak bakal menjadi pendamping Chunchu. Situasi yang pelik membuat Yushin mulai bisa mereka-reka apa yang telah terjadi. Saat dirinya sedang berdiskusi dengan Putri Deokman tentang kemungkinan terburuk yang dipikirkannya, Chunchu menghadap Raja Jin-pyeong, yang memberitahu bahwa orang yang telah diperalat Mishil tidak akan pernah menduduki tahtanya. Setelah mendapat teguran dari Sejong, Seolwon melarang Chunchu untuk bertemu dengan Boryang. Setelah itu, Seolwon memanggil para hwarang yang setia padanya. Chunchu sendiri tidak tinggal diam, ia menemui Yeomjong dan meminta pria banyak akal itu untuk melakukan sesuatu untuk dirinya. Aksi saling menggalang dukungan mulai dilakukan oleh pihak Sejong dan Seolwon, situasi tersebut terbaca oleh Putri Deokman, yang keheranan melihat Mishil belum bertindak apapun untuk melerai potensi konflik yang bakal terjadi. Saat malam tiba, Seolwon dan Bojong mendapat berita mengejutkan : Boryang diculik orang yang tidak dikenal. Keruan saja keduanya langsung mencurigai pihak Sejong sebagai pelaku, padahal di saat yang sama Boryang baru saja dibebaskan dari sebuah gudang terpencil oleh Chunchu. Di saat yang sama, Mishil yang baru saja terbangun mendapat kunjungan dari Bidam. Penjelasan Bidam bahwa Putri Deokman tidak akan termakan siasat Mishil yang hendak mengadu domba hanya membuat wanita itu tersenyum. ia sadar kalau sang hwarang mendatangi kediamannya atas inisiatif sendiri. Konflik antara kubu Sejong dan Seolwon akhirnya pecah lewat sebuah pertengkaran, kejadian tersebut terlihat oleh Alcheon yang langsung melaporkan semuanya pada Putri Deokman. Berbeda dengan pandangan Alcheon, Putri Deokman mampu menebak bahwa dalang dibalik penculikan Boryang adalah Chunchu. Untuk melepaskan beban pikiran yang semakin menghimpit, Mishil sengaja bergerak ke luar kota dengan hanya ditemani oleh Bidam, Chilseok dan sejumlah prajurit. Berbeda dengan biasanya, kali ini Mishil meminta Bidam untuk menuntunnya. Kejutan dilakukan Chunchu, ia mendatangi Raja Jinpyeong untuk menyampaikan kabar bahwa dirinya dan Boryang telah menikah. Ucapan itu keruan saja membuat Sejong geram, ia merasa ditikam dari belakang oleh Seolwon. Tak lama kemudian muncul Putri Deokman dan Yushin, yang langsung melempar pandangan tidak percaya. Sang putri langsung teringat akan sejumlah kejadian sebelumnya, ia sadar bahwa Chunchu yang ada dihadapannya bukan pemuda biasa yang polos.

Putri Deokman sadar kalau selama ini semua orang salah menilai Chunchu, pemuda itu ternyata patut diperhitungkan sebagai kekuatan baru. Saat bicara empat mata, Chunchu menyebut telah memperhitungkan semua kemungkinan dan Mishil sekalipun tidak bisa mencegahnya. Namun, Putri Deokman yang lebih berpengalaman tahu bahwa masih ada satu kemungkinan yang bisa terjadi. Melihat gerak-gerik Chunchu, Seolwon sadar kalau dirinya dan Bojong telah dijadikan pion. Namun saat berusaha meyakinkan Sejong dan putranya Hajong, ucapannya sama sekali tidak dipercaya. Kekuatiran Seolwon makin menjadi saat tahu Mishil pergi dari Seorabol untuk menyepi dan tidak diketahui keberadaannya. Yang membuat semua pihak heran, Mishil sama sekali belum bertindak apapun untuk menghadang aksi Chunchu yang memecah-belah kubunya. Sadar kalau keberadaan Mishil bakal menjadi langkah penting, Putri Deokman memerintahkan para bawahannya untuk menguntit Seolwon dan rekan-rekan Mishil yang lain. Di saat yang sama, Chunchu menjalankan strategi selanjutnya: membujuk Jukbang untuk bergabung dengannya. Meski menolak, Jukbang sempat goyah ketika Chunchu memberinya banyak uang. Tidak cuma itu, Chunchu juga berhasil membuat Misaeng, yang tiba-tiba muncul, mati kutu dengan menyebut dirinya sudah tahu bahwa pria yang merupakan adik Mishil itu adalah dalang dibalik kematian Putri Cheonmyeong. Ketika Putri Deokman tengah cemas memikirkan Mishil, wanita yang tengah dicari banyak orang tersebut telah sampai ke tempat tujuan dimana dirinya selalu datang saat tengah berada dalam kondisi gundah-gulana. Kepada Bidam, Mishil menceritakan tentang masa lalunya dan beberapa orang kepercayaan mendiang Raja Jinheung. Dari obrolan tersebut, Bidam bisa melihat sisi lain dari sosok Mishil yang selama ini ditakuti dan dicintai banyak orang.

Di Seorabol, konflik antara kubu Seolwon dan Sejong semakin tajam setelah masing-masing pihak menggalang pasukan yang bakal saling berhadapan. Di bawah komando Bojong, mereka menciduk Sejong di kediamannya. Begitu mendengar apa yang terjadi, Hajong menggelar aksi balasan dengan menyergap Seolwon. Ketika berada di tahanan, Seolwon kembali berusaha meyakinkan Hajong, yang cuma tertawa sinis, kalau mereka sama-sama telah dimanfaatkan oleh Chunchu. Sempat tidak percaya, Hajong langsung terdiam ketika Seolwon mengingatkan pria itu kalau seandainya Mishil ada disana, ia tidak akan membiarkan terjadi perpecahan diantara kedua kubu pendukungnya. Pelan tapi pasti, hubungan Mishil dan Bidam semakin dekat, dan tanpa disadari Mishil terus mempengaruhi pria itu dengan pola-pola pemikirannya. Sadar kalau Bidam telah jatuh cinta pada Putri Deokman, Mishil cuma tesenyum ketika pria yang sebenarnya adalah putranya tersebut menyebut bakal membantu sang putri untuk memenuhi impian para pendahulu Shilla yaitu menyatukan tiga kerajaan. Sebuah ucapan Bidam membuat Mishil seolah terbangun dari tidur, dengan senyum khasnya ia memberi isyarat bakal memulai awal baru. Belum lama pembicaraan selesai, Mishil diberitahu kalau dirinya mendapat kunjungan dari Putri Deokman. Pembicaraan serius antara kedua wanita paling berkuasa di Shilla itu dimulai. Dengan wajah serius, Putri Deokman menyebut heran akan sikap Mishil, musuh sekaligus orang yang paling dipercayainya, yang tidak mengambil tindakan apa-apa atas tindakan Chunchu atau perpecahan yang terjadi antara Sejong dan Seolwon. Wajah Mishil langsung berubah menyeramkan begitu mengatakan bahwa meski Putri Deokman tengah berada di jalur kemenangan, ia tidak akan menyerah begitu saja atau mengaku kalah. Tidak cuma itu, Mishil mengaku siap kembali berkompetisi dengan Putri Deokman sambil mempertaruhkan segala yang dimiliki. Setelah berbicara dengan Putri Deokman, Mishil membulatkan tekad untuk kembali ke Seorabol. Sadar kalau keadaan semakin genting, Putri Deokman mendatangi Chunchu yang tengah berada di kediaman Yeomjong. Kepada Yushin dan Bidam, Putri Deokman memberi isyarat supaya dirinya ditinggal berdua dengan Chunchu. Begitu mendengar penjelasan Putri Deokman, Chunchu terperangah, ia sama sekali tidak menyangka kalau tindakannya malah membangunkan naga tidur dalam diri Mishil. Dugaan sang putri tidak salah, kemunculan Mishil mampu meredam konflik kubu Sejong dan Seolwon, dan pertempuran bakal memasuki babak baru.

Sambil terperangah, Chunchu berusaha membantah penuturan Putri Deokman bahwa apa yang dilakukannya malah membangunkan naga tidur dalam diri Mishil. Dugaan Putri Deokman tidak salah. Di saat yang sama, Mishil muncul untuk melerai Sejong dan Seolwon bahwa dirinya tidak akan lagi menggunakan orang lain untuk memuluskan langkahnya menuju tahta kerajaan Shilla. Dengan wajah yakin, Mishil menyebut dirinya siap menjadi penguasa Shilla yang baru. Setelah mengatakan hal yang mengejutkan tersebut, Mishil berlutut sambil memohon supaya Sejong dan Seolwon mau membantunya. Rasa kaget juga dirasakan Misaeng yang notabene adalah adik Mishil sendiri, ia sama sekali tidak menyangka sang kakak berani mengambil langkah berani. Di kediamannya, Putri Deokman mulai menyusun strategi bersama Yushin dan Bidam. Sang putri sadar bahwa lawan mereka kali ini bukan orang sembarangan, meskipun ada kemungkinan bahwa niat Mishil tersebut bakal membuat kaum bangsawan yang semula mendukung sang pemegang segel kerajaan bakal terpecah. Untungnya, Putri Deokman sudah mempersiapkan strategi khusus. Kepada Raja Jinpyeong (Jo Min-ki), sang putri mengusulkan supaya diadakan pengubahan aturan pajak yang baru. Begitu dijelaskan apa yang menjadi alasan, Raja Jinpyeong yang ditemani oleh Kim Yongchun dan Kim Seohyeon tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Begitu mendapat persetujuan, Putri Deokman langsung bergerak cepat. Dengan bantuan Bidam dan Yeomjong, ia mampu mengumpulkan data para bangsawan secara lengkap mulai dari luas tanah yang dimiliki, kepada siapa mereka memihak, hingga hubungan kekerabatan. Hal yang sama juga tengah dilakukan oleh kubu Mishil, mereka berusaha memastikan bahwa bangsawan yang mempunyai pengaruh besar masih tetap setia. Saat ditanya tentang Chunchu, Mishil hanya tersenyum. Pembalasan yang dilakukan Mishil terhadap sang pangeran ternyata sangat telak, dengan enteng wanita itu mengaku bahwa dirinyalah yang membuat Chunchu kehilangan kakek (Raja Jinji), ayah (Kim Yongsu), dan ibu (Putri Cheonmyeong). Ucapan tersebut mampu membuat tubuh Chunchu bergetar, dan sadar kalau ia tidak mampu menghadapi Mishil sendirian. Ketika secara tidak sengaja bertemu Putri Deokman, Chunchu masih menunjukkan kesombongan seolah dirinya tidak butuh bantuan sang bibi. Namun, penuturan Putri Deokman yang sekaligus mengajaknya untuk bekerja sama membuat Chunchu tidak bisa berkelit lagi. Chunchu membuktikan ke arah mana dirinya berpihak ketika muncul di tengah rapat Putri Deokman dan para bawahannya sambil menyampaikan analisis mendalam yang membuat kagum semua yang hadir. Saat bicara berdua, Chunchu tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihan yang dirasakannya setelah tahu kalau keluarganya dibunuh oleh Mishil. Sadar betapa perihnya hati sang keponakan, Putri Deokman langsung memeluk Chunchu. Kehadiran Chunchu benar-benar membuat kubu Putri Deokman semakin kuat, mereka telah berhasil menyusun peraturan pajak yang baru dan berniat untuk menyampaikannya di rapat kabinet. Kali ini, yang diajukan adalah penyesuaian dimana besarnya pajak yang harus dibayar adalah berdasarkan luas tanah yang dimiliki. Seperti yang bisa ditebak, usulan tersebut sukses membuat bangsawan yang memiliki luas tanah terbatas mulai goyah. Dukungan juga didapat dari rakyat, yang berkat provokasi Jukbang langsung menyuarakan dukungan terhadap Putri Deokman. Hal sebaliknya dirasakan oleh para bangsawan kaya-raya, reaksi paling keras dilontarkan oleh Hajong. Namun kubu Mishil tidak bodoh, mereka sadar bahwa usulan pajak yang baru diciptakan Putri Deokman untuk memecah-belah dukungan terhadap kubu mereka. Yang paling terasa adalah para pentolan kelompok hwarang, dimana salah seorang diantaranya Wangyun mulai beralih ke kubu Putri Deokman sementara yang lainnya mendatangi Sejong untuk meminta pria itu mempertimbangkan usulan pajak yang baru. Angin segar mulai dirasakan kubu Deokman ketika salah seorang jendral berpengaruh Jujin meminta waktu untuk bertemu. Siapa sangka, Mishil tidak kalah cerdik. Ia meminta Sejong dan para anggota dewan kabinet yang mendukung dirinya untuk menyetujui usulan pajak yang baru. Selain itu, ia juga menyuruh para bawahannya untuk melakukan pendekatan langsung pada para bangsawan yang memiliki pengaruh besar. Rapat dewan akhirnya digelar dengan disaksikan oleh penduduk Shilla, dan kubu Mishil bergerak cepat. Karena keputusan rapat baru bisa dilaksanakan bila semua anggota dewan setuju, dengan sengaja para anggota yang mendukung Mishil menyisakan satu suara tidak setuju sehingga mereka mampu lolos dari strategi Putri Deokman yang hendak membuka keborokan para anggota. Sadar kalau strateginya dimentahkan, Putri Deokman berdiri dan mengajukan usul baru : penentuan keputusan tidak lagi berdasarkan suara bulat melainkan atas dasar mayoritas. Bisa dibayangkan, reaksi beragam langsung muncul terhadap permintaan tersebut. Pasalnya, suara bulat di rapat dewan adalah salah satu tradisi Shilla yang paling tua.

Setelah mengajukan usul soal pengubahan tata cara pengambilan suara di rapat kabinet, Putri Deokman duduk sambil melempar senyum ke arah Mishil. Usulan Putri Deokman dengan cepat terdengar hingga ke telinga Chunchu, yang menganggap bahwa meski terlihat simpel, aksi sang putri bisa membuka celah untuk menyebar ketidakpuasan diantara kalangan bangsawan pendukung Mishil. Bisa ditebak, usulan Putri Deokman kembali mandek di rapat kabinet (hwabaek). Saat bertemu muka, Mishil tersenyum sambil menyebut bahwa Putri Deokman tidak sadar bahwa seandainya disetujui, usul suara mayoritas bisa balik merugikan sang putri. Setelah itu, Mishil tertawa terbahak-bahak dan mengatakan bahwa kepolosan sang putri nyaris saja membuatnya kembali bicara banyak soal strategi yang seharusnya disimpan rapat. Dari sekian banyak hwarang, hanya Seokpum yang benar-benar setia dan terus menurut pada Mishil. Di kediamannya, Mishil mengaku sadar kalau apa yang dikatakan Putri Deokman benar, dan yang bakal dilakukannya pertama kali setelah merebut kekuasaan adalah menghapus rapat kabinet dengan sistem yang ada karena dianggap sudah tidak berguna lagi. Pemikiran yang sama ternyata juga dirasakan oleh Putri Deokman, yang setuju dengan usulan Chunchu bahwa pengambilan keputusan lewat rapat kabinet hanya akan memperlambat kemajuan kerajaan Shilla. Mereka tidak sadar bahwa saat tengah mempersiapkan strategi balasan, Mishil telah menyiapkan sebuah rencana yang sama sekali tidak disangka-sangka. Dari sekian banyak pendukung, hanya Misaeng yang menyatakan keheranannya akan pilihan yang bakal diambil Mishil. Dengan raut wajah kuatir, Misaeng menyebut bahwa tindakan tersebut bakal membuat reputasi Mishil, yang selama ini tidak pernah melawan prinsip yang dipegang, bakal tercemar. Namun, Mishil menyebut bahwa meski bakal gagal, ia bertekad untuk menyelesaikan semuanya hingga tuntas. Sementara itu, dukungan pada kubu Putri Deokman terus bertambah tanpa sadar bahwa ada mata-mata : Jujin, jendral yang membawahi lima ribu pasukan dan ternyata masih setia pada Sejong. Malamnya, giliran Yeomjong yang diberi kejutan oleh kemunculan mendadak Mishil. Rupanya, Yeomjong diperintahkan untuk menahan Bidam saat Mishil mulai menggelar rencananya. Kubu Mishil terus bergerak, Seolwon mendatangi Yongchun sementara Hajong mengunjungi Kim Seohyeon. Rupanya kedatangan dua orang dari kubu Mishil tersebut punya maksud buruk, mereka memasukkan beberapa butir obat-obatan ke minuman tuan rumah. Setelah misinya sukses, Seolwon langsung melapor ke Mishil. Setelah itu, Mishil meminta Seolwon memberikan bungkusan berisi surat misterius yang pernah dititipkannya. Penuturan Mishil bahwa surat tersebut telah disiapkan untuk Bidam membuat Seolwon langsung terdiam, jendral itu sadar kalau sang pemegang segel kerajaan sadar akan besarnya resiko kegagalan rencana yang bakal dijalankan. Begitu pagi tiba, dua orang prajurit utusan Sejong mengirimkan surat undangan rapat kabinet (hwabaek) yang digelar mendadak ke Yongchun dan Seohyeon. Namun karena diberi obat bius, keduanya terlambat bangun. Di saat yang sama, Yeomjong sukses menipu dan mengikat Bidam, yang dilakukannya atas perintah Mishil. Berita soal rapat kabinet yang mendadak mengejutkan Putri Deokman, ia tidak sadar bahwa keadaan jauh lebih gawat dari perkiraan semula. Tanpa kehadiran Yongchun dan Seohyeon, otomatis rapat hanya dihadiri oleh orang-orang pendukung Mishil sehingga keputusan dengan suara bulat bisa tercapai. Dengan terburu-buru, Yongchun dan Seohyeon berusaha masuk tempat rapat namun langkah mereka ditahan oleh para prajurit yang telah membuat pagar betis. Begitu mendengar berita tersebut, kubu Putri Deokman pimpinan Alcheon yang kuatir bakal terjadi pengambilan keputusan yang tidak adil mengerahkan para hwarang untuk membuka jalan supaya Yongchun dan Seohyeon. Satu-satunya yang sadar akan strategi Mishil sebenarnya adalah Bidam, namun pria itu diikat dengan kuat oleh Yeomjong. Di saat yang sama, pasukan pimpinan Jujin bergerak ke arah Seorabol. Begitu mendengar kalau Alcheon nekat menerobos masuk balai pertemuan, Putri Deokman sangat terkejut dan langsung bergerak untuk mencegah kemungkinan terburuk. Begitu Yushin dan Alcheon masuk dengan pedang terhunus, mereka langsung ditegur keras oleh Sejong dan Hajong. Tak berapa lama, muncul pasukan pimpinan Seolwon yang langsung berhadapan dengan para hwarang pimpinan Yushin dan Alcheon. Tidak ingin terjadi keributan, Yushin menyebut siap menerima hukuman atas kelancangannya menerobos balai pertemuan. Baru saja keadaan tenang, tiba-tiba seorang prajurit roboh akibat panah. Keruan saja situasi memanas, masing-masing pihak menghunus pedang dan pertempuran dua kubu tidak terelakkan. Dalam keributan tersebut, Sejong luka parah akibat ditusuk Seokpum. Bisa ditebak, semua adalah bagian dari strategi Mishil. Bertepatan dengan kabar terlukanya Sejong, pasukan pimpinan Jujin masuk ke ibukota sementara Mishil dan pasukannya melenggang masuk ke istana. Dari situ Putri Deokman dan Chunchu baru sadar, Mishil ternyata berniat untuk melakukan kudeta.

Terlukanya Sejong dijadikan alasan bagi Mishil untuk mengerahkan pasukan, namun alasan sebenarnya cuma satu : merebut tahta. Ketika Putri Deokman dan Chunchu bergegas menuju balai pertemuan, langkah mereka ditahan oleh Daenambo. Begitu hwarang tersebut mengerahkan para pengawal untuk mengepung, Putri Deokman sadar kalau dirinya dan Chunchu berada dalam bahaya. Dengan percaya diri, Mishil melangkah ke istana Raja Jinpyeong sambil membawa surat titah yang siap distempel. Namun begitu sampai, Raja dan Ratu Maya ternyata sudah mengungsi sambil membawa stempel kerajaan. Meski dengan keadaan sakit, Raja Jinpyeong bisa menebak apa yang terjadi : Mishil telah melakukan kudeta dan berniat melimpahkan semua kesalahan pada Putri Deokman. Tanpa titah resmi raja, keadaan di balai pertemuan semakin genting karena pasukan Yushin dan Alcheon tidak mau meletakkan senjata. Sementara itu, Putri Deokman dan Chunchu juga tengah dikawal ketat oleh Daenambo untuk dibawa ke Mishil. Siapa sangka, keduanya bisa diselamatkan oleh dua orang yang sama sekali tidak disangka-sangka : Jukbang dan Godo. Melewati jalan rahasia istana, Raja Jinpyeong dan Ratu Maya mulai bergerak keluar. Namun langkah itu bisa ditebak Mishil, yang langsung menyambut di pintu keluar. Siapa sangka Raja cukup cerdik, ia sengaja mengumpankan diri untuk ditangkap sementara Sohwa yang ditugaskan untuk menyimpan segel baru keluar belakangan. Apes bagi Sohwa, ia tertangkap basah oleh Chilseok. Berpura-pura lemah, Sohwa akhirnya dibawa ke tempat tersembunyi yang biasa digunakan Mishil. Begitu Chilseok pergi, Sohwa mulai mencari tempat yang aman untuk menyembunyikan segel kerajaan yang rupanya disembunyikan di bagian kakinya. Setelah diringkus, Raja Jinpyeong dan Ratu Maya dibawa ke acara sidang darurat pimpinan Mishil. Dengan tenang, Mishil menyebut bahwa apa yang terjadi dengan Sejong adalah ulah Putri Deokman. Kegeraman Raja Jinpyeong tidak membuat wanita itu gentar, dengan santai ia menyebut siap mengobrak-abrik istana demi menemukan segel kerajaan dan meresmikan surat perintah penangkapan Putri Deokman. Keadaan di balai pertemuan terus memanas, Seolwon sudah siap melepaskan anak panah ke arah Yushin dan Alcheon serta anak buah mereka. Namun berkat Yongchun, mereka bisa bergerak keluar. Di tengah perjalanan, Alcheon mengorbankan diri dengan menahan pasukan supaya Yushin bisa lolos. Suasana tidak kalah genting juga dialami Putri Deokman dan Chunchu, yang meski telah menyamar sebagai prajurit namun ketahuan juga. Di saat genting, Yushin muncul menghadapi para prajurit. Tak berapa lama, muncul bala bantuan yang tidak disangka-sangka : Bidam. Meski tangguh, kubu Putri Deokman kalah jumlah. Sadar kalau keselamatan Putri Deokman dan Chunchu adalah yang utama, Yushin menutup pintu gerbang istana dan menjadi tembok terakhir untuk menahan pasukan.

Meskipun sendirian, Yushin mampu menahan pasukan cukup lama hingga Putri Deokman bisa lolos dari istana. Di saat Yushinakhirnya bisa diringkus setelah dikeroyok para prajurit dan hwarang pimpinan Bojong, Jukbang berhasil menemukan ruang rahasia tempat Sohwa disekap. Di kediaman Mishil,Misaeng sangat terkejut saat tahu kegagalan meringkus Putri Deokman disebabkan oleh kehadiran Bidam. Tidak habis pikir dengan sikap sang kakak yang mendadak melunak, Misaeng hanya bisa mengiyakan saat Mishil memerintahkan supaya rapat dengan para bangsawan digelar secepatnya. Putri Deokman sendiri sadar dengan kegagalan Mishil, waktu berada di pihaknya. Sadar kalau semakin lama dirinya bebas maka semakin besar kemungkinannya untuk bisa menarik dukungan dari para bangsawan lain, ia bertekad untuk menghadapi Mishil hingga akhir. Di tempat lain, Mishil memerintahkan Seolwon untuk menemukan Putri Deokman dengan cara apapun termasuk dengan menyiksa para tawanan yang setia dengan sang putri. Bisa ditebak, Yushin dan Alcheon mendapat siksaan yang paling berat. Namun, keduanya tetap menolak buka mulut. Kubu Putri Deokman tidak tinggal diam, ia memerintahkan supaya strategi untuk menggerakkan para bangsawan yang mendukungnya dimulai. Setelah memasang selebaran di seluruh penjuru kota soal kejadian yang sebenarnya, Putri Deokman mendatangi Jujin, jendral yang memimpin lima ribu pasukan dan merupakan tokoh instrumental dibalik suksesnya kudeta Mishil. Sadar kalau sang jendral mau mendukung karena imbalan, Putri Deokman menyatakan siap memberikan tawaran yang lebih besar lagi. Setelah kembali ke kediamannya, Putri Deokman meminta Bidam untuk menghubungi Wolya dan mulai menyiapkan operasi untuk membebaskan Yushin dari tawanan. Menjelang rapat dengan para bangsawan, Mishil menunjukkan titah raja yang telah distempel pada Raja Jinpyeong. Mendengar Mishil menginginkan tahta, sang raja hanya tertawa sambil menyebut bahwa sang pemegang segel terlambat. Seandainya saja keinginan tersebut muncul lebih awal, maka masing-masing pihak tidak perlu kehilangan orang-orang yang begitu penting dalam hidup mereka. Mishil benar-benar menjalankan rencana yang telah disusunnya. Dengan alasan Putri Deokman telah melakukan usaha pembunuhan terhadap Sejong dan dianggap sebagai pemberontak, maka telah dibentuk komite khusus yang dipimpin oleh Mishil sebagai wakil raja. Begitu ada salah seorang bangsawan yang protes, dengan kejam Mishil menyuruh Bojong untuk menghabisinya didepan yang lain. Sambil memegang titah, Mishil dengan berani duduk di kursi raja. Tidak lagi bisa menahan emosinya, Mishil memarahi semua yang hadir sambil menyebut bahwa setelah melayani tiga generasi raja, maka tidak ada yang lebih pantas tampil sebagai pemimpin selain dirinya. Mishil juga mengeluarkan peraturan baru : tidak boleh ada yang membawa senjata selain prajurit dan larangan akan adanya perkumpulan lebih dari lima orang. Ketika suasana resah tengah meliputi Seorabol, rencana berikutnya yaitu untuk menyelidiki keberadaan Putri Deokman dimulai. Dengan sengaja, seorang tawanan yang masih hidup dilepas sambil dibuntuti. Tidak sadar akan strategi tersebut, Putri Deokman sangat gembira ketika belakangan Jukbang muncul sambil membawa Sohwa. Dengan menyamar sebagai petugas kesehatan, Wolya dan Seolji berhasil menyusup masuk untuk membebaskan Yushin. Strategi tersebut sukses, tidak ada yang sadar kalau semua merupakan bagian dari siasat Chilseok. Begitu Wolya mulai bergerak, Chilseok mengerahkan pasukannya untuk mengepung markas dimana Putri Deokman berada.

Gembira karena Yushin berhasil dibebaskan, Putri Deokman dikejutkan oleh serangan tiba-tiba yang dilakukan pasukan pimpinan Chilseok. Meski unggul posisi, Chilseok tidak berani menyerbu masuk ke pondok dimana Putri Deokman berada. Dalam keadaan terjepit, tiba-tiba Sohwa mengajukan usul yang cukup berbahaya. Putri Deokman terus menolak karena sadar betapa besar resiko yang harus ditanggung, namun ia bergeming ketika Sohwa memanggil namanya secara langsung dan meminta Deokman untuk menurut. Di luar, Chilseok menugaskan sejumlah pasukan terbaiknya untuk mengenakan topeng dengan satu tujuan : membunuh Putri Deokman. Secara mengejutkan, orang-orang kiriman Chilseok tewas dengan mengenaskan dengan cepat. Sadar bahwa di sisi Putri Deokman ada pendekar berilmu tinggi selain Yushin, Chilseok memutuskan untuk memimpin langsung penyerangan ke dalam pondok. Berada di ruang sempit membuat Chilseok terperangkap, di dalam sebuah kamar ia berhadapan dengan Yushin. Meski masih cedera, Yushin mampu menahan Chilseok. Begitu melihat beberapa orang terbujur kaku, Chilseok baru sadar kalau dirinya ditipu. Rupanya, kubu Putri Deokman menggunakan kostum pasukan bertopeng untuk menyelinap keluar. Buru-buru keluar untuk meringkus mereka yang kabur, Chilseok tidak tahu kalau Putri Deokman yang asli masih berada di dalam pondok sementara yang kabur dengan pakaian musuh adalah Wolya dan Sohwa. Dengan kehebatannya, Chilseok mampu mengejar hingga tinggal berhadapan dengan dua orang yang kabur. Teringat akan perintah Mishil, Chilseok langsung menyiapkan pedangnya untuk melakukan serangan terakhir. Dari atas pohon, Chilseok kembali mengingat akan perjuangannya selama ini untuk menghabisi Putri Deokman sebelum kemudian melompat dari atas pohon untuk menebas pedangnya sekuat tenaga. Di tempat lain, Putri Deokman yang tengah berusaha meloloskan diri tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa di bagian dadanya. Begitu membuka topeng orang yang ditebasnya, Chilseok sangat terpukul saat tahu orang itu adalah Sohwa, yang sempat mengucapkan pesan terakhir sebelum meninggal. Dengan gontai, Wolya kembali ke persembunyian PUtri Deokman sambil membawa berita buruk. Bisa dibayangkan, bagaimana terpukulnya sang putri melihat wanita yang sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri terbujur kaku dihadapannya. Tidak cuma Putri Deokman, Chilseok tidak kalah terpukul saat mengetahui kalau dirinya telah membunuh Sohwa dengan tangannya sendiri. Meski begitu, ia tetap menyatakan kesetiaannya pada Mishil meski dalam hati merasa kalau dirinya seharusnya sudah mati sejak lama. Di hadapan semua orang, terutama Jukbang yang terus menangis, Putri Deokman terlihat begitu tegar. Namun saat tinggal sendirian, gadis itu menangis sejadi-jadinya. Adegan itu terlihat oleh Yushin dan Bidam, dan seolah tersadar akan sesuatu, Putri Deokman langsung bangkit dari kesedihannya. Sama seperti sebelumnya, kematian orang terdekat membuat semangat Putri Deokman semakin berkobar. Tidak ingin lagi ada yang mati demi dirinya, Putri Deokman mengabaikan saran Chunchu dan memutuskan untuk keluar dari persembunyian sehingga semua orang tahu kalau dirinya masih hidup. Kesempatan tersebut datang ketika muncul kabar bahwa utusan dari kerajaan Tang bakal datang ke Seorabol. Saat iring-iringan masuk ibukota, tiba-tiba dari atas muncul selebaran yang berisi ajakan kepada rakyat untuk membebaskan Raja Jinpyeong yang tengah ditawan oleh Mishil. Dalam waktu singkat, isi selebaran tersebut menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan rakyat dan hwarang. Kecurigaan terhadap Mishil langsung merebak, satu-satunya pentolan hwarang yang membela adalah Seokpum. Dengan posisi yang makin terdesak, Mishil harus berhadapan dengan utusan kerajaan Tang yang mengajukan permintaan yang tidak masuk akal. Sadar kalau dirinya diremehkan, Mishil meminta waktu untuk bicara empat mata dengan sang utusan. Untuk membuktikan kalau dirinya tidak main-main, Mishil dengan dingin menyebut siap melakukan apapun untuk memastikan Shilla tidak dianggap remeh termasuk dengan memenggal kepala utusan dari kerajaan Tang. Tekanan tersebut sukses membuat sang utusan gentar, sambil minta maaf ia menyebut siap memulai hubungan baik dengan pimpinan Shilla yang baru. Ketika berjalan keluar, Mishil terus dipuji oleh Misaeng karena kehebatan diplomasinya. Ia tidak mendengar sebuah suara yang terus memanggilnya, dan baru sadar saat terdengar vas pecah. Begitu melihat siapa yang muncul dengan pakaian prajurit istana, Mishil dan rombongannya sangat kaget.

Mishil dan Misaeng betul-betul kaget, mereka tidak menyangka sama sekali kalau Putri Deokman bakal nekat muncul di istana. Sambil tersenyum mengejek, Putri Deokman menyatakan dirinya siap ditangkap sesuai titah Raja Jinpyeong. Bahkan, sang putri menantang dengan menyebut tidak takut disidangkan dan dihadapkan dengan para saksi seputar percobaan pembunuhan terhadap Sejong. Meski tergolong nekat, langkah Putri Deokman bukannya tanpa perhitungan. Ketika para bawahan meminta supaya sang putri dibunuh, Mishil menolak karena sadar bahwa dengan demikian, maka kekuasaan otomatis bakal berpindah ke Chunchu. Hal itu juga yang berusaha dijelaskan Yushin namun Bidam malah naik pitam dan memukulnya. Yushin hanya bisa terdiam, ia mengingat percakapan di malam sebelum Putri Deokman nekat mendatangi istana. Dengan wajah serius, Yushin mengatakan bahwa saat ini mereka hanyalah pion dalam permainan catur yang bakal dicatat dalam sejarah. Di tengah perdebatan antara Yushin dan Bidam, Chunchu hanya bisa terdiam dan sadar bahwa yang terbaik adalah mengikuti strategi Putri Deokman. Diam-diam, kemunculan kembali Putri Deokman menjadi bahan pergunjingan para bangsawan yang mulai menaruh simpati padanya. Keinginan untuk melakukan sidang terbuka mulai merebak, yang semakin menguat setelah para pentolan hwarang menyuarakannya di depan istana. Posisi kubu Mishil makin terpojok ketika Raja Jinpyeong muncul untuk menyambut gagasan tersebut, untungnya Seolwon bisa bertindak cepat. Tidak bisa menghindar lagi, Mishil akhirnya setuju dengan gagasan sidang terbuka. Untuk memastikan keadaan tetap terkendali, ia memerintahkan supaya para bangsawan hadir sementara semua pasukan berada di bawah kendali Seolwon dan Sejong. Satu-satunya yang dicemaskan Mishil adalah Jujin, jendral yang membawahi ribuan pasukan. Pada saat yang sama, Jujin tengah dibujuk oleh Chunchu untuk mau berpihak ke kubu Putri Deokman. Jujin sempat bingung ketika dirinya mendapat tawaran posisi perdana menteri dengan imbalan menyerahkan seluruh pasukan yang dibawahinya pada Mishil, namun tiba-tiba datang panggilan bagi putranya Piltan untuk menemui para pentolan hwarang lain. Rupanya, mereka berkumpul untuk menunggu kehadiran seseorang : Yushin. Masih bimbangnya para pentolan hwarang dan ayah mereka yang kebanyakan bangsawan berpengaruh memusingkan Yushin, satu-satunya cara untuk menyatukan dukungan adalah lewat Munno. Keruan saja Bidam langsung terdiam, karena hanya dirinya satu-satunya orang yang tahu kalau sang guru telah meninggal dunia. Menjelang sidang terbuka, masing-masing kubu mulai menyiapkan strategi. Mishil yang siap melakukan apa saja terhadap para bangsawan yang berani menentangnya terus berkonsolidasi. Sadar kalau wanita itu sangat kuatir, Seolwon berusaha menghibur dengan mengatakan bahwa setelah sidang, maka akan tercipta sejarah baru bagi Shilla dimana Mishil tampil sebagai ratu. Begitu hari sidang terbuka tiba, kubu Mishil benar-benar bergerak cepat. Mereka memaksa para bangsawan untuk menyerahkan komando pasukan yang dibawahi, yang menentang langsung dibunuh. Untuk memastikan legitimasi sidang, Mishil tidak cuma menampilkan para tawanan melainkan juga Raja Jinpyeong yang masih sakit yang diwakili oleh Ratu Maya. Sayang meski sudah menebar ancaman, ternyata masih banyak kaum bangsawan yang absen. Rupanya, mereka yang tidak hadir sudah mengalihkan dukungan pada kubu Putri Deokman. Di luar ibukota, para bangsawan dan ribuan pasukan menyatakan sumpah setia mereka pada Chunchu, yang langsung memerintahkan pasukan untuk masuk ke Seorabol dan menyelamatkan Shilla yang diambang kehancuran. Di atas podium, wajah Mishil langsung berubah begitu mendengar telah terjadi pembelotan besar-besaran. Bahkan, para hwarang yang telah berkumpul di gerbang ikut beralih setelah melihat Munno (yang sebenarnya adalah Bidam yang menyamar) mendukung perjuangan Yushin. Meski posisinya semakin tidak menguntungkan, Mishil masih bergeming. Semua berubah ketika sebuah layangan menebarkan kertas yang menyebut bahwa Raja Jinpyeong telah diselamatkan. Dengan geram, Mishil mengambil busur dan anak panah serta mengarahkannya ke arah Putri Deokman. Bukannya takut, sang putri malah berdiri sambil merentangkan kedua tangannya.

Mishil yang sudah tidak bisa lagi menahan kegeraman langsung melepas anak panah…yang tepat mengenai Putri Deokman. Nasib rupanya belum menghendaki Putri Deokman mati. Meski sempat ambruk, gadis itu bangkit lagi karena anak panah yang dilepas Mishil ternyata mengenai belati peninggalan Raja Jinheung yang selalu disimpan di saku baju sang putri. Sadar kalau dirinya sudah kalah, Mishil langsung mengikuti permintaan Seolwon untuk kabur sambil memerintahkan para prajurit untuk membunuh semua tawanan. Untungnya sebelum terjadi pembantaian, Bidam (Kim Nam-gil) dan pasukannya muncul sebagai penyelamat. Saat masuk ke tempat persembunyiannya, Mishil terkejut saat tahu surat rahasia yang disimpanya selama ini sudah tidak ada di tempat. Dalam keadaan terjebak, Mishil memerintahkan untuk menembus gerbang utama dengan seluruh kekuatan. Seolwon langsung mengangguk, dan pidatonya mampu membakar seluruh prajurit yang semuanya masih setia pada Mishil. Strategi tersebut mengejutkan Putri Deokman, yang sama sekali tidak menyangka Mishil bakal berbuat senekat itu. Begitu lolos, Mishil sadar bahwa keuntungan ada dipihaknya, ia memutuskan untuk mengungsi ke benteng Daeya yang terkenal memiliki pertahanan kokoh dan sulit ditembus. Hal serupa juga disadari Putri Deokman, yang sadar bahwa bila perseteruannya dengan Mishil semakin berlarut-larut, maka perang saudara tidak bisa dihindari. Untuk mengembalikan kekuasaan, Putri Deokman mulai menyingkirkan para bangsawan pendukung Mishil yang ada di pos-pos penting. Sementara itu, Yeomjong berusaha mengingatkan Bidam kalau dirinya bakal tersingkir dari percaturan politik bila tidak berbuat apa-apa. Pasalnya, pria itu tidak memiliki latar belakang yang jelas. Membersihkan kabinet, khususnya di bagian militer, ternyata tidak semudah yang dikira. Karena begitu lamanya kubu Mishil berkuasa, Putri Deokman mendapati bahwa banyak hal yang tidak dilaporkan dalam pembukuan. Yang lebih mengejutkan, Mishil, yang berada di tempat yang jauh, mampu menggunakan pengaruhnya untuk membelokkan kiriman busur panah dari Jepang sehingga masuk ke kantong kubunya. Masalah tak berhenti muncul, seorang utusan tertangkap tengah melapor ke Mishil mengenai kebakaran besar yang terjadi di propinsi Gwangmun yang semakin menegaskan kuatnya pengaruh sang pemegang segel kerajaan di Shilla. Untuk mengatasinya, Putri Deokman mengambil langkah tegas : siapapun yang tidak melaporkan perkembangan daerah kekuasaan Shilla padanya bakal dieksekusi. Untuk semakin mengisolasi pengaruh Mishil, Putri Deokman tiba-tiba teringat dengan surat rahasia tentang Mishil yang pernah diberikan mendiang Sohwa. Meminta Bidam untuk mengambil sendiri surat yang disembunyikan itu, Putri Deokman menyebut bakal mempercayakan posisi penting pada murid Munno itu. Mendapat kepercayaan, wajah Bidam langsung berseri-seri. Di saat Putri Deokman berdebar-debar menanti datangnya surat rahasia, Bidam yang telah sampai di lokasi sangat terkejut saat tahu isi surat yang selama ini disimpan Mishil. Dalam keadaan terpukul, Bidam mengambil keputusan nekat : mendatangi benteng dimana Mishil berada untuk menanyakan kebenaran. Kehadiran Bidam, yang menghunus pedangnya, ternyata hanya disambut dengan senyum oleh Mishil. Berniat untuk menunjukkan surat yang dipegangnya, Bidam berubah pikiran dan malah bertanya kenapa Mishil tidak membunuhnya saat hendak merencanakan kudeta. Sayang, jawaban Mishil yang mengaku telah melakukan kesalahan malah membuat hati Bidam semakin sakit. Mishil kembali mengambil keputusan mengejutkan ketika meminta anak buahnya membiarkan Bidam, yang sudah terkepung, pergi. Di istana, Putri Deokman dikagetkan oleh cerita Jukbang, yang mengaku pernah diberitahu Sohwa untuk tidak pernah mempercayakan surat rahasia yang direbutnya dari markas Mishil kepada Bidam. Mulai mengira-ngira apa yang terjadi sebenarnya, Putri Deokman menanti kepulangan Bidam dengan kuatir. Apa yang ditakutkan sang putri terjadi, Bidam mengaku kalau surat rahasia telah hilang. Berusaha menyingkirkan kecurigaannya, Putri Deokman berusaha untuk memastikan kalau Bidam tidak berbohong. Ketika ditanya soal hubungannya dengan Mishil, Bidam sempat terlihat ragu-ragu. Sementara itu di saat yang sama, Mishil dengan tenang menjawab pertanyaan Sejong dan Misaeng soal siapa Bidam sebenarnya.

Di depan Sejong dan yang lain, Mishil mengakui kalau Bidam adalah putra hasil hubungannya dengan mendiang Raja Jinji. Di saat yang sama, Bidam di hadapan Putri Deokman menyebut bahwa dirinya dan Mishil tidak punya hubungan apa-apa. Posisi Mishil dan Putri Deokman mulai berimbang, satu-satunya yang bisa membedakan keadaan adalah apabila kubu Mishil menarik pasukan dari benteng Seokham untuk ikut membantu. Namun, dengan tegas Mishil melarang anak buahnya untuk melibatkan benteng Seokham dalam perseteruannya dengan Putri Deokman. Saat tengah berdiskusi dengan Putri Deokman, Bidam secara tidak sengaja mendengar saran Jukbang. Di rapat, Bidam mengusulkan satu cara cepat untuk menaklukkan benteng Daeya : menggunakan racun di saluran air yang menuju tempat itu. Meski brilian, usul tersebut ditentang Yushin karena itu berarti daerah sekitar Daeya tidak akan bisa ditempati selama beberapa tahun kedepan.Sambil tersenyum, Putri Deokman menyebut bahwa strategi tersebut bakal digunakan untuk memancing kepanikan di benteng Daeya. Ketika dikonfrontir Bidam, Putri Deokman menyebut bahwa itulah cara paling tepat untuk memaksa Mishil menyerah. Setelah itu, Bidam ditugaskan untuk menyerahkan selembar surat pada sang musuh. Mishil bukan orang bodoh. Bersama Seolwon, ia mampu menebak bahwa desas-desus bakal diracunnya sumber air adalah strategi Putri Deokman untuk memaksanya menyerah. Rupanya Putri Doekman punya rencana sendiri : demi membangun Shilla sekaligus menuntaskan impian menyatukan Tiga Kerajaan, ia hendak mengajak Mishil untuk kembali bergabung. Di sebuah tempat yang telah disepakati, Putri Deokman dan Mishil melakukan pertemuan. Bisa dibayangkan, bagaimana kagetnya Mishil saat Putri Deokman menyebut berniat merekrutnya kembali untuk membangun Shilla. Dengan tegas, sang putri menyebut Mishil tidak akan punya kesempatan untuk menguasai kerajaan kecuali bila dirinya membangun dinasti dan wilayah sendiri. Setelah itu, giliran Putri Deokman yang terkejut ketika Mishil menyebut satu-persatu daerah yang pernah ditaklukkannya di masa Raja Jinheung dan telah dianggapnya sebagai bagian dari dirinya. Dari situ, Putri Deokman sadar kalau negosiasi tidak akan berjalan mulus. Mendengar semua itu, Bidam memutuskan untuk menyusul Mishil dan membujuknya

Begitu Bidam menunjukkan surat yang selama ini disimpannya, Mishil tersenyum. Ucapan Bidam benar-benar membuat Mishil tersentuh, ia memegang bahu pemuda itu sambil menahan air mata sebelum kemudian melangkah pergi. Begitu sampai di benteng Daeya, Mishil langsung mengurung diri di kamar sambil memikirkan langkah apa yang harus diambil berikutnya. Meski sebagian pasukannya kabur akibat gosip soal sumber air yang diracun, Mishil mendapat angin ketika pimpinan dari benteng Seokham yang bersimpati padanya datang dengan puluhan ribu pasukan. Masalahnya, benteng Seokham berbatasan dengan kerajaan Baekje. Dengan suara rendah, Mishil memerintahkan Seolwon untuk menyuruh pasukan Seokham kembali ke benteng. Sambil menyebut bahwa semuanya sudah berakhir, Mishil berjalan keluar ruangan dengan gontai. Duduk di kursi kebesarannya, Mishil menjelaskan kepada Seolwon bahwa ia tidak ingin Shilla yang begitu dicintainya hancur. Pada Seolwon, Mishil menyampaikan perintah sekaligus permintaan terakhirnya : menyelamatkan sebanyak mungkin bawahannya. Setelah itu, ia meminta Seolwon menyerahkan surat pada Putri Deokman. Atas perintah Mishil, benteng Daeya dibuka dan Seolwon dengan pakaian serba putih menyatakan menyerah tanpa syarat. Bidam yang berhasil masuk lebih dulu menemukan Mishil yang telah meminum terduduk di kursinya. Mengaku hanya punya waktu 15 menit, Mishil memberikan wejangan yang benar-benar mempengaruhi Bidam. Mendengar kalau Mishil ada di ruangannya, Putri Deokman langsung menyusul ke dalam. Begitu sampai, ia melihat Mishil duduk dengan anggunnya sambil memejamkan mata. Tidak menyahut saat dipanggil, Putri Deokman tanpa sadar meneteskan air mata karena sadar kalau Mishil, tokoh yang begitu penting bagi Shilla, sudah tiada.

Setelah Mishil meninggal, tanpa banyak bicara Bidam langsung keluar ruangan dan memacu kudanya. Dibelakangnya, Putri Deokman yang matanya masih sembab muncul dan meminta Yushin untuk melakukan pengejaran. Begitu dicegat, Bidam yang marah langsung menyerang Yushin, keduanya sempat terlibat perkelahian. Begitu Putri Deokman muncul, Bidam langsung terdiam. Memutuskan bicara empat mata, sang putri meminta Bidam untuk bicara jujur kalau tidak ingin hubungan mereka berakhir. Dengan suara pelan, pria itu akhirnya mengaku kalau Mishil adalah ibu kandungnya. Mata Putri Deokman langsung terbelalak, ia akhirnya mengerti kenapa Bidam belakangan kerap terlihat bersama Mishil terutama saat sang pemegang segel kerajaan nekat memutuskan untuk merebut tahta. Sadar betapa perihnya hati Bidam atas semua yang terjadi, Putri Deokman dengan lembut memeluk pria itu sambil mencucurkan air mata. Kabar meninggalnya Mishil benar-benar memukul kubu lawan khususnya Chilseok dan Seokpum, keduanya nekat melawan perintah dan tidak mau menyerah. Bujukan Alcheon tidak mampu mempengaruhi Seokpum, yang lebih memilih bunuh diri. Rupanya, pentolan hwarang kepercayaan Mishil itu hanyalah pengalih perhatian. Ketika Putri Deokman tengah berjalan pulang bersama Bidam, tiba-tiba Chilseok muncul dengan satu tujuan : membunuh sang putri. Bidam tidak berdaya, namun dari belakang mendadak muncul Yushin sehingga pertempuran tidak bisa dielakkan. Melawan dua pejuang terbaik Putri Deokman, Chilseok tidak bisa berbuat banyak. Rupanya, ia lebih memilih mati di ujung pedang bersama Mishil junjungannya dibanding menyerah. Sebelum menghembuskan napas terakhir, Chilseok bergumam bahwa pada akhirnya takdir yang terus mempertemukannya dengan Putri Deokman bisa diselesaikan. Begitu kembali ke markas, Putri Deokman langsung melakukan konsolidasi dengan anak buahnya untuk menangani anak buah Mishil yang masih tersisa. Mendadak muncul kabar buruk dari ibukota : kondisi Raja Jinpyeong semakin memburuk. Sang putri langsung memacu kudanya, dan langsung meraih tangan ayahnya yang tengah sekarat. Dengan terengah-engah, Raja Jinpyeong menyebut dirinya bakal kembali beradu siasat dengan Mishil di kehidupan berikutnya dan berharap bisa bertemu Putri Cheonmyeong. Setelah meninggalkan pesan supaya Putri Deokman memenuhi cita-cita untuk mempersatukan tiga kerajaan, Raja Jinpyeong akhirnya wafat. Dua suasana duka yang terjadi di Seorabol terjadi dalam suasana kontras : meninggalnya Raja Jinpyeong dijadikan bencana nasional sementara kematian Mishil digelar di tempat tertutup dan dalam suasana sederhana. Satu-satunya wakil dari kubu Putri Deokman yang muncul adalah Bidam, yang langsung dibujuk Seolwon untuk meneruskan perjuangan ibunya. Mulai menjalankan pemerintahan secara normal, Putri Deokman mengambil keputusan mengejutkan : menolak hukuman mati dan membiarkan anak buah Mishil yang tersisa hidup. Rupanya, Putri Deokman menganggap bahwa penumpasan orang-orang musuh bebuyutannya hanya akan membuka luka baru. Orang pertama yang langsung berlutut untuk menyatakan kesetiaannya adalah Seolwon, yang kemudian disusul oleh Misaeng (Jung Woong-in) dan yang lain. Satu-satunya yang memutuskan untuk berhenti adalah Sejong (Dok Go-young) yang berniat pensiun dan kembali ke kampung halamannya. Sebelum berpisah, Sejong berpesan pada Seolwon untuk meneruskan perjuangan Mishil. Setelah bicara empat mata dengan Bidam, sekaligus meyakinkan dirinya kalau pria itu bisa dipercaya, Putri Deokman menciptakan departemen baru yang bertugas untuk menginspeksi tugas dari bagian-bagian lain dan langsung berada dibawah komandonya. Orang-orang yang berada di departemen tersebut ternyata adalah para mantan anak buah Mishil. Sambil tersenyum, Putri Deokman menyebut telah mempunyai calon yang paling tepat untuk mengisi jabatan pimpinan bagian baru tersebut. Tidak salah, komisaris yang terpilih adalah Bidam. Alasan yang dikemukakan Putri Deokman cukup masuk akal, bersatunya para anak buah Mishil di satu bagian akan memudahkan dirinya untuk mengontrol mereka. Selain itu, kehadiran Bidam yang adalah anak Mishil bakal membuat orang-orang departemen tersebut tidak punya pilihan lain kecuali menurut. Satu-satunya orang yang bisa melihat alasan lain Putri Deokman adalah Chunchu, yang dengan tepat mampu menebak bahwa didirikannya departemen baru adalah bagian dari strategi Putri Deokman untuk melapangkan jalannya menuju kekuasaan. Hari yang telah ditunggu-tunggu yaitu pelantikan pemimpin Shilla yang baru akhirnya tiba, yang sekaligus menjadi sejarah baru dimana seorang ratu yang bakal tampil sebagai penguasa. Begitu Ratu Seon Deok mengangkat tangan, semua langsung berlutut dan menyatakan kesetiaan mereka. Namun, perseteruan baru saja dimulai.

Yang pertama dilakukan Ratu Seon Deok adalah mengangkat Kim Yeongchun sebagai perdana menteri sementara bidang militer dipercayakan kepada Kim Seohyeon. Ratu Seon Deok juga memutuskan untuk memperkuat sektor pertanian sebelum memulai perang dengan Goguryeo dan Baekje. Begitu ada kesempatan, Yushin mengingatkan Ratu Seon Deok untuk mau menerima para keturunan Gaya sebagai bagian dari Shilla. Tersenyum sambil mengangguk, sang ratu berjanji bakal melakukan hal yang diminta Yushin. Sayang, mantan pimpinan Bokyahwei Wolya ternyata punya rencana sendiri, ia masih ngotot ingin menjadikan keturunan Gaya sebagai pemimpin Shilla. Di kediamannya, Ratu Seon Deok mengadakan rapat dengan Bidam. Rupanya, pria itu diminta untuk mengepalai Biro Inspektorat yang kelak berfungsi untuk menyidik dan menangkap semua pejabat yang terbukti korupsi atau berkhianat tanpa pandang bulu. Ketika ditanya siapa yang bakal mengawasi kiprahnya, Bidam langsung tersenyum begitu mendengar kalau Ratu Seon Deok sendiri yang ternyata bakal bertanggung jawab atas semuanya. Pamor Ratu Seon Deok semakin menanjak ketika rakyat dari benteng Angang datang sambil membawa hasil pertanian dan mengabarkan keberhasilan mereka menggarap lahan yang semula tandus. Sebagai penghargaan, Ratu Seon Deok menganggap seorang rakyat Angang yang berhasil memberi upeti paling besar sebagai penanggung jawab wilayah dan berjanji bakal menerapkan kebijakan serupa pada daerah lain. Beberapa tahun berlalu, Ratu Seon Deok dan para asistennya tengah menunggu kehadiran kembali Jendral Kim Yushin yang baru saja pulang dari pertempuran melawan Baekje. Siapa sangka, orang pertama yang muncul adalah Chunchu yang kini telah mahir berkuda! Di istana, kiprah Biro Inspektorat benar-benar membuat banyak bangsawan ketar-ketir. Salah satu yang telah ditangkap dan diinterogasi adalah Seolji. Bisa ditebak, semua tidak lepas dari strategi Bidam yang lihai, ia menangkapi satu-persatu orang yang dicurigai terlibat dengan Bokyahwei yang disinyalir bakal bangkit lagi. Mendengar ucapan Yeomjong bahwa rakyat tengah mengelu-elukan Yushin, Bidam langsung geram. Namun, ia mampu menyembunyikan kebencian itu dan menyambut kembalinya Yushin bagai teman lama. Perubahan tidak cuma dialami oleh Bidam dan Yushin melainkan juga mantan anggota klan Kembang Naga, terutama Godo yang kini dikenal sebagai panglima pemberani. Diam-diam, Bidam menemui Ratu Seon Deok dan mengutarakan kecurigaannya kalau Yushin terlibat dengan Bokyahwei. Setelah mendapat ijin dari Ratu Seon Deok, Bidam dan Biro Inspektorat langsung menangkapi satu-persatu keturunan Gaya yang ada di lingkungan istana. Tidak sadar kalau sahabatnya telah berubah drastis, Yushin menemui Bidam untuk menanyakan soal Seolji. Ia tidak sadar bahwa diam-diam Bidam menggunakan pengetahuannya tentang bahasa sandi untuk semakin memojokkan bangsa Gaya dan Bokyahwei. Setelah berkeliling menemui para pejabat dan sahabat, Yushin akhirnya menghadap Ratu Seon Deok. Sempat berbincang-bincang soal para anggota klan Kembang Naga yang kini telah menjelma sebagai pahlawan Shilla, sang ratu berusaha memancing reaksi Bidam dengan menanyakan soal Seolji dan Wolya. Begitu pulang, Yushin baru sadar bahwa Biro Inspektorat telah membuat banyak bangsawan cemas.

Orang terakhir yang diringkus oleh biro pimpinan Bidam adalah Wolya. Keadaan tersebut mendapat perhatian dari Chunchu, yang sadar bahwa saat ini tengah terjadi perebutan pengaruh antara dua kekuatan besar di istana : Yushin dan Bidam. Para pentolan pasukan Yushin langsung mendatangi Biro Inspektorat setelah tahu Wolya ditangkap, nyaris saja terjadi kericuhan kalau saja Yushin tidak muncul menengahi. Saat mencari tahu alasan kenapa Wolya ditahan, Yushin mendapat jawaban yang dingin dari Bidam. Langsung mengkonfrontir Ratu Seon Deok, Yushin sangat terkejut ketika diberitahu kalau Wolya dicurigai sebagai penggerak utama gerakan Bokyahwei yang kembali aktif. Strategi Bidam mendapat pujian dari Seolwon, yang mampu melihat bahwa bangsa Gaya yang sebelumnya menjadi kekuatan Yushin kini berubah menjadi sesuatu yang bisa menjatuhkan sang jendral. Sambil tertawa, Hajong menyebut Bidam sangat mirip dengan seseorang yang begitu dikenal dan dirindukannya. Yushin masih belum menyerah, ia berusaha membujuk Ratu Seon Deok. Saat sang ratu tengah berpikir keras, tiba-tiba Bidam muncul dan menyebut semua bukti-bukti yang memberatkan sudah berhasil dikumpulkan dan kini hanya ada satu langkah yang harus diambil : memeriksa Jendral Yushin sebagai tersangka. Tak lama kemudian, muncul kabar yang membuat Ratu Seon Deok marah besar : Wolya dan Seolji berhasil kabur dari penjara. Dengan suara keras, ia memerintahkan Bidam untukmenginterogasi Yushin secepatnya. Keruan saja, ditahannya Yushin langsung menjadi pembicaraan hangat di kalangan bangsawan, perdebatan soal bersalah-tidaknya sang jendral membuat kontroversi semakin meluas. Sama seperti Bidam, Ratu Seon Deok juga sadar bahwa yang menjadi masalah bukanlah bersalah atau tidaknya Yushin melainkan pengaruh yang dimiliki sang jendral sebagai keturunan bangsa Gaya. Namun analisa Chunchu tidak kalah jitu, ia mengatakan bahwa kejatuhan Yushin akan membuat keseimbangan kekuatan di istana bakal bergeser ke Bidam yang pada akhirnya juga bakal dipengaruhi oleh orang-orang dibelakang putra Mishil tersebut. Chunchu yang semakin bijaksana dan cerdik mengaku tidak tahu keputusan apa yang seharusnya diambil Ratu Seon Deok, namun ia mengajukan saran yang cukup kontroversial dan berlawanan dari kebiasaan umumnya : sang ratu tidak boleh menyisihkan Yushin ataupun para pengikutnya. Di markas rahasia Bokyahwei, Wolya sadar bahwa mata-mata Gaya di lingkungan istana semakin sedikit. Ia hanya tersenyum saat Seolji menyebut bahwa besar kemungkinan Yushin juga sudah ditahan, dan mengatakan bahwa membuat sang jendral keturunan Gaya terpojok adalah bagian dari strateginya. Strategi tersebut terbaca oleh Bidam yang cerdik. Kepada Yeomjong orang kepercayaannya, Bidam menyebut bahwa Wolya dan Seolji sengaja kabur sehingga posisi Yushin semakin sulit dan akhirnya mau tidak mau harus memihak pada bangsa Gaya. Bahkan, dengan tepat ia mampu menebak apa yang dilakukan Bokyahwei selanjutnya : membebaskan Yushin dari penjara. Ratu Seon Deok masih berusaha membujuk Yushin, ia mendatangi sang jendral ke penjara dan menjamin bakal mengerahkan pasukan asalkan Yushin mau membawa pulang kepala Wolya. Dengan wajah serius, Yushin kembali meminta Ratu Seon Deok untuk tidak menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Sikap Yushin yang begitu membela bangsa Gaya membuat Ratu Seon Deok gelisah, dan ia menceritakan semuanya pada Bidam. Menjelang rapat, Seolwon dan Yeomjong sepakat bahwa cara terbaik untuk membereskan Yushin dan gerakan Bokyahwei adalah menumpas semuanya. Bidam ternyata punya rencana lain, dengan sengaja ia mengutus beberapa prajurit, yang sebagian diantaranya adalah mata-mata Bokyahwei, untuk mengawal Yushin. Setelah menghasut para bangsawan, Bidam menghadap Ratu Seon Deok dengan diiringi permintaan agar dewan militer pimpinan Kim Seohyeon diganti.

Bisa dibayangkan, bagaimana marahnya Yushin saat bertemu muka dengan Wolya. Kekuatiran yang disampaikan Wolya masuk akal, Ratu Seon Deok maupun keturunannya belum tentu bakal terus memegang janji untuk bisa menerima keturunan Gaya sebagai bagian dari Shilla. Ketika suasana hatinya tengah gundah, Ratu Seon Deok kembali mendapat tekanan dari Bidam untuk segera menindak Yushin yang dianggap sebagai pemberontak. Sang ratu sadar bahwa dibalik ucapan Bidam tersembunyi niat lain, ia langsung membalikkan perkataan pria itu hingga tidak bisa bicara apa-apa lagi. Tak lama kemudian, giliran anak buah Yushin yang muncul dan meminta supaya Ratu Seon Deok mau mengampuni panglima mereka. Saat keadaan semakin rumit, lagi-lagi Chunchu muncul dengan nasehat briliannya. Kembali mengatakan bahwa menyatakan Yushin sebagai musuh Shilla hanya akan membuat kekuasaan Bidam semakin besar, Chunchu menyebut bahwa keputusan hanya bisa diambil setelah Yushin menentukan langkah yang akan diambilnya : menetap bersama Beokyahwei atau kembali ke Shilla dan menyerah sebagai tawanan. Setelah memantapkan diri, Ratu Seon Deok akhirnya menggelar rapat bersama para bangsawan. Belum sempat memberi keputusan, tiba-tiba Alcheon muncul dan memberitahu bahwa ada sebuah kejadian besar di pintu masuk istana : Yushin telah kembali.

Semua rencana Bidam dan kroni-kroninya untuk menggoyang kabinet buyar ketika Ratu Seon Deok mengumumkan rencana pergeseran sejumlah posisi, sang ratu malah menunjuk Chunchu dan Kim Seohyeon untuk menduduki posisi strategis. Yang menyakitkan, biro pimpinan Bidam kini malah harus melapor ke Kim Yongchun yang berposisi sebagai perdana menteri.

Keruan saja, Bidam yang merasa dibohongi protes dan kembali mempertanyakan keputusan Ratu Seon Deok yang begitu merugikan pihaknya. Meski Bidam mengaku kalau pengabdiannya tulus, namun Ratu Seon Deok juga sadar bahwa pria tersebut berniat menggunakan dirinya untuk meraih kekuasaan. Sempat dipeluk Bidam, dengan suara tegas Ratu Seon Deok mengatakan bahwa selama dirinya berkuasa, maka ia akan menyingkirkan semua kepentingan pribadi.

Ditemani oleh anak buahnya, Yeomjong bertolak ke Usan dengan satu tujuan : menghabisi Yushin. Namun saat sampai ke tempat pengasingan sang jendral, yang ditemuinya hanyalah sebuah gubuk kosong. Rupanya, Ratu Seon Deok menggunakan alasan pengasingan sebagai samaran bagi tugas Yushin yang sebenarnya yaitu menyelidiki kondisi kerajaan Baekje.

Begitu kembali ke Seorabol, Yeomjong langsung melaporkan temuannya pada Bidam. Apes baginya, Bidam langsung bisa mencium kalau pria yang berprofesi sebagai mata-mata itu menyimpan niat buruk. Saat dikonfrontir, Yeomjong sambil tertawa licik mengungkapkan rencananya membunuh Yushin. Pikiran Bidam langsung bergerak cepat, siapa yang menjadi dalang lenyapnya Yushin : Wolya atau…Ratu Seon Deok?

Dengan menyamar sebagai kurir, Yushin yang ditemani oleh Goksaheun dan Imjong berhasil menyusup masuk ke perkemahan Baekje yang dikomandani dua jendral terbaiknya Gyebaek dan Yoonchung. Sikap Yushin yang tidak seperti kurir pada umumnya memancing kecurigaan, namun untungnya sang jendral bisa berulang kali lolos dari jebakan.

Sepandai-pandainya tupai melompat pada akhirnya akan jatuh juga, hal itu dialami Yushin. Karena salah mengambil gulungan kertas, kedoknya terbongkar. Saat posisi genting, tiba-tiba muncul Wolya dan Seolji serta pasukan Bokyahwei sebagai penyelamat sehingga Yushin dan rekan-rekannya bisa lolos.

Bisa dibayangkan, bagaimana kecewanya Wolya dan Seolji saat Yushin yang sudah diselamatkan tetap menolak bergabung. Dengan suara mantap, sang jendral menyebut bahwa sebagai orang Gaya, yang harus dilakukan adalah memastikan bangsanya tidak akan ditindas lagi dan bakal diperlakukan sama dengan rakyat Shilla lain. Dengan suara lemah, Wolya memutuskan untuk mengakhiri pertemanannya dengan Yushin.

Begitu hendak kembali untuk melaporkan temuannya, Yushin dihadang pasukan pimpinan Bojong dan langsung diseret ke hadapan Bidam. Begitu Bojong melaporkan kalau Yushin telah ditangkap dengan tuduhan sebagai mata-mata Baekje, Ratu Seon Deok tidak bisa lagi menahan kemarahannya.

Karena terus didesak oleh para bangsawan, akhirnya Ratu Seon Deok mengaku kalau keberadaan Jendral Kim Yushin di daerah Baekje adalah atas perintahnya. Di markas dewan keamanan, Yushinterus berusaha meyakinkan Bidam kalau pihak Baekje bakal menyerang benteng Daeya dengan menggunakan mata-mata. Namun bukannya langsung bertindak, Bidam malah mengolok-olok Yushin dengan menyebut bahwa yang harus dikuatirkan sang jendral adalah keselamatannya. Kemunculan Yeomjong membuat wajah Bidam berubah, yang kemudian disusul oleh para kroninya yang sangat kaget saat tahu Ratu Seon Deok ternyata memberi perintah rahasia pada Yushin. Namun Bidam masih punya satu kartu as : ia tidak memberitahu sang ratu kalau Yushin kepergok tengah dua pentolan Bokyahwei alias pemberontak Gaya. Setelah mengirim pasukan untuk melindungi benteng Daeya, Ratu Seon Deok dikonfrontir oleh Bidam, yang mempertanyakan keputusan sang junjungan mengirim Yushin yang notabene telah dicap sebagai penjahat. Namun, dengan tangkas Ratu Seon Deok membalikkan pertanyaan dengan balik bertanya mengapa Bidam tidak percaya akan keputusannya yang jauh dari kesan subyektif. Sambil menatap tajam, Bidam menyebut bakal menjelaskan alasannya di kemudian hari. Di kediamannya, para anggota dewan seperti Seolwon, Misaeng, dan Hajong mendesak agar Bidam membeberkan kalau Yushin kedapatan tengah bersama Wolya dan Seolji. Namun dengan tersenyum licik, Bidam membeberkan alasannya sambil mengatakan tengah menunggu saat yang tepat. Di markas para pemberontak Gaya alias Bokyahwei, Wolya terus memikirkan perkataan terakhir Yushin. Muncul untuk melaporkan soal inovasi busur baru yang sukses, Seolji mengingatkan kembali soal bangsa Gaya yang telah ditindas selama puluhan tahun. Setelah mengerahkan pasukan, ternyata tidak ada mata-mata seperti yang diberitahu Yushin di benteng Daeya. Kabar tersebut membuat Ratu Seon Deok terkejut, dan tekanan dari para bangsawan untuk menghukum Yushin semakin kuat. Apalagi di tengah rapat, Bidam muncul sambil membeberkan fakta kalau Yushin sempat bertemu Wolya dan Seolji saat menyusup ke Baekje. Setelah rapat selesai, Ratu Seon Deok langsung membentak Bidam yang terus berkelit saat ditanya soal Yushin. Ia sadar bahwa satu-satunya alasan kenapa Bidam tidak menceritakan pertemuan Yushin dengan Wolya dan Seolji adalah untuk menekan posisi sang jendral pada saat yang tepat. Saat tengah dipusingkan oleh masalah tersebut, tiba-tiba muncul ide brilian dari Chunchu. Bidam kembali mendatangi Ratu Seon Deok sambil mengatakan bahwa bila diperintahkan, ia siap menyelamatkan Yushin. Tapi sang ratu dengan jeli mampu menebak bayaran apa yang harus diberikan : pernikahan. Bidam yang mati kutu langsung terdiam, dan mendatangi sel Yushin. Disana, Bidam yang berusaha memprovokasi Yushin mulai sadar kalau pria itu tidak berbohong demi melihat dedikasi dan tatapannya yang berkobar-kobar. Begitu ada kesempatan, Seolwon menghadap Ratu Seon Deok sambil menasehatinya soal Bidam. Di istana, tekanan untuk menghukum mati Yushin semakin kuat dari para bangsawan. Di sisi lain, para hwarang dan orang-orang yang setia pada Yushin terus memohon pengampunan. Hal ini membuat posisi Ratu Seon Deok serba sulit, apalagi Jukbang yang biasanya jarang berkomentar juga mendukung pengampunan Yushin.

Dibantu oleh Yeomjong, Bidam akhirnya sadar kalau mata-mata yang dimaksud Yushin ternyata benar-benar ada. Setelah mengirim Bojong ke benteng Daeya, Bidam menghadap Ratu Seon Deok. Tidak disangka-sangka, Ratu Seon Deok menanyakan apakah Bidam jatuh cinta pada dirinya. Sempat menunduk, Bidam akhirnya menjawab YA. Pembicaraan keduanya terpotong oleh kedatangan Yeomjong, yang mengabarkan kalau prajurit Baekje telah menyerang benteng Daeya. Perkiraan yang pernah disampaikan Yushin tidak salah, ada pengkhianat di dalam benteng yang membukakan pintu gerbang sehingga prajurit Baekje berhasil masuk tanpa kesulitan berarti. Dengan cepat, Ratu Seon Deok menggelar rapat bersama para bangsawan. Tiba-tiba Bidam muncul, dan mengusulkan supaya pasukan pimpinan Yushin dikerahkan ke medan perang. Sontak terjadi pertentangan, pasalnya Yushin sendiri telah didakwa sebagai kriminal. Bidam ternyata telah menyiapkan strategi yang matang, ia menyodorkan satu nama sebagai pemimpin pasukan yang baru : Seolwon. Dengan gagah, Seolwon masuk ke balairung istana, berlutut di hadapan Ratu Seon Deok, sambil berikrar tidak akan kembali dengan selamat bila gagal menyelamatkan benteng Daeya. Penunjukan tersebut langsung ditentang oleh anak buah Yushin, namun Yushin langsung mengingatkan para bawahannya untuk memberitahu Seolwon agar mewaspadai Baekje yang persenjataan dan strateginya telah berkembang pesat.

Rupanya, Yushin sadar betul bahwa memiliki pengalaman segudang, Seolwon selama beberapa tahun belakangan hampir tidak pernah terjun ke medan perang lagi. Sementara itu di istana, Bidam telah menyusun strategi matang di pos-pos strategis Shilla untuk menangkal serangan Baekje sambil berikrar siap menyelamatkan Ratu Seon Deok, Shilla, dan rakyatnya. Saat bicara dengan Ratu Seon Deok, Seolwon meminta supaya dirinya ditunjuk sebagai pemimpin militer bila misinya menaklukkan Baekje sukses. Mengaku apa yang dilakukannya adalah demi cita-cita menyatukan tiga kerajaan, Seolwon juga meminta supaya Ratu Seon Deok mau menikahi Bidam. Hanya Bojong yang tahu bahwa Seolwon kerap merasakan sakit di bagian dadanya. Dinasehati sang putra untuk tidak terlalu menuruti permintaan terakhir Mishil, Seolwon yang memang prajurit sejati hanya tersenyum sambil mengatakan bahwa dirinya sangat bergairah menghadapi perang melawan Baekje. Percaya bakal memenangkan pertarungan, Seolwon menyebut bahwa meski hebat, Yoongchun jendral Baekje tidak akan mampu menyamai prestasinya di medan perang. Tanpa diketahui siapapun, Seolwon menyempatkan diri berdoa di depan altar Mishil. Seolwon bergumam kalau Bidam sangat mirip dengan sang junjungan yang telah meninggal karena bunuh diri dan dengan mata berkaca-kaca, sang mantan jendral besar bakal memenuhi permintaan terakhir sang penjaga segel agar Bidam bisa berkuasa sambil mengaku kalau dirinya sangat kehilangan sosok Mishil. Keesokan harinya, dengan gagah Seolwon dan pasukannya berangkat ke benteng Daeya. Untuk menjaga kemungkinan terburuk, Ratu Seon Deok memerintahkan Jukbang untuk mengecek ulang laporan yang pernah diberikan Yushin tentang kekuatan kerajaan Baekje. Tidak cuma itu, sang ratu ternyata juga memberi tugas baru pada Jukbang. Dengan bantuan Shantak, Jukbang akhirnya bisa menyusup masuk ke penjara untuk bertemu Changi, mantan anak buah Yushin yang juga keturunan bangsa Gaya. Oleh Changi, Jukbang diajari bahasa sandi yang kerap digunakan bangsa Gaya untuk saling berhubungan. Berbekal pengetahuan tersebut, Jukbang mengirim sandi yang ditujukan pada Bokyahwei alias pemberontak Gaya pimpinan Wolya.

Begitu tahu kalau pihak Shilla hendak melakukan pertemuan, Wolya dibantu Seolji mulai menyisir tempat yang disepakati untuk menjaga-jaga seandainya ada jebakan. Malam harinya, tiga orang muncul dan langsung dikepung oleh para prajurit Bokyahwei alias pemberontak Gaya. Seorang diantaranya, yang ternyata adalah Alcheon langsung menghunus pedang sebelum kemudian salah seorang didekatnya (yang mengenakan cadar) berusaha menenangkan. Ternyata, dua orang tersebut adalah Chunchu dan Ratu Seon Deok sendiri. Negosiasi berlangsung alot, sang ratu meminta Wolya dan Seolji menyerah dan seluruh pasukan dilimpahkan dibawah komando Chunchu dengan imbalan semua dosa Bokyahwei diampuni. Bila menolak, mana Yushin, dan disusul rakyat Gaya, bakal dihukum mati. Langsung diam seribu bahasa, Wolya hanya diberi waktu tiga hari untuk mengambil keputusan. Begitu kembali ke istana, Alcheon langsung menegur Ratu Seon Deok yang dianggap gegabah. Namun sang ratu ternyata punya alasan kuat, ia melakukan semuanya supaya bisa kembali menggandeng Yushin. Sebagai kartu as, Ratu Seon Deok menugaskan Jukbang untuk menyusupkan seseorang ke markas para pemberontak. Berita mengejutkan diperoleh Ratu Seon Deok : prajurit Yushin yang dikenal perkasa pulang dengan membawa kekalahan sementara Seolwon terluka parah. Dengan tersengal-sengal di pembaringannya, Seolwon berpesan pada Bidam untuk mau menuruti keinginan terakhir Mishil yang pernah disampaikan. Setelah itu, sang jendral besar yang telah mengabdi pada empat penguasa Shilla tersebut wafat. Sebelum meninggal, Seolwon sempat menitipkan surat pada Yushin yang berisi tentang kehebatan pasukan Baekje. Meninggalnya Seolwon membuat kubu Bidam berduka, dan siapa sangka orang yang menangis paling kencang justru adalah Hajong. Akibat hasil peperangan yang tidak terduga, permintaan publik dan para bangsawan agar Yushin kembali memimpin pasukannya dalam pertempuran melawan Baekje semakin menguat. Keruan saja Bidam, yang merasa iri, marah, ia menganggap Yushin yang dianggap sebagai pengkhianat tidak pantas untuk memimpin peperangan menyelamatkan Shilla. Datang ke penjara karena Yushin meminta waktu untuk bertemu, Bidam menatap sang jendral dengan sebelah mata. Keruan saja Yushin kesal dan langsung menarik kerah bajunya, ia menyebut siap melepaskan semua yang dimiliki mulai dari kekuatan pasukan hingga jabatan asalkan Bidam lebih dulu mau menyelamatkan Shilla. Berdasarkan masukan dari Yushin, Bidam mengajukan usulan yang hanya diangguki oleh Ratu Seon Deok. Rupanya, sang ratu lebih menanti saat untuk kembali bertemu dengan Wolya. Lama menunggu namun Wolya tidak juga muncul, Ratu Seon Deok nekat mendatangi markas Bokyahwei dengan hanya ditemani Alcheon. Untuk membuktikan ketulusannya, Ratu Seon Deok mengeluarkan buku berisi nama-nama bangsa Gaya dan membakarnya didepan Wolya. Saat Wolya masih ragu-ragu, tiba-tiba pasukan yang dipimpin oleh Chunchu muncul. Dengan suara tegas dan berwibawa, Ratu Seon Deok memerintahkan Chunchu untuk bisa membujuk Wolya dan bila gagal maka dirinya, Wolya, dan bangsa Gaya tidak akan bisa melihat hari esok. Posisi Shilla semakin kritis ketika benteng-benteng strategis mereka tidak mampu menahan serangan Baekje, namun secercah harapan muncul. Bersama pasukannya, Wolya dan Seolji muncul di istana dan berlutut sambil menyatakan sumpah setia pada Ratu Seon Deok dan Chunchu. Kejutan tidak hanya sampai disitu, Ratu Seon Deok menunjuk Yushin untuk memimpin pertempuran melawan Baekje. Keruan saja, keputusan sang ratu membuat Bidam, yang telah menyiapkan strategi, terpukul.

Ratu Seon Deok ternyata punya rencana sendiri, ia memutuskan untuk bertahan dan mengirim Chunchu ke tempat persembunyian. Keputusan itu ditentang oleh Chunchu, namun Ratu Seon Deok langsung menenangkan dengan mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkan Bidam berkuasa. Begitu keputusan tersebut disampaikan ke Bidam, pria itu masih berusaha mengubah pendirian Ratu Seon Deok. Begitu sang ratu menolak, Bidam merasa sakit hati karena tahu dirinya sudah tidak lagi mempercayainya. Setelah Bidam melangkah pergi, Ratu Seon Deok langsung teringat dengan momen-momen yang terjadi antara dirinya dengan Bidam, termasuk ketika sang orang kepercayaan memeluknya erat-erat. Setelah mendapat laporan dari Godo, yang terluka, Yushin langsung mengumpulkan para jendral untuk membahas soal pasukan berkuda Baekje yang kecepatannya di luar perkiraan. Curiga kalau pasukannya telah ditipu, Yushin bersiasat untuk menggiring pasukan Baekje melewati medan berlumpur. Saat tengah digiring untuk menuju tempat yang telah ditentukan, Yushin mendapat laporan kalau pasukan Baekje mendadak mundur. Tak berapa lama, dari arah belakang pasukan yang sama tiba-tiba muncul sehingga membuat tentara Shilla kocar-kacir. Kejadian tersebut membuat mata Yushin terbuka bahwa selama ini pasukan Baekje ternyata bukan hantu seperti yang diduga melainkan karena mereka memiliki dua unit yang berseragam identik. Sambil tersenyum, Yushin langsung memerintahkan Wolya untuk mempersiapkan pasukan demi melakukan strategi balasan. Ratu Seon Deok akhirnya bicara terus-terang kepada Bidam tentang kesepian yang dirasakannya sejak memutuskan untuk kembali ke istana, mulai dari tidak punya nama (gelar Ratu Seon Deok, dan para raja-raja sebelumnya, diberikan setelah yang bersangkutan wafat) hingga tidak bisa bersikap sebagaimana layaknya manusia biasa. Sambil berbicara, Ratu Seon Deok terus meneteskan air mata.Dengan wajah sendu, Ratu Seon Deok meminta Bidam, orang terakhir yang memperlakukan dirinya sebagai wanita normal, untuk selalu berada di sisinya. Begitu dipeluk, kali ini Ratu Seon Deok tidak lagi menahan diri dan langsung membalas pelukan Bidam. Keesokan harinya, keputusan besar diambil Ratu Seon Deok. Di hadapan para pejabat, ia mengumumkan pencopotan jabatan Kim Yongchun dan mengalihkan posisi perdana menteri kepada Bidam. Sudah tentu keputusan tersebut langsung ditentang Chunchu, namun seperti biasa, Ratu Seon Deok ternyata punya rencana sendiri yang sulit ditebak. Posisi prajurit Shilla semakin genting, tentara Baekje pimpinan Gyebaek yang sudah merasa di atas angin langsung memutuskan untuk menghabisi sang musuh dengan menyerang tenda. Gyebaek tidak sadar kalau dirinya sudah masuk ke perangkap Yushin.

Penyergapan yang dilakukan Yushin berlangsung serentak alias ditujukan pada kedua pasukan berkuda Baekje. Bahkan dengan teknologi yang baru, busur panah Shilla mampu menjangkau jarak yang lebih jauh. Di medan pertempuran, duel antara Yushin dan Gyabaek tidak bisa dihindari lagi. Di istana, Bidam gembira setelah diangkat sebagai perdana menteri. Untuk membuktikan pengabdiannya yang ikhlas kepada Ratu Seon Deok, Bidam membuat surat perjanjian yang menyebut bakal meninggalkan Shilla dan menjadi pertapa bila sang ratu lebih dulu mangkat. Sambil tersenyum lebar, Bidam mengaku sangat lega karena sudah tahu apa yang membuat Ratu Seon Deok menjauhinya. Sama-sama kuat, pertarungan antara Yushin dan Gyebaek berlangsung seimbang. Namun pelan-pelan, pasukan Shilla mulai diatas angin sehingga Gyebaek terpaksa memerintahkan anak buahnya untuk mundur. Kabar tersebut terdengar hingga Seorabol, dimana Bidam dengan jitu telah menyiapkan strategi untuk mengakhiri perang antara dua negara. Kemenangan Yushin dan Wolya (Joo Sang-wook) disambut gembira oleh Ratu Seon Deok, yang langsung memerintahkan keduanya untuk mulai mengembangkan senjata. Perang dengan Baekje membuat sang ratu sadar kalau keputusannya untuk memprioritaskan besi sebagai alat pertanian dan bukan senjata adalah kekeliruan besar. Dengan tegas, Ratu Seon Deok memutuskan agar pasukan yang sebelumnya dikomandoi Bidam diserahkan sepenuhnya di bawah kendali dewan pimpinan Yushin. Keputusan tersebut sempat ditentang, namun siapa sangka Bidam sendiri yang justru membela keputusan Ratu Seon Deok. Kejutan masih belum selesai, sang ratu juga menyebut bakal segera menikah.dengan Bidam. Kedua kubu langsung bereaksi keras, Chunchu mulai kuatir dengan strategi sang bibi yang dianggap berpotensi membawa kekacauan. Sementara di tempat lain, kubu Bidam pimpinan Misaeng bersikap hati-hati karena mereka sadar betul hampir semua keputusan Ratu Seon Deok diambil dengan rencana matang. Satu-satunya orang yang memberi selamat dengan tulus adalah Yushin, yang menyebut kehadiran Bidam setidaknya bisa membuat Ratu Seon Deok tidak kesepian lagi. Bahkan saat berpapasan dengan Bidam, yang telah berulang kali berusaha mencelakainya, Yushin mampu mengucapkan kata selamat tanpa maksud buruk sedikitpun. Perubahan sifat Bidam akibat perlakuan Ratu Seon Deok membuat pria itu mengambil keputusan berani : menyerahkan peta geografi Tiga Kerajaan yang disusun mendiang Munno kepada Yushin. Bidam tidak sadar bahwa niatnya untuk berubah bakal mendapat hambatan besar terutama dari Yeomjong dan orang-orang yang berpihak pada dirinya. Begitu bertemu dengan Ratu Seon Deok, Chunchu menyuarakan kekuatiran kalau Bidam akan ingkar janji. Untuk menentramkan hati sang keponakan, Ratu Seon Deok menunjukkan surat yang telah dibuat Bidam ditambah titah resmi darinya yang mirip dengan apa yang pernah dilakukan Raja Jinheung terhadap Mishil puluhan tahun sebelumnya. Yeomjong yang panik langsung menggeledah kamar Bidam, dan menemukan surat perjanjian rahasia pria itu dengan Ratu Seon Deok. Dengan cepat, ia mengumpulkan para bangsawan yang berpihak pada Bidam demi mencegah sang majikan menjalankan niatnya. Sesuai kesepakatan bersama, Misaeng dan Yeomjong mulai menyiapkan strategi. Hubungan Bidam dan Ratu Seon Deok semakin dekat. Menjelang rencana pernikahan mereka yang semakin dekat, Bidam tidak malu-malu lagi menunjukkan perhatiannya pada sang wanita yang dicintai. Dengan lembut, pria itu menarik tangan sang ratu dan menyuruhnya beristirahat. Menaruh telapak tangannya di dada Ratu Seon Deok, Bidam tersenyum lembut dan mengatakan tidak akan beranjak hingga sang ratu tertidur pulas. Mendapat perhatian dari seorang pria setelah sekian lama membentengi diri, Ratu Seon Deok semakin terlena dan jatuh cinta pada Bidam

Dengan kemampuan diplomasinya, Misaeng berhasil mempengaruhi utusan Tang untuk menekan Ratu Seon Deok. Langsung tersenyum licik karena rencananya berjalan mulus, Misaeng diberitahu Yeomjong untuk mau menggunakan oseon alias kipas bulu untuk menyampaikan pesan rahasia. Kedatangan utusan Tang langsung disambut dengan gembira oleh Ratu Seon Deok, namun semua berubah ketika sang utusan malah menyindir kerajaan Shilla yang dipimpin oleh seorang wanita. Tidak mau kalah gertak, Ratu Seon Deok dengan tegas menyuruh para utusan untuk ditahan. Tidak cuma itu, ia juga menyatakan siap memutuskan hubungan dengan kerajaan Tang. Keputusan tersebut tidak hanya mengejutkan utusan Tang, namun juga Misaeng. Dengan wajah pucat, ia langsung berembuk dengan rekan-rekannya untuk mencari cara menghubungi sang utusan yang ditahan. Sayang, usaha mereka terbentur oleh satu orang : Alcheon (Lee Seung-hyo), yang ditugaskan untuk menjaga tahanan dengan ketat. Ratu Seon Seok ternyata memiliki segudang strategi, dengan sengaja ia membiarkan para penjaga disogok untuk mengetahui siapa dalang dibalik semua kejadian. Strateginya berhasil, utusan Tang menyerahkan pesan rahasia yang disimpan dalam oseon (kipas bulu) untuk disampaikan ke kubu Bidam. Kipas bulu tersebut nyatanya diserahkan oleh penjaga yang disogok ke Ratu Seon Deok. Mulai memikirkan strategi apa yang tengah dilancarkan oleh musuh, sang ratu diberitahu Chunchu akan strategi kipas bulu yang pernah dipelajarinya saat berada di pengasingan. Dugaannya tepat, kipas tersebut menyimpan pesan rahasia...yang ditujukan pada Bidam (Kim Nam-gil). Chunchu sangat marah begitu membaca isi pesan utusan Tang, ia meminta Ratu Seon Deok untuk menghukum Bidam seberat-beratnya karena berniat melakukan pemberontakan. Melihat sang ratu ragu-ragu, Chunchu tidak bisa menyembunyikan kemarahannya dan langsung keluar ruangan tanpa bicara lagi. Di kediamannya, Bidam langsung termenung begitu tahu para pengikutnya sangat berambisi menjadikan dirinya sebagai raja. Bernia untuk menjelaskan semuanya, Bidam mendatangi istana Ratu Seon Deok namun kehadirannya ditolak. Untuk mencegah masalah semakin rumit, ia ganti mengunjungi tempat dimana utusan Tang ditahan. Bisa dibayangkan, bagaimana terkejutnya Bidam saat tahu kipas bulu berisi pesan rahasia sudah jatuh ke tangan Ratu. Fakta tersebut membuat Bidam lemas, ia langsung teringat akan apa yang pernah dilakukan gurunya Munno yang mengacuhkannya setelah membuat kesalahan besar. Namun ia tetap ngotot ingin membuktikan dirinya tidak bersalah, dan kembali hadir di istana Ratu Seon Deok. Suasana sempat berlangsung canggung, karena di tempat itu ternyata sudah ada Chunchu, Yushin, dan Alcheon. Dengan jujur, Bidam mengaku kalau pesan rahasia di kipas utusan Tang tidak ada hubungan dengan dirinya. Sudah tentu, ucapannya langsung disambut oleh rasa tidak percaya. Secara mengejutkan, hanya satu suara yang menyatakan percaya : Ratu Seon Deok. Dengan gembira, Bidam menyebut dirinya akan mengatasi 'pemberontakan' yang dilakukan para anak buahnya.Begitu keluar, Bidam langsung disambut Misaeng, Hajong , dan Bojong dengan tatapan curiga. Begitu menggelar rapat di kediamannya, Bidam pura-pura mengaku kalau Ratu Seon Deok belum mengetahui isi pesan rahasia, dan mengancam bakal membunuh siapapun yang berani bertindak di luar perintahnya.

Begitu keluar, Bidam langsung disambut Misaeng, Hajong dan Bojong dengan tatapan curiga. Begitu menggelar rapat di kediamannya, Bidam pura-pura mengaku kalau Ratu Seon Deok belum mengetahui isi pesan rahasia, dan mengancam bakal membunuh siapapun yang berani bertindak di luar perintahnya. Meski Bidam mengaku masih tetap memiliki ambisi yang sama, ucapan tersebut tidak dipercaya begitu saja oleh anak buahnya. Begitu sang perdana menteri mengutus 10 prajurit untuk misi rahasia, 7 diantaranya ternyata berpihak pada Yeomjong. Begitu diberitahu, Bidam hanya tersenyum karena itu merupakan bagian dari strategi untuk mengetahui siapa yang setia padanya. Oleh Santak, Bidam diberitahu bahwa Yeomjong tengah melakukan perekrutan untuk pekerjaan tambang secara besar-besaran. Sempat tersenyum, wajah Bidam langsung berubah panik karena tahu ada sesuatu yang tidak beres. Rupanya tanpa sepengetahuan Bidam, Yeomjong dan antek-anteknya tengah mengumpulkan pasukan yang bakal dilatih secara rahasia. Kecurigaan juga dirasakan oleh Yushin yang langsung mengutus anak buahnya untuk mengikuti gerak-gerik Yeomjong. Meski gagal, keduanya berhasil mendapatkan fakta menarik : beberapa pembunuh bayaran yang ditugaskan menyerang ternyata merupakan anggota dari biro yang sebelumnya dipimpin Bidam. Meski berusaha menutupi perbuatan anak buahnya, Bidam ditemani Santak berusaha mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya. Begitu tahu kalau para bawahannya diam-diam menggalang kekuatan, Bidam akhirnya mendatangi Yushin untuk meminjam pasukan dalam jumlah ribuan. Meski sempat heran, Yushin akhirnya menyetujui permintaan Bidam. Namun belum sempat bertindak, keesokan harinya sebuah kejadian besar membuat rakyat Shilla gempar. Keruan saja, Ratu Seon Deok langsung mengumpulkan para bangsawan untuk mencari tahu kejadian apa yang bisa membuat Shilla begitu gempar. Bisa ditebak, kejadian tersebut membuat posisi Bidam semakin terdesak dan jurang antara dirinya dang sang ratu semakin lebar.

Isi surat yang menyatakan Bidam bakal menjadi penguasa membuat Chunchu marah, ia langsung mengutus pasukan pimpinan Seolji untuk menyelidiki bahtera misterius yang muncul di perairan Shilla dan menemukan dalang dibalik semua kejadian. Tekanan untuk menurunkan Bidam semakin kuat, namun Ratu Seon Deok sadar bahwa bukan sang perdana menteri yang menjadi dalang atas bahtera misterius dan surat bernada provokasi. Pasalnya sang ratu sadar, surat tersebut hanya membuat posisi Bidam semakin terjepit dan sama sekali tidak menguntungkan. Di kediamannya, Bidam langsung memarahi seluruh pengikutnya yang telah lancang. Namun, ucapannya malah dibantah oleh satu-persatu mulai dari Jujin, Yeomjong, hingga Misaeng (Jung Woong-in), yang mengaku bahwa apa yang dilakukan adalah untuk memastikan Bidam tidak melenceng dari tujuan awal. Kehabisan akal, Bidam meminta waktu untuk bertemu Ratu Seon Deok. Awalnya penjaga pintu tidak mengijinkan, untungnya muncul Alcheon yang langsung membantu. Di dalam ruangan, Ratu Seon Deok menyebut bahwa meski tahu kalau Bidam bukan dalang dibalik semua kejadian, namun pria itu dianggap sulit mengatur pengikutnya. Obrolan terhenti ketika sang ratu tiba-tiba merasakan nyeri di dada, wajah Bidam langsung berubah kuatir karena tahu ada yang tidak beres. Chunchu ternyata benar-benar serius menyelidiki semuanya, ia berhasil menemukan siapa yang membuat bahtera misterius. Yeomjong yang ketar-ketir langsung memerintahkan supaya para pembuat perahu dibunuh. Salah seorang diantaranya berhasil lolos, sehingga pria licik itu langsung mengerahkan pasukan panah. Suasana semakin panas ketika salah satu anak panah mengenai Chunchu. Kejadian tersebut keruan saja membuat Ratu Seon Deok murka, ia sadar bahwa dalang dibalik peristiwa pemanahan tidak hanya berniat menghabisi pembuat perahu melainkan juga Chunchu. Langsung mengumpulkan para pejabat, ia memerintahkan supaya dalang pemanahan diusut tuntas dan diberi hukuman berat sebagai contoh bagi mereka yang berani menyerang keluarga kerajaan. Tidak puas dengan tindakan Ratu Seon Deok, Chunchu memutuskan untuk mendatangi Bidam. Keduanya terlibat percakapan serius, Chunchu dengan sengaja mengintimidasi Bidam dengan menyebut bahwa meski orang melihat dirinya lemah, sang pangeran selalu menuntaskan masalah sekecil apapun...termasuk menghabisi Daenambo yang telah menghilang sejak pemberontakan Mishil. Sebelum pergi, Chunchu membenarkan ucapan Bidam kalau dirinya sempat takut pada sang perdana menteri. Namun, semua itu adalah masa lalu, saat tindakan Bidam masih belum bisa diprediksi. Ucapan terakhir Chunchu, yang menyebut bahwa Ratu Seon Deok sebenarnya tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Bidam, langsung memukul mental pria itu. Saat berjalan kembali ke kediamannya, dalam hatinya Chunchu bergumam bahwa ia tahu betul betapa besarnya cinta dan pengabdian Bidam kepada Ratu Seon Deok. Namun, di sisi lain ia juga tahu bahwa kehadiran Bidam dan pengikutnya akan menghambat cita-cita menyatukan Tiga Kerajaan. Penyelidikan yang sudah berlangsung membuat Yeomjong ketar-ketir, ia langsung meminta para pengikut Bidam yang lain untuk menggerakkan pasukan. Saat mereka terlihat ogah-ogahan, Yeomjong ternyata telah mengantisipasi semuanya sehingga Misaeng, Bojong, Hajong dan yang lain tidak punya pilihan. Sadar kalau Bidam sudah tidak bisa lagi mengendalikan para pengikutnya, Ratu Seon Deok meminta pria yang dicintainya itu untuk pergi ke tempat yang jauh. Berjanji bakal memanggil kembali setelah semua masalah selesai, Ratu Seon Deok menyerahkan cincinnya pada Bidam sebelum berpisah.

Meski sudah ditodong oleh sebilah pedang, Yeomjong tertawa terbahak-bahak. Menyebut bahwa Bidam sudah tidak punya tempat lagi karena Ratu Seon Deok dan para prajurit Shilla telah memburunya, satu-satunya opsi pria itu adalah berkumpul kembali dengan para pengikutnya. Di tengah provokasi Yeomjong, Bidam terus berjalan dengan terhuyung-huyung, ia masih belum bisa menerima kalau Ratu Seon Deok yang begitu dipercayai dan dicintainya telah mengingkari kesepakatan. Sambil menggenggam cincin yang pernah diberikan sang ratu, Bidam tidak sadar bahwa di saat yang bersamaan, Ratu Seon Deok mengirim Jukbang untuk memberikan sebuah surat pada pria itu. Strategi Yeomjong sukses, Bidam akhirnya memutuskan untuk kembali memimpin para pengikutnya. Berbeda dengan dugaan, Bidam memutuskan untuk menggunakan strategi jitu : tetap berada di Seorabol dan merebut pengaruh para bangsawan dan rakyat. Tujuannya cuma satu : mendongkel Ratu Seon Deok dan menguasai tahta Shilla. Begitu tahu kalau pasukan pemberontak, tanpa tahu pemimpinnya adalah Bidam, bergerak tidak seperti yang diperkirakan, Yushin dan Kim Seohyeon mengambil kesimpulan yang mengejutkan : mereka bergerak menuju Seorabol. Dengan cepat, Yushin memimpin pasukan sebanyak dua ribu orang untuk menghadapi para pemberontak. Mampu membaca strategi lawan, Bidam langsung memerintahkan Hojae untuk menyerang pasukan Yushin dan siap mundur bila diperintahkan. Ternyata tujuannya cuma satu : menguasai benteng yang ditinggalkan pasukan Yushin, yang terkonsentrasi pada pertempuran. Wajah Ratu Seon Deok langsung berubah pucat saat tahu musuhnya menggelar strategi yang begitu lihai, dimana ada dua kekuatan yang saling bertentangan di Seorabol. Kini posisi dua kubu yang saling berhadapan hanya sekitar 15 menit perjalanan, dan apabila Ratu Seon Deok mengerahkan pasukan, perang saudara tidak bisa dihindari lagi. Sambil tersenyum penuh kemenangan, Bidam masuk ke dalam benteng yang berhasil dikuasainya untuk menggelar strategi selanjutnya. Oleh Misaeng, disarankan agar mereka menyebar desas-desus yang bertujuan untuk membuat rakyat mempertanyakan kekuasaan Ratu Seon Deok. Di istana, Chunchu langsung bisa menebak bahwa Bidam-lah yang memimpin pasukan pemberontak. Dengan jabatan sebagai perdana menteri ditambah dukungan dari para anggota kongres yang memihak pada dirinya, Bidam menggelar rapat yang menyatakan mosi tidak percaya pada pemerintahan Ratu Seon Deok. Kali ni sang ratu tidak bisa menahan kesabaran lagi, ia memutuskan untuk menghadapi aksi Bidam dengan tegas. Dibantu oleh Santak, Jukbang nekat menemui Bidam untuk memberikan surat dari Ratu Seon Deok karena heran melihat perubahan sikap sang perdana menteri. Begitu membaca isi surat, Bidam langsung marah besar karena mengira kehadiran Jukbang adalah bagian dari strategi Chunchu. Namun begitu melihat raut wajah sang penasehat ratu, Bidam mulai ragu-ragu.

Kuatir kedoknya terbongkar, Yeomjong mengutus orang untuk menghabisi Santak. Sementara itu di istana, giliran Ratu Seon Deok yang bingung saat diceritakan kalau Bidam mengira dirinya menyuruh orang untuk menghabisi sang perdana menteri. Berbagai kejadian yang begitu mengejutkan membuat kondisi fisik Ratu Seon Deok langsung merosot tajam. Ketika Yushin menghadap, Ratu Seon Deok menceritakan ketidakberdayaannya yang meski sadar kalau Bidam dijebak oleh Yeomjong, ia tetap tidak mampu membela sang pria yang dicintai. Melihat dilema yang dialami sang junjungan, Yushin hanya bisa menatap dengan perasaan sedih. Meski berat, Ratu Seon Deok akhirnya mengirimkan perintah yang tegas : Bidam dan para pengikutnya harus dihukum mati. Sama-sama memutuskan untuk mengerahkan pasukan, dua orang yang saling mencintai akhirnya harus saling berhadapan dengan taruhan nyawa. Dengan suara keras, Ratu Seon Deok berpidato untuk memompa semangat tempur pasukannya pasukan. Namun dibelakangnya, Alcheon menatap sang ratu dengan wajah kuatir karena demi melihat wajahnya yang pucat dan keringat yang terus menetes dari dahi wanita penguasa Shilla itu. Setelah berbicara di depan pasukan, Ratu Seon Deok tiba-tiba nyaris terjatuh saat hendak kembali ke istana. Keruan saja, hal ini membuat Alcheon, Yushin, Chunchu, dan Kim Seohyeon kuatir. Bertepatan dengan ambruknya sang ratu, bintang yang berada di atas istana tiba-tiba jatuh dan menghilang. Langsung dianggap sebagai pertanda kalau kekuasaan Ratu Seon Deok sudah mencapai akhir, kesempatan itu digunakan Bidam untuk mengobarkan semangat pasukannya. Saat tahu kalau penyakit Ratu Seon Deok sudah lama diketahui tabib, Yushin dengan wajah kuatir berusaha mencari tahu. Namun, sang ratu malah berbicara tentang mimpinya bertemu dengan seorang wanita berpakaian putih yang tiba-tiba memeluknya sambil meneteskan air mata. Kuatir kalau Ratu Seon Deok mulai mengigau, Yushin diingatkan oleh Alcheon untuk mengurungkan niatnya bertanya tentang penyakit sang putri. Begitu diberi ijin untuk mengerahkan pasukan, Yushin mulai menyusun strategi. Meski sempat diserang, Bidam mengira kalau apa yang dilakukan Yushin adalah demi memancing pasukannya keluar sarang. Perkiraannya salah besar. Tiba-tiba terjadi kehebohan di luar markas musuh, bintang yang semula jatuh kembali ke langit. Sempat terpukau dengan strategi tersebut, Bidam baru sadar bahwa selain menurunkan moral pasukan, bintang tersebut merupakan isyarat dari Yushin untuk melakukan serangan secara serentak. Munculnya Santak yang membawa kabar bahwa Yeomjong adalah dalang dibalik semua kejadian membuat semangat tempur Bidam langsung sirna.

Ketika dikonfrontir, Yeomjong dengan tawa liciknya langsung mengatakan bahwa yang harus disalahkan atas semua kejadian bukanlah dirinya melainkan Bidam sendiri, yang disebut menyimpan ambisi tampil sebagai raja. Kali ini Bidam tidak mau lagi mengulang kesalahannya, ia langsung menusuk Yeomjong hingga tewas. Sebelum keluar, Bidam bertemu dengan Misaeng, yang mengatakan bahwa pria itu tidak bisa lagi menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri yang memiliki hati lemah dan mudah dipengaruhi. Sempat meneteskan air mata, Misaeng yang ditemani oleh Hajong bersimpuh didepan kuburan Mishil sambil menanti kemunculan pasukan Shilla. Saat para tawanan tengah digiring, Yushin sadar bahwa tidak ada Bidam diantara mereka, ia langsung memerintahkan bawahannya untuk membekuk sang mantan perdana menteri. Di saat yang sama, Bidam sendiri berniat menemui Ratu Seon Deok untuk mengakui semua dosa-dosanya. Sebelum pergi, ia berpesan pada Santak supaya bawahannya yang paling setia itu pergi sejauh-jauhnya dari Shilla. Sempat menatap kepergian junjungannya dengan hati sedih, mata Santak terbelalak karena sebuah panah tiba-tiba menembus tubuhnya. Dengan cepat, pasukan kerajaan mengelilingi Bidam, yang langsung menghunus pedangnya. Pertempuran sengit tidak bisa dielakkan dan meski cuma sendirian, Bidam ternyata terlalu tangguh bagi prajurit biasa. Menghabisi setiap prajurit yang merintangi jalannya, tujuan Bidam ternyata cuma satu : mendatangi tempat dimana Ratu Seon Deok berada. Dihadang oleh penjagaan berlapis, Bidam tidak menggubris permintaan Yushin supaya dirinya tidak membunuh orang lagi dan terus merangsek maju. Tersenyum getir karena sadar dirinya sudah tidak punya harapan lagi, Bidam menantang Yushin untuk bertarung. Namun, tantangan tersebut ternyata hanya kamuflase Bidam, yang sadar dirinya sudah kalah segalanya dari Yushin, untuk bisa mendekati Ratu Seon Deok. Meskipun tangguh, Bidam tidak bisa menghindar ketika puluhan anak panah terbang ke arahnya. Meski begitu, fokusnya hanya satu : berapa langkah lagi yang harus ditempuh untuk bisa mencapai Ratu Seon Deok. Dengan mata merah dan wajah berlumuran darah, Bidam terus berjalan maju mendekati Ratu Seon Deok sehingga Yushin tidak punya pilihan lagi selain menusuk pria yang merupakan bekas sahabat sekaligus rekan seperjuangannya itu. Sebelum ambruk, Bidam menggumamkan nama Deokman untuk terakhir kalinya. Tak lama setelah menyampaikan perintah kepada para bawahannya, Ratu Seon Deok jatuh pingsan tepat disamping jenazah Bidam. Begitu siuman, Ratu Seon Deok yang sadar umurnya tidak lama lagi memanggil Alcheon dan meminta sang pengawal setia untuk mengisi posisi perdana menteri yang ditinggalkan Bidam. Tak lama kemudian ketika Yushin datang bertamu, Ratu Seon Deok mengajak jendral kepercayaannya tersebut untuk keluar dan melihat Shilla dari atas bukit. Di sana, Ratu Seon Deok mulai merenungi hal-hal yang telah dilewatinya dan sadar bahwa dari sekian banyak orang, cuma Yushin yang setia menemaninya hingga akhir. Menitipkan Shilla dan cita-cita penyatuan Tiga Kerajaan pada Yushin, Ratu Seon Deok menceritakan mimpi terakhirnya yang begitu berkesan. Puluhan tahun berlalu, Yushin kembali ke Shilla setelah menaklukkan Baekje dan bertemu dengan Alcheon yang tengah bersiap memasuki masa pensiun. Bagamana dengan nasib Ratu Seon Deok? Rupanya tak lama setelah menceritakan mimpinya, sang ratu mencucurkan air mata dan menarik napas untuk terakhir kalinya...sebelum kemudian wafat. Dalam mimpinya, Deokman yang tengah berusaha melacak keberadaan Munno berjalan di tengah pasar dan bertemu dengan seorang wanita berpakaian putih yang tiba-tiba memeluknya sambil bercucuran air mata. Rupanya, wanita berpakaian putih yang diam seribu bahasa itu adalah Deokman dewasa alias Ratu Seon Deok sendiri, yang cuma bisa berbicara dalam hati mengasihani sosok remajanya yang bakal mengalami begitu banyak penderitaan. Sudah tentu, aksi wanita dewasa dihadapannya membuat Deokman remaja bingung, ia memutuskan untuk tidak menghiraukan kejadian tersebut dan meneruskan petualangannya. Dari belakang, sang ratu cuma bisa mendoakan dirinya yang masih remaja untuk bisa bertahan karena hanya lewat Deokman-lah maka Shilla bisa memenuhi impian besar yang tidak bisa dilakukan siapapun : menyatukan Tiga Kerajaan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Responses to “The Great Queen of Seon Deok”:

Leave a comment

publisher: 7 templates